•3•

2.3K 139 20
                                    

Anak laki-laki itu terasa sangat asing baginya, sebelumnya dia tidak pernah melihat anak laki-laki itu berada di dalam rumah kompleknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anak laki-laki itu terasa sangat asing baginya, sebelumnya dia tidak pernah melihat anak laki-laki itu berada di dalam rumah kompleknya. Aileen yang melihat hal tersebut pun merasa iba pada anak laki-laki itu, dia mulai berpikir bahwa anak itu miskin dan tidak punya uang makanya dia saat ini tengah memulung dan mencari makanan di jalanan, bukankah makanan yang ada di jalanan itu sudah tidak layak dimakan dan tentunya tidak baik di konsumsi lagi, bukan?

Aileen bersyukur karena dilahirkan oleh golongan orang kaya sehingga dia tidak hidup seperti anak laki-laki tersebut. Aileen terdiam sejenak sebelum akhirnya memutuskan menolong anak laki-laki itu. Sejenak Aileen mengusap-usap kepala boneka beruang kesayangannya itu dengan lembut. Aileen tersenyum tipis lalu mengecup pelan hidung boneka beruangnya sebelum dia menaruh bonekanya diatas bean bag miliknya.

"Brown, Aileen tinggal dulu ya? Aileen mau pergi sebentar, Brown tunggu Aileen disini aja ya?" pinta Aileen dengan nada yang terdengar sedih. Jujur, dia tidak ingin meninggalkan bonekanya disini sendiri. Saat Aileen sudah berada diambang pintu rumah pohon, Aileen mengembalikan badannya lagi, dia melambai-lambaikan sebelum akhirnya benar-benar meninggalkan bonekanya di rumah pohon.

"Dadah Brown!" Aileen berseru riang lalu pergi meninggalkan boneka beruangnya di rumah pohon sendiri. Aileen menuruni anak tangga dengan cepat. Dia tidak mau kehilangan jejak anak laki-laki itu, sebisa mungkin Aileen berusaha mengejar anak laki-laki itu dengan susah payah. Dan jangan lupakan! Rambutnya yang di kepang dua itu juga ikut bergerak kesana-kemari.

Kenapa anak laki-laki itu jalannya cepat sekali, huh? Aileen bertanya dalam hati.

Aileen berhenti berlari, kini dia sedang memegang kedua lututnya. Wajahnya sudah dibanjiri peluh, nafanya terdengar sangat memburu. Bagaimana tidak? Mengejar anak laki-laki tersebut tentu sangat menguras banyak tenaga yang Aileen miliki. "Hei kakak! Berhenti dulu dong!" Aileen memberi perintah dengan meninggikan suaranya dan dia juga sedikit berteriak.

Sontak anak laki-laki yang belum diketahui namanya itu menghentikan langkahnya saat mendengar suara teriakan anak perempuan yang sumber suaranya dari belakang—lumayan jauh jaraknya. Dia berbalik, matanya menyipit, dia menunjuk dirinya sendiri seolah sedang bertanya 'Aku?' kepada Aileen.

Sementara tangan kirinya dia gunakan untuk membawa sebungkus roti yang masih tersisa sepotong—roti itu dia temukan didepan tong sampah tadi. Roti itu masih utuh—belum sempat dia makan sama sekali dia berniat untuk membawanya pulang kerumah, tetapi dia mengurungkan niatnya dahulu. Mengingat bahwa masih ada anak perempuan yang kini tengah berada dibelakangnya—tentunya jaraknya masih lumayan jauh.

Aileen kembali menegakkan tubuhnya, kali ini dia tersenyum lalu mengangguk dengan bersemangat. Aileen melambai-lambaikan tangannya untuk memberi kode pada anak laki-laki itu supaya mendekat. Anak laki-laki itu mengangguk mengerti, dia paham dengan kode yang diberikan oleh anak perempuan yang tidak dia kenal sama sekali. Sebenarnya dia agak merasa ragu, mengingat bahwa selama ini dia tak pernah berbicara dengan teman seumuran. Alasannya hanya satu; karena dia adalah anak dari seorang pemulung.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now