Fans

9 2 0
                                    

Suara teriakan di bangku penonton, tepuk tangan yang begitu meriah, kerlap-kerlip lampu, senyum lebar pada wajah penuh keringat, dan sebuah nama yang kini tengah dielu-elukan. Aku tak pernah membayangkan bahwa aku akan duduk di antara orang-orang yang menyukai sosok itu. Dia, si pria berwajah tampan pemilik suara merdu yang bisa melakukan segalanya. Dion, artis pendatang baru yang kini tengah naik daun bersama dengan grupnya.

Tubuhnya yang tinggi terlihat sangat indah, bahunya yang lebar terlihat sangat cocok dijadikan tempat bersandar, rambutnya yang hitam mengkilap di terpa lampu ruangan, dan derai air mata yang dia perlihatkan terlihat seperti mutiara yang berjatuhan ke atas lantai. Semua orang menyukainya, termasuk aku.

Hanya saja, satu hal yang membuatku tertampar kenyataan adalah aku hanyalah salah seorang penggemar dari ribuan penggemar lainnya yang menyukai pemuda itu. Wajahnya yang tampan, popularitas yang dia dapatkan, dan kemewahan yang perlahan dapat dia rasakan. Aku hanyalah sebagian dari mereka yang beruntung yang bisa menonton penampilannya hari ini.

Maka dari semua itu, aku mencoba untuk dekat dengannya. Kusingkirkan semua yang menghalangi, termasuk penggemar gila yang selalu mengikutinya. Ah, tidak. Dion harus merasa nyaman. Tidak boleh ada yang membuatnya merasa terbebani. Saat berada di luar, aku selalu mengikutinya agar dia tidak diganggu oleh gadis-gadis gila yang menyebut dirinya sebagai penggemar itu.

Aku pernah membuat salah satu dari mereka tergelepar di atas lantai setelah memuntahkan banyak sekali darah. Ya, aku menaruh racun pada minuman miliknya. Aku merasa puas saat itu. Aku begitu bahagia saat melihat wajahnya yang jelek dan menyebalkan itu terlihat pucat serta kesulitan bernapas. Salah siapa selalu mengganggu Dion-ku.

Lalu hari ini, tepat di mana acara konser telah selesai, aku melakukannya lagi. Namun kali ini berbeda. Mereka bukan gadis-gadis gila penggemar fanatik milik Dion, melainkan rivalnya sendiri yang berada di grup yang sama dengannya; Fero. Dia itu menyebalkan, selalu saja menganggu jalan Dion untuk lebih bersinar. Dia juga selalu meniru apa yang Dion lakukan seolah dia ingin menunjukkan bahwa dia lebih baik dari Dion-ku.

Semua orang berteriak histeris saat melihat Fero yang persis seperti ayam yang baru saja disembelih dengan darah yang sudah mengotori pakaiannya. Semua wajah panik itu, teriakan meminta tolong, kaki-kaki yang berjalan mondar-mandir sembari menghubungi ambulans. Aku menghela napas, merasa begitu lega dengan apa yang baru saja aku lakukan.

Lantas setelahnya, aku merasa benar-benar bahagia manakala kedua manik mata milik Dion menatap padaku. Senyuman itu terlihat begitu indah, bahkan lebih indah dari yang aku lihat terakhir kali saat aku membunuh salah satu penggemar gilanya. Mimik wajahnya bahkan terlihat begitu bahagia, sinar matanya juga terlihat begitu mempesona. Ah, inilah alasan kenapa aku rela melakukan semua hal ini demi Dion.

"Terima kasih." ucapnya tanpa suara.

Fin

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now