Lelaki dan Hobinya Mengoleksi Pujaan Hati

5 2 0
                                    


Napasnya tersengal. Kedua kakinya sudah tidak mampu lagi melangkah. Keringat sebesar biji jagung mengucur membasahi pelipis dan jatuh ke atas bahu telanjangnya. Matanya terpejam sejenak, kemudian terbuka kembali dengan cepat sembari menelisik ke arah sekeliling.

Suara derap langkah kini tak lagi terdengar. Lelaki itu menarik napas dalam-dalam. Kepalanya pening luar biasa. Matanya kemudian menoleh dan menemukan tanda tiga belas berada di atas sebuah pintu. Dia menggerutu cukup keras hingga suaranya menggema. Tak ada hotel yang memiliki lantai tiga belas, pikirnya.

Dia mencoba menenangkan diri. Untuk kesekian kalinya menarik napas. Dadanya naik turun, bersama detak jantung yang bertalu tak karuan. Lelaki itu duduk dengan menekuk kaki dan bersandar pada dinding. Tangannya mengusap wajah dan rambut yang basah.

Pada akhirnya, dia terjebak pada sebuah ketidakberuntungan pada malam ini.

Ponsel yang tadi buru-buru dia ambil tergeletak di atas lantai. Layarnya kemudian menyala dan dering ponsel itu mengagetkan lelaki itu. Dia kembali mengumpat. Tangannya memegangi dada yang terasa sesak karena terkejut.

Sebuah nama bertuliskan 'Istri' dengan tanda cinta di ujung kata itu terlihat di layar. Entah sebuah pertanda atau mungkin insting sang istri yang terlalu besar, perempuan itu seolah-olah mendengar teriakan tak langsung dari suaminya yang nampak putus asa.

"Kau baik-baik saja, 'kan?" tanya perempuan itu di balik sambungan telepon.

Sejenak dia terdiam. Lelaki itu tak mampu mengucap sepatah kata pun. Napasnya kembali tersengal. Pada akhirnya, dia terisak. "Sayang, tolong aku!" lirihnya dengann bibir bergetar.

"Ada apa? Selingkuhanmu hamil, ya?"

Lelaki itu terdiam. Tangisannya terhenti setelah mendengar pertanyaan sang istri yang benar-benar di luar dugaan. Kata orang, perempuan adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling perasa. Sekarang dia tahu bahwa itu semua adalah nyata dan bukan sebuah bualan untuk membuat para makhluk itu senang.

"Kau tahu darimana kalau aku selingkuh?"

Entah kenapa kalimat itu yang berhasil lolos. Lelaki itu sedikit menggerutu. "Itu tidak penting sekarang," gumamnya yang masih dapat didengar oleh sang istri, "Serius, Sayang! I need your help!"

Perempuan itu terdiam. Dia mungkin sudah siap dengan kemungkinan bahwa selingkuhannya hamil atau meminta untuk dinikahi, toh dari awal berpacaran lelaki itu memang sudah punya kebiasaan berselingkuh. Namun dari suaranya yang terdengar frustasi, perempuan itu tahu bahwa permasalahan yang suaminya hadapi jauh lebih buruk ketimbang apa yang dia bayangkan.

"I accidentlly killed her," perempuan itu tersentak, jantungnya seperti dipaksa berhenti untuk beberapa saat. "I mean, suddenly she didn't move while I fucked her!"

Sial, instingnya benar lagi. Masalahnya jauh lebih buruk dari apa yang ada di kepalanya saat ini. Perempuan itu terdiam untuk beberapa saat. Otaknya mulai mencari cara untuk keluar dari masalah yang tengah suaminya hadapi. Sekalipun ini adalah kesalahan fatal, tetapi dia tidak bisa meninggalkan lelaki ini sebab dia mencintainya lebih dari dia mencintai dirinya sendiri.

Pada akhirnya dia berdiri, satu cara terlintas di kepala. "Biar aku menyerahkan diri pada polisi, Sayang. Tidak apa-apa. Kau tenang saja. Tidak akan ada yang bisa menyakiti dirimu, bahkan nyamuk sekalipun. Kau tahu aku mencintaimu, bukan?"

Lelaki itu tidak menjawab langsung. Dia terdiam untuk beberapa saat. Pun sebuah senyum hadir menghiasi wajahnya, lelaki itu lantas mengusap air mata yang membasahi pipi dan berkata; "Terima kasih karena sudah membereskan masalahku, lagi. Aku mencintaimu, Sayang."

Lelaki dan hobinya mengoleksi pujaan hati memang merepotkan, tetapi hidup tanpa dia jauh lebih merepotkan adalah slogan yang ada di dalam hidup perempuan itu.

Dia akan melakukan apa pun untuk bisa membahagiakan lelaki yang sudah susah payah dia jadikan suami itu, bahkan dengan mengorbankan dirinya sendiri seperti ini... lagi.

Fin

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now