•45•

976 26 1
                                    

"Arsen teler, Ai,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Arsen teler, Ai,"

"Keknya Arsen kebanyakan minum deh,"

Begitu Aileen turun dari podium, dia langsung di sambut dengan perkataan Rafis yang tampaknya baru saja datang di dalam pesta keluarganya. Mendengar kata teler membuat Aileen membulatkan matanya sempurna. Yang Aileen tahu, Arsen tidak begitu menyukai wine.

Wajah Aileen berubah menjadi panik. "Dia sekarang ada di mana?"

"Arsen masih ada di sekitar sini, ikutin gue," Rafis menyahut lalu berbalik dan berjalan menuju ke arah Arsen yang sudah di jaga oleh Gilang.

Aileen langsung menghampiri Arsen ketika melihat Arsen berbuat onar dengan cara mencengkram kerah kemeja milik anak kerabat dari papahnya yang masih seumurannya, namun Gilang sudah berusaha keras untuk memisahkan keduanya. Aileen benar-benar tidak menyangka jika Arsen sudah semabuk itu dan membuat sedikit kekacauan di dalam pesta keluarganya. Aileen menyuruh Rafis dan Gilang—keduanya menurut dan menyeret Arsen dengan paksa dan membawanya keluar dari lokasi saat ini untuk menuju rumah Arsen yang jaraknya sangat dekat dengan rumahnya.

"Kita pulang sekarang,"

Biarpun dia kini sedang mabuk tapi dia masih mengenali suara pacarnya. Ketika mendengar suara Aileen secara otomatis Arsen langsung berhenti memberontak—dia hanya menurut saja ketika sudah di papah oleh kedua sahabatnya—sementara Aileen dia sudah berjalan terlebih dahulu di depan ketiga cowok tampan itu. Tidak butuh waktu lama untuk sampai di rumah Arsen. Saat sudah berada di ambang pintu utama, Aileen segera membuka pintu. Setelahnya keduanya langsung kembali menyeret Arsen untuk membawanya ke dalam kamar cowok itu.

"Makasih buat bantuannya... kalau nggak ada kalian berdua gue nggak bisa bayangin bawa Arsen ke sini sendiri,"

Rafis terkekeh sebentar, meski rasanya dia sangat kewalahan setelah mengantar Arsen barusan—begitupun dengan Gilang. "Santuy, Ai. Kita mah selalu ada buat Lo berdua, ya nggak, Lang?"

"Iya, bener tuh kata Rapis," Gilang menimpali.

Gilang mengapit leher Rafis setelahnya untuk membawanya keluar dari kamar Arsen. Mungkin keduanya akan lebih baik berada di luar dari pada menunggu kedua pasangan dan membuat keduanya tidak nyaman. Perasaan Aileen jadi tak karuan setelah sepeninggal kedua sahabat Arsen. Sebisa mungkin Arsen menahan agar dirinya tidak begitu mabuk terlebih dahulu karena pacarnya masih berada di sini. Keheningan tercipta untuk beberapa saat sebelum Aileen membuka mulutnya terlebih dahulu.

"Lo kenapa pake mabok segala?" Aileen bertanya dengan kesal lalu dia menghampiri Arsen yang sudah berbaring di atas kasur king size milik cowok itu sendiri.

"Gue nggak suka kalo CUTTIBE gue pake pakaian seksi di depan para cowok," Arsen menyahut dengan suara baritonnya yang terdengar berat dan serak akibat pengaruh alkohol.

Aileen tidak menyangka jika Arsen mabuk karena ulahnya. Dia menunduk—menatap gaunnya yang cukup terbuka dan berhasil membuat lekuk tubuhnya terekspos, dia lagi-lagi merutuki dirinya sendiri. Tidak lama kemudian, Arsen menarik tubuh Aileen begitu saja hingga membuat tubuh gadis itu terhuyung dan jatuh dalam pelukannya, Arsen mendekatkan bibirnya pada kuping Aileen dan berhasil membuat tubuh Aileen merinding begitu saja. "Gue nggak suka kalau tubuh lo yang bagus itu di lihatin para cowok,"

"Lepasin Ar! walaupun gue udah jadi pacar lo tapi gue belum bisa kalau terlalu dekat begini," Aileen memberontak tatkala mengingat jarak mereka saat ini terlalu dekat baginya, namun perkataan Aileen barusan tampaknya hanya di anggap angin lalu saja oleh Arsen. Bahkan Arsen masih saja memeluk Aileen yang baginya adalah tempat pulang ternyaman.

Arsen menggeleng, menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Aileen. "Nggak mau gue udah nyaman," kilahnya.

Aileen menghela napas jengah. "Mau sampe kapan kita berpelukan kek gini?"

"Mending lo lepasin gue deh... Terus abis itu lo tidur, gue janji bakal temenin lo sampe tidur," lanjutnya lirih.

Arsen memandang Aileen lekat. Walau sejujurnya dia sedikit tidak percaya dengan perkataan Aileen barusan namun dia agaknya sedikit luluh. Demi apapun hanya Aileen yang bisa meluluhkan dirinya. Tidak lama kemudian kucing anggora milik Arsen yang bernama Arsen mendekat ke arah kaki Aileen—tidak melewatkan kesempatan emasnya Aileen secara otomatis melepas pelukannya untuk mengambil Cattie yang kini tengah mengusap-usap kepalanya pada kakinya hal tersebut berhasil membuat Aileen tersenyum tipis.

"Gemes banget ni kucing, jadi pengen gue culik deh,"

"Lo suka kucing?" Arsen spontan bertanya ketika mendengar pujian yang baru saja di lontarkan oleh Aileen.

"Lumayan,"

"Ya udah lo buruan tidur gih... Gue nggak bakal pergi tenang aja," lanjut Aileen seraya mengecup pipi Arsen sekilas dan berhasil membuat tubuh Arsen menegang seketika, lidahnya terasa kelu untuk berbicara. Demi apapun dia sangat senang meski hanya sebuah kecupan tapi berhasil membuat perasaannya begitu gembira. Dia tidak sedang bermimpi, bukan? Dia salah tingkah tentu saja, namun sebisa mungkin dia tetap biasa saja dan sebisa mungkin harus tetap bersikap cool.

THE END

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now