Eldric || 17

69.3K 5.7K 216
                                    

Jam sudah menujukan waktu istirahat. Rico pergi menuju toilet. Dia dan sahabatnya baru saja selesai dengan hukuman yang Bu Ola perintahkan pada mereka. Atas kebohongan Lanka, mereka semua di hukum termasuk Eldric dan Qia.

Teman kelasnya terus menyalahkan pada Lanka dan Rico.

Rico pergi ke toilet sendiri, karna sahabatnya masih berada di lapangan.

Baju seragam sekolah Rico penuh dengan air keringat, begitu pun dengan wajah tampan nya.

Rico hendak masuk ke dalam toilet. Namun tiba-tiba dia melihat Eldriana atau lebih akrab di sapa Ana. Ana baru saja keluar dari toilet perempuan.

Rico memberikan seluas senyuman pada Ana. Ana membalas senyuman pada Rico. Ana hendak melangkah pergi dari sana, Rico menahan pergelangan tangan Ana.

Ana menoleh pada Rico, seolah-olah dia bertanya, apa maksud Rico menahan lengan nya.

Rico membawa Ana kesamping tempat toilet. Rico melepaskan tangan nya dari pergelangan Ana.

"Kenapa, semalam gue telepon lo. Lo nggak pernah mau angkat telepon dari gue. Bahkan pesan yang gue kirim pun nggak pernah lo bales."

Semalam Rico memang menelpon Ana 10 kali dan mengirim sebuah pesan 6 kali. Namun sama sekali Ana tak pernah mau mengangkat telepon atau membalas pesan dari nya.

"Semalam gue tidur." balas Ana.

Rico mencari kebenaran dari mata Ana. Namun yang Rico dapatkan sebuah kebohongan dari Ana. Karna dia bisa mengetahuinya, hanya menatap bola mata Ana, dengan cara Ana memalingkan matanya Rico bisa tau.

"Lo bohong." ucap Rico.

Ana menunduk. Tak ada maksud jika Ana berbohong pada Rico.

Rico menyentuh pipi kiri Ana. "Karna Friska?"

Ana memalingkan wajahnya ke arah lain. "Rico, buka hati lo buat dia." pinta Ana.

Rico menjauhkan tangan nya dari pipi Ana. "Kalau lo minta gue buka hati untuk orang lain. Maaf," Rico menggelengkan kepalanya bahwa dia tidak akan melakukan itu. "Gue nggak bisa."

"Perlahan lo bisa." ucap Ana. "Karna gue memang nggak pernah punya perasaan apapun sama lo. Bahkan kata sayang buat lo pun nggak pernah ada."

"Gue nggak peduli. Gue akan membuat hati lo memiliki perasaan yang sama ke gue."

Ana menggeleng kuat. "Rico, gue mohon jangan merusak persahabatan gue sama Friska hanya karna lo."

"Lo nggak pernah tau sama perasaan gue, Na. Perasaan ini terus tumbuh hanya karna lo." ucap Rico dengan suara lirih.

Jujur sebenarnya Ana tak ada maksud ingin menyakiti Rico atau bahkan menyakiti hatinya. Ana memang tidak pernah memiliki perasaan apapun terhadap Rico. Bahkan membayangkan jika dia akan menyukai Rico saja tidak ada.

"Rico, perasaan gue nggak pernah ada buat lo. Please jangan memaksa." ucap Ana.

Rico tersenyum hambar. Dan Rico tak menjawab ucapan Ana, melainkan dia pergi begitu saja dari hadapan Ana.

Satu kata yang mengawali hati Rico saat ini adalah kecewa. Dia kecewa pada Ana, Ana hanya lebih mementingkan perasaan orang lain. Namun Rico akan berjuang untuk mendapatkan hati Ana.

Memang mencintai seseorang terkadang selalu ada kata berjuang. Berjuang akan cintanya pada orang yang dia cintai. Meski rintangan selalu ada di depan, maka kita di belakang harus siap melawan tantangan itu.

Ana pun secepatnya pergi untuk menghampiri sahabatnya yang berda di kantin.

Rico yang tadinya akan ke toilet. Justru dia kembali menemui sahabatnya yang masih ada di lapangan.

ELDRIC (Completed)Where stories live. Discover now