•17•

1.1K 70 4
                                    

Arsen mengendikan bahunya acuh

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arsen mengendikan bahunya acuh. "Gue nggak tau!" Arsen menyahut dengan kesal sebelum akhirnya dia memutuskan untuk kembali melangkahkan kakinya lebar untuk menghampiri Aileen yang masih diam tak berkutik sama sekali. Sebenarnya sekarang Arsen khawatir dengan Aileen, namun tentu saja dia tidak akan menunjukannya di depan Aileen. Dia terlalu gengsi untuk mengakui hal itu.

Arsen terlebih dahulu menarik kursinya kebelakang sesaat sebelum dia duduk di bangkunya yang letaknya berada disamping Aileen. Tangan kanan Arsen terulur untuk membelai rambut pendek milik Aileen. Rambut sebahu Aileen kini terlihat sangat berbeda dari tadi saat dia masih bersamanya tadi. Bagaimana tidak? Sekarang rambut Aileen terlihat lepek dan basah.

Sedikit aroma jeruk yang menyeruak masuk kedalam hidung Arsen. Dan hal itu lah yang membuat Arsen menjadi penasaran dan curiga tentunya. Dia sudah hafal betul dengan aroma tubuh Aileen yang berbau harumnya bunga. Bukan beraroma buah-buahan apalagi jeruk. Kini Arsen tengah tersenyum tipis, hampir saja tak terlihat karena terlihat sangat samar.

"CUTTIBE lo lagi tidur ya?" Arsen bertanya dengan suara bariton yang terdengar berat.

"Maaf gue tadi lama, habisnya gue tadi ada urusan sebentar," lanjutnya seraya menarik tangan kanannya kembali.

Kontan Aileen langsung memasang wajah yang terlihat marah bercampur kesal saat mendengar perkataan Arsen barusan. Kini, Aileen sudah berdiri, di susul Arsen yang sekarang juga ikut berdiri. Suasana mencekam terlihat begitu kentara di kelas sebelas IPA. Dahi Arsen berkerut sementara alisnya menyatu, jujur dia merasa ada yang aneh.

Aileen sedikit terpesona saat melihat penampilan Arsen kini. Bagaimana tidak? Rambutnya yang jabrik itu dibiarkan berantakan begitu saja. Kedua lengan almamaternya sedikit dia gulung keatas, membuat lengannya yang kekar bisa dia lihat begitu saja.

Kedua telapak tangannya dia masukan kedalam saku celananya. Hal itu lah yang membuat Arsen makin terlihat cool. Juga wajahnya yang terlihat dingin. Namun tentu saja hal itu tak mengurangi ketampanan yang Arsen miliki. Siapapun kaum yang melihatnya, pasti akan terpesona dengan aura berbeda yang Arsen milikki.

Aileen merutuki dirinya sendiri. Bagaimana mungkin dia bisa terpesona dengan cowok kejam macam Arsen, huh?

Sekarang di kelas hanya ada mereka berdua. Semula ada segilintir murid yang ada didalam kelas. Namun, ketika Arsen masuk segelintir itu langsung ngacir pergi ke luar kelas. Walaupun Arsen adalah anak baru, namun tidak ada seorang pun yang berani kepadanya. Kecuali Aileen seorang. Pintu kelas sudah ditutup beberapa saat lalu oleh Gilang.

"Minggir! Kalau bisa pergi aja lo dari sini!" Perintah Aileen dengan sedikit meninggikan suaranya.

Arsen menatap wajah Aileen yang terlihat sembab. Terlihat sangat jelas bahwa pipi kanan Aileen memerah serta membekas membentuk telapak tangan. Pipi itu sedikit berdarah. Kontan Arsen sudah bisa menyimpulkan bahwa Aileen tadi habis ditampar oleh seseorang. Sayangnya Arsen tak tahu siapa yang sudah menampar cewek yang sangat dia cintai setengah mati.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now