Ibu Susu

17 3 0
                                    

Kedua manik matanya berbinar manakala kaki itu menapak pada lantai marmer dengan desain rumah yang terkesan mewah dan didominasi perabotan berwarna emas itu. Senyum tak henti-hentinya terukir pada wajahnya. Sebab bagaimana pun, ini adalah pertama kali bagi wanita sepertinya yang hidup di kampung melihat sesuatu seperti apa yang ada di depan mata sekarang.

"Mulai hari ini kau akan tinggal bersama kami di sini," ujar lelaki yang berdiri di sebelahnya.

Sosok itu adalah sosok yang akan menjadi tuan di mana dia akan tinggal di tempat ini sampai anak mereka tumbuh besar dan tak lagi membutuhkan ASI. Ah, iya. Begini, dia akan menjadi ibu susu bagi bayi dari keluarga kaya raya di kota. Tuntutan ekonomi memaksanya untuk meninggalkan sang anak yang juga masih berusia delapan bulan di kampung halaman. Tidak apa-apa, bukan? Nanti setelah selesai dia akan pulang dengan membawa banyak uang.

Wanita itu mengangguk, rematan pada tali tas yang dia bawa semakin kuat. "Baik, Tuan." balasnya.

Istrinya yang berdiri di sebelahnya sembari mengapit lengan sang suami kini tersenyum manis ke arahnya. Kedua orang itu kemudian melangkah menuju ke sebuah ruangan yang berada di lantai atas. Selama perjalanan menuju kamar tempat di mana bayi itu berada, wanita itu tak henti-hentinya berdecak kagum dan bahkan nyaris tersandung kaki sendiri karena hilang fokus pada jalanan.

"Di sini kamar anak kami, nanti setiap pagi kau datang dan beri dia ASI!" titah sang tuan.

Wanita itu terdiam, keningnya terlihat berkerut. "Hanya pagi saja?" tanyanya kemudian.

Lelaki itu lalu mengangguk, sementara sang istri masih tersenyum di tempatnya. "Iya, beri dia ASI setiap pagi saja. Nanti setelahnya kau bisa beristirahat,"

Aneh. Satu kalimat yang berkeliaran di dalam kepalanya. Namun wanita itu seolah tak ingin ambil pusing, lagi pula dia hanya bertugas memberi ASI dan itu pun hanya di pagi hari. Selebihnya dia bisa beristirahat dan menikmati kehidupan di tempat itu. Mengangguk, wanita itu lantas berjalan kembali mengikuti langkah sang tuan dan nyonya yang membawanya ke arah kamar di mana dia akan tinggal beberapa waktu.

"Baiklah, selamat tidur. Besok jangan lupakan tugasmu, ya?"

Sang tuan dan nyonya lalu melempar senyum lagi, sementara wanita itu hanya mengangguk sebagai jawaban dengan senyum kecil yang terukir. Di dalam hati dia merasa begitu senang. Kakinya langsung di bawa masuk ke dalam kamar, bahkan tanpa sadar sedikit melompat-lompat kecil sangking girangnya. Untuk pertama kali dalam hidupnya dia tidur di atas kasur empuk dan juga nyaman seperti ini. Semuanya benar-benar menakjubkan.

Namun setelah pagi tiba, dia hanya bisa terpaku di atas pijakan saat berniat melaksanakan tugasnya sebagai ibu susu. Sebab di hadapannya sekarang bukanlah sesosok yang ada di dalam kepalanya.

"Ayo, beri dia susu! Supaya malam nanti dia bisa mencari uang lagi untuk kita!"

Fin

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now