•30•

555 32 2
                                    

Aileen berdecak kesal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aileen berdecak kesal. "Ganggu orang aja deh, mana berisik banget lagi,"

Berpikir sejenak, akhirnya Aileen beringsut dari duduknya untuk berdiri dan berjalan meninggalkan ruang keluarga untuk menuju pintu utama dengan raut wajah yang terlihat ragu-ragu. Sesekali Aileen menelan ludahnya kasar. Sekarang ujung kaki kanan Aileen sudah menyentuh muka pintu—dia memejamkan matanya sejenak. Menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya menghembuskannya dengan perlahan.

Aileen menggigit bibir bawahnya takut. Namun rasa penasarannya tentu berhasil mengalahkan rasa takut yang kini tengah melanda. Perlahan tapi pasti, Aileen membuka pintu yang dikunci lalu menarik knop pintunya hingga pintu itu terbuka—memperlihatkan seorang cowok bertubuh jangkung yang kini tengah menyeringai. Siapa lagi kalau bukan Arsen?

Lantas Aileen melongo sesaat. Rasa takutnya sekarang sudah pergi entah kemana. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang saat ini dia lihat. Arsen datang kerumahnya malam-malam seraya membawa buku? Pernyataan tersebut sangatlah sulit dipercaya—namun kenyataannya memanglah seperti itu. Aileen tahu betul dengan Arsen, jelas Arsen bukan termasuk cowok kutu buku. Perlu diketahui, Arsen orangnya sangatlah pemalas, untuk belajar saja dia perlu berpikir dua kali sebelum melakukannya.

Dahi Aileen berkerut sementara alisnya menyatu—tanda bahwa dirinya sekarang tengah kebingungan. "Arsen datang kerumah gue sambil bawa buku?"

"Gue nggak salah lihat nih?" Aileen bertanya dengan nada yang terdengar meledek.

Arsen mendengus kesal. Sejujurnya dirinya tak suka diledek, sungguh. "Gue juga sebenernya males bawa ginian," Setelah mengatakan kalimat tersebut, lantas Arsen langsung melangkahkan kakinya lebar untuk memasuki rumah Aileen yang tampak sepi. Wajar karena hanya ada mereka berdua saja.

Sementara Aileen? Dia menghentak-hentakkan kakinya kesal. Bagaimana dirinya tidak kesal jika Arsen menyelonong masuk kerumahnya tanpa seizinnya. Bahkan Aileen belum menyuruh Arsen untuk masuk. Namun dengan seenak jidatnya dia masuk ke dalam lebih dulu meninggalkannya diluar sendirian. Diluar tidak terlalu gelap—mengingat bahwa ada sejumlah lampu yang menerangi luar rumahnya.

Perlu diketahui bahwa tadi padi, Aileen tak jadi menceritakan tentang Aldo kepada Arsen. Aileen sempat berpikir bahwa belum waktunya dia untuk menceritakan rahasia besar kepada Arsen. Walau sejujurnya dia ingin sekali menceritakannya. Mungkin lebih baik dia menceritakan rahasia tersebut dilain hari. Entah hari apa—yang pasti Aileen tak mengetahuinya.

Aileen menutup pintu utama dengan sedikit keras sebelum akhirnya berjalan menyusul Arsen yang batang hidungnya sudah tak terlihat. Sejujurnya dia tak menginginkan kedatangan Arsen hari ini—mengingat bahwa saat ini dirinya harus belajar guna ulangan besok pagi. Tentunya dia takut jika nanti Arsen akan merecoki dan mengganggunya waktu belajar. Aileen menggelengkan kepalanya pelan, dia tidak habis pikir dengan Arsen yang selalu datang kerumahnya. Entah itu pagi, siang, ataupun sore hari.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now