•24•

892 55 6
                                    

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.


Aileen menatap Arsen dengan mimik wajah yang terlihat terkejut. Dia menutup mulutnya sendiri dengan gaya yang terlihat dramatis. "Cinta pertama? Wow! Gue tau—"

"Pasti Alna kan?" Aileen bertanya seraya menarik-turunkan alisnya menggoda.

Arsen mendengus jengkel. "Idih, najis banget!"

Cinta pertama gue sebenernya lo, Ai.

"Lo masih waras, kan? Lo juga nggak panas tuh," Aileen berujar dengan sedikit menohok.

Arsen tak langsung merespon perkataan Aileen, melainkan dirinya tersenyum tipis. Jari-jemarinya dia gunakan untuk menyisir rambut bagusnya kebelakang. Namun dia masih menunduk, mengamati wajah Aileen yang sekarang terlihat nampak memerah. Entah karena malu atau karena menahan kesal. Deru nafasnya terdengar memburu.

"Tenang CUTTIBE, gue masih waras kok," Arsen menyahut dengan santainya.

Aileen tersenyum sinis setelahnya. "Lo bahkan saat ini terlihat jauh dari kata waras,"

Arsen hanya merespon dengan mendengus jengkel.

"Lo ingat? Dulu sering bilang bahwa gue itu jelek, pendek, dan lo selalu hina warna kulit gue,"

"Tapi kenapa lo tadi bilang seolah-olah lo seperti sedang muji gue, huh?" Aileen bertanya lirih seraya menunduk.

Dia meremas-remas ujung bajunya dengan gusar. Sebenarnya saat ini matanya sudah berkaca-kaca, namun dirinya tentu tidak akan membiarkan cairan putih miliknya meluncur ke bawah membasahi pipinya begitu saja. Dia selalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa tidak akan menunjukan kecengengannya di depan Arsen. Karena dirinya sudah berjanji, maka dirinya juga merasa enggan untuk mengingkari.

Demi apapun, gue dulu nggak bermaksud untuk jelek-jelekkin lo, sejujurnya gue dulu cuman berkata bohong, Ai.

Arsen berdeham sebentar sebelum mulai berbicara. "Sori, seharusnya lo dulu nggak usah percaya omongan gue, karena dulu omongan gue bohong semua," Arsen menyergah tak terima. Sungguh di dalam lubuk hatinya yang terdalam-dia sangatlah merasa menyesal. Dia sangat jahat bukan? Membuat cewek pujaan hatinya selalu menderita karena ulahnya yang bisa dikatakan sangatlah salah, benar-benar salah.

Aileen kontan langsung mendongak. Dia tertawa kecil setelahnya. Bukan tawa senang, melainkan jenis tawa miris. "Jadi... yang lo katakan tadi juga berbohong?"

Arsen langsung menggeleng keukeuh. Jari-jemarinya yang besar kian mengeratkan genggamannya. "Enggak lah... gue jujur, gue muji lo karena faktanya emang begitu," Arsen menjelaskan seraya menatap mata Aileen dengan tajam-setajam elang tentunya.

Aileen menghela nafasnya pelan lalu memalingkan wajahnya kesamping. "Bullshit!"

Setelahnya Arsen menyentakkan kepalanya. Bahkan saat ini dirinya belum bisa meyakinkan Aileen. Jika dirinya menyatakan cintanya pada Aileen saat ini mungkin jawabannya sudah pasti di tolak. Mustahil jika dengan begitu mudahnya Aileen menerima sebagai pacar sungguhan bukan hanya pacar bohongan semata. Dirinya bahkan merasa tak pantas jika harus bersandingan dengan cewek sebaik Aileen-mengingat bahwa selama ini dirinya adalah cowok brengsek.

Dia Arsen (END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ