•41•

401 28 5
                                    

Melihat kondisi Arsen saat ini kontan membuatnya mengerutkan dahinya—Dara memandang Arsen sesaat dengan sorot mata yang sangat terlihat khawatir

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Melihat kondisi Arsen saat ini kontan membuatnya mengerutkan dahinya—Dara memandang Arsen sesaat dengan sorot mata yang sangat terlihat khawatir. Wajahnya seketika menjadi sendu. Diluar memang masih hujan namun tidak sederas waktu tadi. Rambut jabrik Arsen juga terlihat basah dan lepek, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi ketampanannya.

"Anak mama yang paling udah pulang ternyata, Arsen kok basah? Abis ujan-ujanan?" Dara bertanya lembut.

Arsen menggaruk tengkuknya yang tak gatal ketika mendengar pertanyaan yang barusan dilontarkan oleh maminya—dengan ragu dia mengangguk, walau sejujurnya dia juga tidak ingin hujan-hujanan sendirian. Berbeda, kalau hujan-hujanannya sama Aileen, yang pasti Arsen akan bergembira tentunya. Namun tampaknya dia tidak menyukai hal yang tidak ada kehadiran pujaan hatinya—contohnya seperti tadi, dia hujan-hujanannya sendirian. Ah, sangat menyebalkan bukan?

Melihat muka Arsen yang murung membuat Dara menyipitkan matanya tanda jika dia tengah curiga. Hal apa yang bisa membuat anaknya jadi murung begini?

"Anak mama harus senyum dong, masa mukanya murung gitu?"

Arsen menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya dihembuskan dengan perlahan. "Arsen lagi sebel, Ma," Arsen menyahut dengan sekenanya.

"Eh, mama udah tau belum kalo—"

Perkataan Aileen terpotong ketika Dara membuka suaranya. "Arsen ceritanya nanti lagi ya?"

"Sekarang Arsen ganti baju dulu gih, nanti turun kesini lagi ya?" Pintanya dengan suara yang terdengar lembut.

Walaupun rasanya penasaran namun dia memilih untuk menyuruh anak tunggalnya supaya menganti pakaiannya yang basah terlebih dahulu. Dia tidak ingin jika anak satu-satunya masuk angin dan berujung sakit. Yah... Meskipun Arsen termasuk cowok yang kebal terhadap penyakit—Dara tetap tidak akan membiarkan Arsen seperti saat ini. Contohnya hujan-hujanan dan mengenakan pakaian basah.

Oke, Arsen paham dengan Dara. Dara menyuruhnya begitu tentu saja karena khawatir kepadanya. Arsen menarik kedua sudut bibirnya—membentuk senyum tipis yang teramat manis. Tanpa aba-aba Arsen segera mengiyakan patuh sebelum akhirnya melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang terdapat dilantai dua. Sementara Dara? Dia ikut tersenyum ketika melihat Arsen yang sangat penurut. Arsen memang terlihat keras namun dia sangat penurut jika bersama orangtuanya.

"Cattie, Lo tau nggak?" Arsen bertanya kepada kucing anggoranya yang sudah diasuhnya sejak lama, begitu dia keluar dari kamar mandinya setelah selesai membersihkan diri. Kini dia hanya mengenakan celana pendek dengan atasan telanjang. Kini, Arsen masih mengusap-usap rambutnya yang masih basah sehabis keramas—hal tersebut kontan membuat tetesan air yang membasahi rambutnya menetes di atas lantai.

Dia Arsen (END)Where stories live. Discover now