Twin

5 4 0
                                    

Kata orang, aku dan kembaranku itu benar-benar mirip. Kami sama-sama mempesona dengan kedua manik biru yang membuat semua orang iri. Rambut sekuning emas yang berkilau manakala diterpa sinar matahari. Kulit kami seputih porselin, terkadang membuat semua orang iri dengan kulit kami yang mulus. Kalimat seperti pinang dibelah dua adalah penggambaran kami yang sebenarnya.

Sewaktu kecil, ibu suka sekali membelikan kami baju yang sama. Di dalam lemari pakaian kami bahkan sering menggunakan pakaian satu sama lain karena mereka serupa. Entah itu piyama atau baju untuk ke pesta. Kami benar-benar didandani selayaknya kembar identik yang akan mengundang kagum semua mata yang memandang.

Hingga suatu saat setelah kami beranjak dewasa, tanpa diduga kami berdua malah menyukai seorang pemuda yang sama. Aku bahkan sering bertanya-tanya apa hal istimewa yang membuat kami berdua bertindak seperti itu. Kami berdua bahkan terang-terangan menunjukkan rasa tidak suka dan memperlihatkan pada semua orang bahwa kami adalah rival yang sedang unjuk taring di dalam sebuah ring tinju untuk memenangkan hadiah utama.

Kalah atau mati.

Lantas tanpa diduga, pemuda itu ternyata lebih tertarik dengan kembaranku. Mereka berpacaran tanpa sepengetahuanku. Tahu-tahu saja sudah saling menggandeng tangan dan tersenyum sumringah di hadapanku saat akan pergi ke kantin sekolah melewati ruang kelasku. Aku tentu tak terima. Dengan keberanian yang coba kukumpulkan sebanyak mungkin, aku bertanya perihal kenapa dia malah memilih kembaranku padahal semua orang tahu bahwa aku lebih baik dari gadis itu.

Sembari tersenyum lembut, dia berkata; "Aku suka mata kembaranmu. Ada kebahagiaan yang terpancar di sana. Saat menatapku, dia terlihat tulus."

Aku tak paham dengan perkataannya. Namun dari kedua manik matanya, aku paham bahwa dia menyukai kedua mata kembaranku.

Jadi, aku menggunakan matanya sekarang.

Fin

The Whalien ClubWhere stories live. Discover now