Tidur

8 3 0
                                    

Dia tak tidur. Entah sudah berapa lama, tak ada yang tahu. Bahkan dirinya sendiri lupa menghitung sudah hari ke berapa dia tidak tidur. Kantung mata sudah semakin membesar, lingkaran hitam semakin terlihat, urat-urat merah pada manik matanya semakin banyak.

Dia tak tidur. Kantuk tak mau datang. Lebih tepatnya, pikiran yang memenuhi kepala membuatnya tak bisa tidur. Tubuhnya terlihat semakin tak sehat. Wajahnya kusam. Bibirnya kering. Kepalanya pusing. Rambutnya lepek sudah seperti tak pernah lagi mandi. Gadis itu terlihat seperti mayat hidup yang berjalan-jalan di film mencari mangsa untuk dimakan karena lapar.

Malam ini, dia tidak lagi bisa tidur. Sudah banyak sekali obat yang dia makan. Sudah ber bab-bab buku yang dia baca. Sudah lusinan lagu dia dengarkan. Lilin aromaterapi yang dia nyalakan sudah habis. Namun sayangnya, semua itu sia-sia. Dia tidak juga bisa tidur. Tidak bahkan untuk beberapa hari selanjutnya.

"Kenapa tak juga tidur?" tanya suara yang sudah menemaninya beberapa hari terakhir.

Menjilat bibir yang terasa kering, gadis itu lalu menoleh pada bayang-bayang yang memantul pada cermin. "Aku benci tidur, karena kau selalu datang ke dalam mimpiku."

"Kenapa?"

"Saat kau datang, rasa rindu itu semakin membesar. Dan aku membenci kenyataan di mana kau tak akan bisa datang untuk mengobati rinduku."

Fin

The Whalien ClubTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang