Eldric || 8

91.4K 7K 317
                                    

Adam masuk ke kamar Eldriana. Dia melihat sepupunya tengah belajar dan fokus membaca soal dalam buku paket.

Adam menepuk pucuk kepala Eldriana. Eldriana mendongkak melihat pada Adam.

"Lagi apa cantik?" tanya Adam dengan basa-basi.

"Lagi makan." sahut Riana.

Adam terkekeh.

"Temenin bang Adam yuk."

"Kemana?"

"Kemana aja, yang penting kita keluar cari makan gitu, atau cari sesuatu biar El nggak bosen di rumah terus."

Adam berjongkok di hadapan El.

"Tapi El, lagi belajar." ucap Eldriana.

"Sebentar aja ko. Kita kan keluar cari makan."

El sempat berpikir sejenak.

"Yaudah iya."

Adam langsung berdiri. Dia meraih pergelangan El.

"El mau ganti baju." ucapnya.

Adam memperhatikan baju yang di kenakan El. "El nggak usah ganti baju. Gitu aja udah cantik."

El mengangguk.

El dari kecil memang sangat dekat dengan Adam. Adam selalu cerita tentang entah itu soal kuliah nya, atau pun soal dia suka sama cewek.

"Eh! mau kemana lo bawa adek gue?" tanya Eldric, ketika dia keluar dari kamar. Berbarengan dengan Adam dan Eldriana keluar dari kamarnya.

"Culik cuman 2 jam doang." sahut Adam.

"Awas lo ya. Ajak adek gue ke tempat banyak cowoknya. Lo bakalan abis di santap sama kepalan tangan gue ini." Eldric menujukkan kepalan tangan ke arah wajah Adam.

"Eh bocah, pake ngancem gue segala, gue juga tau. Lagian gue sama El mau makan."

"Titip coklat 20 batang." kata Eldric.

"Bukan rasa vanilla yang gue beliin. Rasa pahit kayak wajah lo gue beliin 50 batang." ucap Adam ketus.

"Udah yuk." kata El pada Adam. Eldriana tahu, jika Adam dan Eldric tengah berdebat, mereka enggak akan ada yang mau mengalah. Agar menghindari perdebatan Eldric dan Adam. Akhirnya dia mengajak Adam agar secepatnya pergi.

Adam langsung menuruni anak tangga sembari mengenggam tangan El.

"Kenapa om Juna harus punya anak seperti bang Adam ya. Kasian om Juna dan tante Shasa. Otak anak nya somplak. Untung Eldric nggak somplak kayak bang Adam." gumamnya. Eldric tidak menyadari bahwa dirinya pun sama hal nya dengan apa yang dia katakan tentang Adam.

Eldric menutup pintu. Sebelum dia pergi, Eldric memandang pintu kamarnya yang bercat warna putih. "Pintu, dengarkan keluhan dari pemilik kamar ini ya." Eldric mengelus pintu kamarnya. "Gue mau pergi keluar, titip kamar gue. Jangan sampe di berantakin kamar kesayangan gue, awas lo." ucapnya seperti mengancam.

Eldric secepatnya menuruni anak tangga. Namun langkahnya terhenti, dia ingat dengan kebiasaan nya yaitu terjatuh. Eldric menuruni anak tangga dengan hati-hati dan berdoa.

Mahesa menepuk bahu Eldric. "Mau kemana kamu? Mau keluar kayak punya pacar aja. Yang jomblo mah enak nya diem di rumah, atau belajar." ucapnya. Mahesa baru saja kelauar dari dalam kamarnya, lalu dia melihat putra pertamanya hendak menuruni anak tangga.

"Memangnya yang jomblo nggak boleh keluar. Mau keluar nggak mesti selalu sama pacar kan pah. Tapi sama sahabat juga lebih bahagia."

"Sekarang bilangnya gitu. Nanti kalau kamu udah punya pacar, yang membuat kamu bahagia pasti pacar."

ELDRIC (Completed)Where stories live. Discover now