•35•

414 28 0
                                    

Tadi Angga dan Aqila sempat bertanya kepada Aileen saat anak bungsunya beranjak dari duduknya—berniat untuk meninggalkan ruang keluarga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tadi Angga dan Aqila sempat bertanya kepada Aileen saat anak bungsunya beranjak dari duduknya—berniat untuk meninggalkan ruang keluarga. Aileen menjawab jika dirinya ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil, yah meskipun akhirnya dia ke ruang tamu juga. Sengaja dia membohongi kedua orang tuanya karena dia ingin memberi kejutan untuk kedua orang tuanya.

Tidak lama bel rumahnya berbunyi. Lantas Aileen langsung beranjak dari duduknya dan kembali menyimpan ponselnya terlebih dahulu. Perasaannya menghangat ketika membayangkan siapa yang datang. "Pasti yang datang kak Aldo," Aileen berujar lirih sebelum akhirnya membukakan pintu rumahnya.

Senyum Aileen seketika mengembang tatkala melihat seorang cowok bertubuh jangkung dengan ramput jabrik yang terlihat sedikit acak-acakan. Dia tengah mengenakan hoodie yang berwarna hitam, dengan bawahan celana jeans selutut berwarna senada. Hoodie-nya terlihat sedikit basah karena menerobos hujan yang masih turun—walau tak sederas tadi. Ya, dia Aldo.

Aldo yang di sambut dengan senyuman manis Aileen pun langsung terpesona. Lagi-lagi dia merutuki dirinya sendiri karena sudah berjanji agar tidak terpesona oleh kecantikan Aileen lagi. Namun dirinya sendiri yang berkhianat bukan? Aldo tersenyum tipis, sebagai balasannya, canggung sekali rasanya.

Aileen meraih telapak tangan kanan Aldo, tidak bisa di pungkiri jika telapak tangan Aldo terasa dingin. "Ayo masuk dulu kak,"

Kontan Aldo menggigit bibir bawahnya, perasaannya berkecamuk lagi. Jika terus-terusan begini dia bisa baper lagi pada Aileen. Sebisa mungkin dia menyembunyikan rasa gugupnya. Salah tingkah sendiri dia dibuatnya.

"Kak Aldo pasti ngerasa kedinginan, kan?" Aileen bertanya dengan sorot mata yang terlihat sangat khawatir—dia tidak ingin jika kakak kandungnya itu sakit.

Aldo menggaruk tengkuknya yang tidak terasa gatal. "Dikit, Ai," Aldo menjawab singkat seraya menetralkan degup jantungnya yang kembali tak beraturan.

Bohong jika Aldo menjawab dengan berkata tidak merasakan dingin, karena sejujurnya dia merasakan dingin disekujur tubuhnya. Demi Aileen, dia bahkan rela menerobos dibawah hujan yang berhasil membasahinya. Dia sama sekali tidak menyesal telah melakukan hal itu, karena perjuangannya tidak ada yang sia-sia jika untuk Aileen seorang.

"Aldo?" Suara wanita paruh baya berhasil memecah keheningan yang ada.

Siapa lagi yang memanggil jika bukan Aqila yang nota bene-nya adalah mami Aileen dan mami Aldo tentunya. Kini dirinya tengah berdiri mematung di ambang pintu untuk memasuki ruang tamu. Dia keluar karena mendengar suara percakapan Aileen dan seorang cowok. Ketika sampai di ambang pintu menuju ruang tamu, dia lantas terkejut dengan kedatangan anaknya yang telah lama hilang itu kembali berkunjung ke rumahnya. Kedua matanya memanas, menahan butiran air mata agar tidak jatuh membasahi pipinya.

Dia Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang