•37•

461 29 0
                                    

Aileen beranjak dari duduknya, menurunkan perasaan gengsinya untuk nyamperin Arsen terlebih dahulu

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Aileen beranjak dari duduknya, menurunkan perasaan gengsinya untuk nyamperin Arsen terlebih dahulu. Berulang kali dia menarik nafasnya dalam-dalam sebelum akhirnya memutuskan untuk mengangkat kalinya, berjalan menuju Arsen, yang posisinya masih sama seperti tadi. Dia berniat untuk memastikan jika Arsen sedang baik-baik saja, walaupun kenyataannya tidak sedang baik-baik saja.

Tanpa aba-aba Aileen duduk di bangku yang letaknya tepat di samping Arsen. Pandangannya tak lepas dari rambut jabrik milik Arsen yang terlihat acak-acakkan. Tangan kanan Aileen tiba-tiba terulur untuk mengusap-usap rambut Arsen. Arsen kontan langsung mengangkat kepalanya ketika merasakan sentuhan lembut diatas kepalanya. Begitu terkejutnya ketika mengetahui jika yang mengusap-usap rambutnya tadi ialah Aileen.

Aileen tersenyum. "Lo nggak apa-apa, kan?"

"Hari ini Lo nggak kayak biasanya," sambungnya seraya menunduk—menatap roknya, dia cemas.

Arsen terdiam cukup lama, wajahnya memanas. Hatinya cukup menghangat karena kelakuan Aileen barusan. "Lo nggak usah deketin gue lagi, bukannya lo udah punya cowok lain, dibelakang gue?" Arsen bertanya menusuk dengan sedikit merendahkan suara baritonnya. Sejujurnya dia tidak tega melontarkan kata-katanya barusan kepada pujaan hatinya.

Aileen kontan membulatkan matanya bingung. "Cowok lain?" Aileen balik bertanya membuat mood Arsen bertambah memburuk. Dia tidak paham dengan apa yang barusan di katakan oleh Arsen sungguh.

"Yang jalan sama lo kemaren," Arsen menukas cepat sebelum akhirnya membuang muka dengan kesal.

Lantas Aileen menutup mulutnya, kemarin dia memang jalan sama seorang cowok—namun cowok itu adalah Aldo, kakak kandungnya sendiri. Aileen tersenyum tipis hampir tak terlihat. Dia kini mengangguk mengerti alasan Arsen hari ini terlihat berbeda tidak seperti biasanya. Pipi Aileen bersemu merah sekarang.

"Oh... jadi ceritanya lo cemburu nih?" Aileen bertanya menyelidik.

Bohong jika Arsen menjawab tidak. Karena sebetulnya dia memang cemburu.

"Lo nggak perlu cemburu sama Aldo, dia kakak kandung gue sendiri,"

"Maaf kalau sebelumnya gue belum pernah cerita tentang masalah ini sama lo," Aileen berusaha menjelaskan dengan lembut.

Setelah mendengar penjelasan Aileen, kini Arsen terdiam membeku di tempatnya. Dia kaget, sungguh. Lidahnya seketika terasa kelu untuk berbicara setelah mengetahui fakta yang sebenarnya dan fakta yang tidak pernah dia duga-duga. Wajahnya memanas dia malu, sungguh sangat malu. Rasanya Arsen ingin menghilang dari dunia saat ini juga.

o0o

Saat ini Arsen dan Aileen tengah berada dikantin yang penuh dengan kerumunan banyak murid, di mana banyak dari mereka yang tengah mengantri di beberapa kedai makanan dan minuman yang tentunya berbeda-beda jenisnya dan kantin sekarang terdengar sangat bising tentunya. Sebenarnya Arsen tadi tidak berniat ke kantin, mengingat bahwa moodnya belum sepenuhnya membaik. Namun setelah mendengar penjelasan Aileen, perlahan emosi Arsen mereda.

Dia Arsen (END)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora