Eldric || 46

55.6K 5.6K 495
                                    

Qia berusaha untuk mencoba membangunkan Eldric. Namun sia-sia saja, Eldric tak juga membuka matanya.

Tempat kejadian dan dari tenda itu cukup jauh. Namun Rico dan Dave berusaha secepat mungkin agar mereka sampai di tempat tujuan.

Sebagaimana Rico dan Dave menyuruh Qia agar jangan terus menangis. Tetapi percuma saja, Qia tak dapat menghentikan tangisnya.

Cewek yang terdapat luka di kening itu tak bisa tenang sebelum Eldric membuka matanya dan mengucapkan kata kalau ia baik-baik saja.

"Gue yakin, gue pasti yakin kalau Eldric kuat dia nggak bakalan nyerah," ucap Rico.

"Berdoa aja. Semoga kita secepatnya sampe di sana, dan secepatnya juga kita harus bawa Eldric ke rumah sakit." balas Dave.

"Ini semua gara-gara gue! Kehadiran gue justru malah membuat Eldric kayak gini. Coba aja kalau gue ngelepasin Eldric buat Tabina. Mungkin Eldric nggak akan terluka kayak gini," gadis itu menyusut air matanya yang keluar dari kedua matanya.

Dave melirik pada Qia. "Kalau Eldric tau lo ngomong kayak gitu. Mungkin Eldric bakalan kecewa sama lo meski niat lo baik buat lidungin dia," ucapnya.

"Tapi kehadiran gue hanya membawa kesialan buat Eldric. Gue nggak mau Eldric kenapa-napa." sahutnya.

"Stop! Gue bilang stop, jangan lagi lo salahin diri lo sendiri, Qia. Dan lo jangan bilang kalau lo pembawa sial buat Eldric. Justru karna hadirnya lo di hidup Eldric, membawa kebahagiaan buat dia, karna lo dia tau jatuh cinta." timpal Rico.

Tangis Qia kembali pecah.

Mereka mempercepat langkanya. Dave dan Rico membopong tubuh Eldric.

Mereka memmbutuhkan waktu 34 menit agar sampai di tempat berkumpulnya teman-teman mereka.

"ARZA LANKA." teriak Rico.

Semua siwa-siswi yang tadinya mereka tengah bercanda gurau. Namun pandangan mereka teralihkan pada kehadiran Rico, Qia dan Dave. Mata mereka menatap pada Eldric yang tak sadarkan diri.

"Qia, Rico dan Dave. Apa yang terjadi sama Eldric?" tanya pak Udi.

"Nanti saya akan jelaskan pak." balas Dave.

"Kak Eldric!" Ana membulatkan matanya ketika melihat kakaknya yang di bopong oleh Rico dan Dave. Ana menghampiri Eldric. "Kak Eldric, kenapa kak?"

"Ana nanti gue jelasin sama lo ya. Sekarang kita harus bawa Eldric ke kota, di sekitar puncak nggak mungkin, 'kan ada rumah sakit." kata Rico.

Ana meneteskan air matanya. Ia sangat mengkhawatirkan kakak satu-satunya.

Yang lebih Ana takutkan, bagaimana jika kedua orang tuanya tau bahwa Eldric tidak baik-baik saja.

"Qiandra!" Farza memeluk Qia. Pasalnya tubuh Qia hampir saja tumbang.

"Eldric," ucap Qia di dalam pelukkan Farza.

"Lo tenang ya, gue yakin Eldric kuat kok." ucapnya.

Beberapa detik tubuh Qia melemas lalu Qia pingsan di pelukkan Farza.

"Qiandra bangun!" ucap Farza khawatir.

Tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya menghampiri kerumanan siswa-siswi.

"Mas Rico,"

Rico langsung menoleh ke asal suara itu. "Pak Musin lama banget, buruan bantuin saya bawa Eldric ke mobil."

Sejak di mana Rico melihat Tabina mempunyai rencana licik. Rico menghubungi pak Musin agar secepatnya datang ke tempat camping.

Karena entah kenapa, Rico seperti mempunyai firasat yang buruk. Dan firasat buruk itu pun benar-benar terjadi yang telah menimpa sahabatnya.

ELDRIC (Completed)Where stories live. Discover now