•43•

386 24 0
                                    

Tadi juga Rafis sempat meminta maaf kepadanya kala waktu sekolah dasar

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tadi juga Rafis sempat meminta maaf kepadanya kala waktu sekolah dasar. Dia menceritakan ketika Arsen meminta saran kepadanya supaya Aileen tetap mengingat Arsen—betapa bodohnya saran Rafis yang diberikan oleh Arsen. Aileen benci kata bully. Antara senang dan terharu ketika mengetahui alasan Arsen dulu yang sangat senang membully-nya.

Aileen merasa sedikit kecewa karena Arsen tidak menceritakan alasannya tersebut. Kalaupun Arsen dulu waktu sekolah dasar bicara baik-baik agar tidak melupakannya, mungkin rasa cinta Aileen yang belum disadari akan bertambah. Mengingat bahwa cowok itu gengsinya selangit-jadi Aileen berusaha untuk memaklumi saja. Cowok seperti Arsen harus dihadapi dengan lembut, kalau dihadapi dengan kasar kemungkinan besar dia akan bertambah membangkang.

Sekarang Aileen juga tidak mempunyai alasan lagi untuk membenci Arsen setelah alasan pembully-an yang dilakukan Arsen terkuak. Sejujurnya, Aileen sangat ingin mencubit ginjal Arsen agar bisa menurunkan egonya yang teramat besar.

o0o

"Kado itu buat siapa? Buat cowok?" Aldo tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya ketika sudah tiba diruang keluarga-dia melihat adik perempuannya yang tengah sibuk membungkus kado. Dia melepaskan dua kancing kemejanya sebelum mendekat ke arah Aileen.

Refleks Aileen tersadar dari lamunannya, dia menghentikan kegiatannya ketika mendengar suara bariton yang tentunya di lontarkan kepadanya—Aileen memang belum menoleh ke asal suara. Namun tampaknya dia sudah mengetahui siapa yang bertanya kepadanya. Dia menduga kalau barusan adalah suara dari kakak lelakinya, tidak mungkin jika yang bertanya kepadanya itu adalah papinya, bagaimanapun juga papinya masih sibuk bekerja dikantor, sementara maminya juga tengah sibuk mengurusi toko kuenya.

Aileen menoleh kesamping, terlihat Aldo sudah duduk disampingnya dengan jarak satu meter padanya. Dia tengah sibuk dengan ponselnya. Aileen menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Kasih tahu atau jangan?
Melihat adik perempuannya yang wajahnya kini terlihat panik membuat senyum Aldo mengembang begitu saja. Dia sudah menduga jika Aileen takut untuk memberi tahu kepadanya.

Kalaupun dikasih tahu, Aldo pasti tidak akan marah. Mana mungkin dia bisa marah kepada adik perempuan kesayangannya?

Bukankah hal tersebut terdengar mustahil?

"Kasih tau aja, Abang nggak bakal marah kok," Aldo berusaha menenangkan Aileen, seolah sudah mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh adik perempuannya.

Sementara Aileen dia menunduk seraya menautkan jari-jemarinya, dia resah tentu saja. Dia takut kalau Aldo akan marah kepadanya—bagaimanapun juga Aileen mengetahui jika Aldo dan Arsen dulu pernah berkelahi karena memperebutkannya. "Buat Arsen, Bang," sahutnya lirih.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now