•14•

1.3K 82 2
                                    

Aileen mendengus tatkala teringat oleh perkataan yang dilontarkan dari murid cewek tadi pagi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Aileen mendengus tatkala teringat oleh perkataan yang dilontarkan dari murid cewek tadi pagi. Kupingnya terasa panas karena dia tak henti-hentinya mendengar pujian yang jelas di tujukan untuk Arsen. Mereka bilang bahwa Arsen itu tampan, baik hati, dan tidak sombong. Tentu Aileen setuju dengan poin yang pertama, namun tidak dengan poin kedua dan ketiga. Mereka tidak mengenal Arsen lebih dalam, mereka hanya tahu bagian luarnya saja, tetapi tidak bagian dalamnya seorang Arsen.

"Gue nggak nyangka, Aileen yang dulu penakut sekarang menjadi pemberani seperti ini," Arsen tertawa kecil, pandangannya kini tertuju pada daun-daun berwarna coklat yang kini saling berjatuhan.

Aileen tersenyum miring. "Gue yang sekarang bukanlah yang dulu," Aileen menyahut dingin.

Arsen terdiam sejenak. Dia menyisir rambut hitamnya yang terlihat berantakan itu kebelakang menggunakan jari-jemarinya. "Padahal gue suka lo yang dulu yang penurut serta penakut,"

"Lo masih nggak puas buat nyakitin gue selama dua tahun lebih, huh?" Aileen bertanya dengan sedikit meninggikan suaranya. Memori menyakitkan kembali terpampang jelas di otaknya. Dimana dia setiap hari di bikin menangis oleh Arsen dan teman-temannya pun tidak ada yang berniat untuk menolongnya. Jika membayangkan hal itu Aileen rasanya ingin menangis lagi dan lagi.

Sori, Ai. Dulu gue sebenernya nggak ada niatan buat nyakitin elo. Karena gue nggak mau lo lupa sama gue, jadi gue terpaksa nyakitin lo.

"Belum, gue belum puas," Arsen menyahut seraya menoleh ke arah Aileen yang kini memelototkan matanya karena tak percaya dengan jawaban yang dilontarkan Arsen barusan.

"Fix! Lo itu adalah setan yang nggak punya hati dan nggak berperi kemanusian sama sekali," Aileen menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Kenapa lo sekarang kelihatannya jadi benci banget sama gue, Ai?

"Emang faktanya begitu," Arsen menyahut dengan cepat, dia menyimpan kedua tangannya di saku celananya. Mengabaikan raut wajah Aileen yang lagi-lagi terlihat terkejut dan tak percaya.

Aileen menghela nafasnya terlebih dahulu sebelum mulai bertanya. "Sehari aja lo nggak gangguin gue, bisa nggak?" Aileen bertanya dengan jengah.

Arsen menggeleng. "Lo aja udah tau jawabannya, ngapain masih nanya, huh?"

Aileen terdiam sesaat. Perkataan Arsen tidak sepenuhnya salah. Memang faktanya seperti itu. Suasana canggung dan hening kembali menyelimuti kedua insan yang kini sedang kembali terdiam mematung di tempat. Angin berhembus kencang, membuat rambut mereka ikut bergerak dengan sendirinya. Suasana agak mencair saat Arsen berdeham pelan. Namun Aileen sama sekali terlihat acuh tak peduli.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now