Eldric || 2

160K 9.5K 441
                                    

Eldric menyimpan tas itu di salah satu motor milik siawa lain. Dia tidak peduli siapa pemilik tas yang Rico berikan padanya. Bahkan dia pun membiarkan tas miliknya tertinggal di kelasnya.

"Kalau tasnya ilang. Mungkin dia nyari." gumamnya.

Kemudian dia segera menancap gas motornya agar secepatnya pergi dari sekolah sebelum salah satu guru ada yang melihatnya kabur di jam belajar.

Eldric menjalankan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata.

Dia membelokan motornya kearah jalan rumahnya.

Beberapa menit dia sampai di rumah. Eldric memarkirkan motornya di garasi. Lalu dia membuka helm yang berwarna merah.

Setelah itu dia turun dari atas motornya. Namun baru beberapa langkah. Seorang wanita paruh baya menatap tajam pada Eldric sembari melipat kedua tangan nya. Siapa kalau bukan Maudy.

"Assalamualaikum mamahnya Eldric yang jelek." ucap Eldric sembari nyengir. Sembari menyalami punggung tangan Maudy.

"Waalaikumsalam." sahut Maudy dengan nada ketus.

Maudy masih meneliti wajah putra pertamanya. Dia sudah tau kenapa Eldric pulang ke rumah di waktu jam sekolah.

Maudy harus bagaimana lagi memberi tahu pada Eldric bahwa sekolah itu sangat penting. Tapi percuma Eldric tak pernah mau mendengarkan nya.

"Mah, jangan beri tatapan seperti itu. Nanti kalau aku baper gimana. Masa iya, aku di baperin sama mamah jelek." gurau Eldric dengan nyengir.

Maudy menghampiri Eldric. Lalu dia menarik telinga Eldric untuk segera masuk ke dalam rumah.

"Aduh mah sakit, lepasin mah. Nanti kalau ketauan papah. Mamah juga yang di marahin sama papah. Emangnya mamah mau nggak di kasih pintu kamar." ucapnya sembari meringis.

Maudy menghentikan langkahnya tapat di dapur. Lalu dia melepaskan tarikan telinga Eldric.

"Mau ngajakin ngopi mah. Kopi hitam atau kopi susu?" tanya Eldric.

"Kamu tuh ya, jadi anak ngeselin banget." tegur Maudy semari mencubit bagian perut Eldric.

Eldric berdecak. "Sakit mah. Kebiasaan nyubitin mulu. Papah sih enak udah biasa di cubitin mamah." ucapnya sembari mengelus perut yang di cubit mamahnya. "Cubitan mamah kecil tapi sakitnya kebangetan."

Maudy menghiraukan ucapan Eldric.

"Kamu kenapa sih, selalu bolos kalau sekolah. Kamu mau jadi apa sebenernya Eldric?" tanya Maudy dengan nada ketus.

"Mau jadi Eldric atuh mah. Emang Eldric bisa berubah. Kalau misalnya ada, pasti Eldric akan berubah. Tapi nggak yakin sih. Kalau muka Eldric akan tampan kayak gini." nyerocos Eldric.

Maudy tidak habis pikir dengan Eldric. Kenapa sifat Mahesa dengan Eldric harus sama. Bahkan Eldric melebihi nakalnya dari suami tercintanya.

"Mamah serius ya. Kamu tuh, kalau lagi di ajak bicara jangan menjawab ngelantur. Pokoknya mamah akan kasih tau papah, kalau kamu sering banget bolos sekolah. Biar kamu di hukum, mau."

Eldric menyentuh lengen Maudy. "Ya ampun mamah mah tuh ngaduan. Aku gini juga karena papah dulu nakal kayak aku kan. Jadi jangan kasih tau papah ya mah." ucap Eldric memasang wajah imut.

Maudy menepis tangan Eldric. "Memangnya harus sifat papah kamu di ikutin?"

"Harus dong mah. Karena papah nakal bisa dapetin mamah. Jadi aku harus nakal dulu biar dapet istri nya sama kayak mamah." goda Eldric pada mamahnya sembari menaik turunkan kedua alisnya.

ELDRIC (Completed)Where stories live. Discover now