•28•

835 48 6
                                    

Dahi Arsen langsung berlipat ketika dirinya mendapati Aileen yang kini tengah berdiri di depan pintu utama rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dahi Arsen langsung berlipat ketika dirinya mendapati Aileen yang kini tengah berdiri di depan pintu utama rumahnya. Bagaimana tidak? Hari ini adalah hari minggu, di mana hari yang selalu dinanti oleh banyak murid karena terbebas dari yang namanya sekolah. Tidak seperti biasanya Aileen datang kerumahnya jika bukan dirinya sendiri yang mengajaknya untuk main dan jangan lupakan, Arsen juga sangat bingung ketika dirinya membuka pintu—Aileen langsung berhamburan ke pelukannya, tentunya hal tersebut sangat sulit di percaya oleh Arsen.

Tubuh Arsen kontan menegang. Lidahnya bahkan saat ini terasa sangatlah kelu untuk mengucapkan sepatah kata. Ingat! Dari dulu dirinya bahkan belum pernah dipeluk Aileen terlebih dahulu—namun kali ini jelas berbeda. Wajahnya memanas, degup jantungnya pun menjadi berpacu dua kali lebih cepat dari sebelumnya. Walau hanya sebuah pelukan dari Aileen—namun nyatanya begitu berpengaruh besar terhadapnya. Tentu dia senang bukan main.

Siapa orang yang tak senang jika di peluk oleh pujaan hatinya? Arsen rasa tidak ada.

"Arsen," Aileen memanggil Arsen dengan suara yang terdengar lirih—tidak seperti biasanya Aileen memanggil Arsen dengan lirih, karena sebelumnya Aileen memanggilnya dengan suara yang jelas mengajaknya untuk ribut dan tentunya membuatnya naik pitam.

"Lo kenapa? Lo nggak kayak biasanya," Arsen menukas cepat. Setelahnya dirinya melepaskan pelukan Aileen darinya dan mencengkram kedua bahu Aileen dengan erat. Menunduk menatap wajah Aileen yang terlihat murung dan lesu tidak seperti hari-hari biasanya yang terlihat ceria. Arsen sudah tahu jika keadaan Aileen sekarang tidak baik-baik saja. Wajah Aileen saat ini terlihat pucat, dengan kantung mata hitam dan hidung memerah sudah dipastikan bahwa Aileen semalam tidak tidur atau menangis semalaman.

Aileen mendongak, membuat kedua pasang mata mereka bertemu begitu saja. "Gue baik-baik aja," Aileen menyahut lemah seraya tersenyum, bukan senyum bahagia tetapi jenis senyuman yang tak bisa diartikan.

Kontan Arsen menggeram setelahnya. Nafasnya memburu begitu terdengar kentara saat menyadari perubahan sikap Aileen yang jauh lebih lemah lembut dari biasanya. Namun dirinya tidak bisa memalingkan wajahnya untuk tak memandang wajah Aileen yang masih terlihat cantik—hanya saja tidak seperti biasanya. Semakin lama Arsen memandang Aileen, dirinya dapat melihat kebohongan disana.

"Lo bohong, cewek kalau bilang gitu pasti berarti sebaliknya,"

Aileen menunduk menatap lantai rumah Arsen yang terlihat sedikit berdebu. Percuma saja jika dirinya berbohong karena tentu Arsen tak akan mempercayainya. Sebenarnya Aileen datang ke rumah Arsen pagi-pagi begini untuk menenangkan dirinya sendiri—dia berniat menceritakan kejadian yang tentunya tak pernah dia pikirkan sebelumnya. Tadi, maminya berangkat pagi-pagi sekali. Aileen kontan memaklumi hal tersebut karena maminya bukanlah tipe orang yang suka menunda-nunda pekerjaan.

Dia Arsen (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang