Eldric || 41

54.5K 5.5K 674
                                    

Qia berdiri di depan balkon kamarnya. Malam ini tampak langit sepi tanpa adanya bintang atau pun bulan yang meneringi setiap malam nya. Mungkin Karena tertutup awan mendung.

Qia mendengar beberapa pohon yang saling bergesekan karena tertiuap angin. Ia melihat ke arah pohon dengan tatapan kosong.

Meski malam ini terasa dingin. Tapi seolah-olah Qia begitu tidak memperdulikan nya. Tanpa Qia sadari air mata Qia menetes secera perlahan di kedua pipinya.

Flashback on.

Ketika Qia masuk ke dalam kelas. Ia memberikan sikap biasa ketika melihat Eldric.

Namun Eldric tidak sendiri. Melainkan Eldric tengah duduk bersama Tabina. Mereka saling melempar tawa. Padahal kelas Tabina bukan di sini.

Eldric dan Tabina tepat duduk bangku meja Lanka dan Arza.

Qia yang melihatnya semakin sesak. Qia melihat Eldric tengah merapihkan rambut Tabina. Qia mencoba menahan nya agar tidak menangis.

Qia duduk di bakunya. Ia mencoba tak begitu memperdulikan sikap Eldric pada Tabina.

"Eldric, emangnya nggak ada yang cemburu gitu lo deket sama gue." ucap Tanina sembari mengeraskan suaranya. Tabina sudah mengetahui kehadiran Qia. Begitu pun dengan Eldric, namun Eldric seperti tidak peduli dengan Qia.

"Apa?! Cemburu? yaelah tenang aja, nggak ada yang cemburu. Lagin dari awal gue cuman main-main doang sih." ucap Eldric tanpa memperdulikan perasaan Qia.

Qia yang mendengarnya mencoba menepis semua rasa sesak di dadanya. Qia membuka buku, soalah-olah dia tidak ingin mendengar ucapan demi ucapan antara Eldric dan Tabina.

Tiba-tiba Arza memasangkan earphone ke dua telinga Qia. Terdengar musik mengalun yang Qia dengar dari earphone.

Arza sengaja memutarkan musik dari ponselnya. Ia tidak ingin melihat Qia semakin terluka atas perlakuan Eldric padanya.

Arza berdiri di samping Qia, agar terhindar dari pandangan Tabina. Arza melempar senyuman pada Qia. Qia tersenyum tipis, lagi-lagi Qia meneteskan air matanya.

Arza menyuruh Qia agar menghapus air matanya. Ia tidak dapat menghapus air mata Qia, karena bukan hak Arza.

Qia pun menghapus air matanya sendiri.

Arza menarik kedua ujung bibir Qia. Agar ia dapat melihat Qia tersenyum, walau Arza tau, itu tidak mudah untuk Qia.

Sampai akhirnya Eldric keluar kelas bersama Tabina.

Flasback off.

Qia menutup kedua matanya. Air mata Qia keluar dengan menderas.

"Aku kangen kamu Eldric." ucapnya di sela-sela tangisnya.

Setelah menghapus air matanya, Qia menghela napas. Bahwa dia harus kuat.

Tanpa sengaja Qia melihat ke arah jalan, dekat dengan pagar rumahnya. Di sana berdiri dua orang laki-laki yang sangat Qia kenali.

Qia melihat dua laki-lak itu saling berbicara. Qia secepatnya keluar dari kamarnya.

***

"Kamu mau kemana Eldric? Ini udah malam, bentar lagi mau hujan." ucap Mahesa.

"Sebentar pah, nanti juga pulang." sahut Eldric sembari memakai jaket levisnya.

"Jangan kemaleman pulang nya." kata Maudy.

"Iyah mah. Aku pergi dulu pah, mah." pamit Eldric sembari mencium pungung tangan kedua orang tuanya. "Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

ELDRIC (Completed)On viuen les histories. Descobreix ara