Chapter 3

21.1K 2.5K 33
                                    

"Papa kayanya Hanna gak bisa masuk sekolah hari ini, lihat nih dia nangis sekejer-kejernya," Viona berjalan ke arah meja makan diikuti Hanna yang masih saja memeluk Viona.

"Alasan dia mah itu, pergi mandi gak?!" ucap Dafa kepada Hanna. Hanna tidak peduli dengan perkataan Ayahnya. Saat ini yang paling penting menurutnya adalah Hanna ingin berada disamping Viona 24/7.

"Aku itu udah tamat Pa, Ma. Jadi untuk apa aku ke sekolah lagi? Gak ada kerjaan. Aku mau disini sama Mama aja," ucap Hanna lagi. Dari tadi Viona mendengar Hanna mengatakan hal itu, mengatakan bahwa ia sudah tamat SMA. Viona sampai khawatir dengan anaknya itu.

"Apa kamu bilang? Tamat? Riwayat kamu yang tamat sama Papa!" ucap Papanya sambil menjewer telinga Hanna.

"Aduhh! Sakitt Pa!"

"Sayang pergi mandi sana, nanti kalo Papa marah ribet urusannya," ucap Viona sambil berusaha melepaskan pelukan Hanna. Mau tidak mau Hanna melepaskan pelukannya. Dafa pun menyeret Hanna ke arah kamar mandi.

Mimpi yang sangat aneh. Tapi mengapa rasanya sangat nyata ya? Hanna sendiri kebingungan. Kalau dia sudah mati, apakah dia berada di surga? Karena melihat Ibunya saat ini sangat sangat membuat Hanna senang. Didalam kamar mandi, Hanna melihat ke kaca untuk mencuci wajahnya.

"Aaaaaaaaaaah!" teriak Hanna saat melihat wajahnya. Ini wajahnya saat umurnya masih 16 tahun! This is so weird! Sebenarnya apa yang terjadi disini?!

"Dohhhh ada apa lagi?" ucap Viona dengan malas sambil membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci itu.

"Mama... itu aku?" ucap Hanna sambil menunjuk ke arah kaca.

"Astaga... Kamu mau Mama ruqyah?" ucap Viona malas, lalu ia menutup pintu kamar mandi itu lagi. Ada yang tidak beres, Hanna yakin. Hanna langsung bergegas mandi untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi.

Hanna yang sudah memakai seragam sekolahnya, kembali bercermin. Seragam ini benar-benar jelek. Mengapa? Karena ukurannya yang kebesaran membuat Hanna seperti memakai baju orang lain. Ditambah dengan tatanan rambutnya yang aur-auran. Di cermin Hanna yakin bahwa orang yang dilihat didepannya saat Ini adalah benar-benar dirinya saat berumur 16 tahun. Rambutnya, seragamnya, dari atas sampai bawah. Hanna tidak akan lupa karena ini adalah dirinya sendiri! Skenario pertama tentang Hanna yang mengira kalau ini adalah mimpi sepertinya salah, karena semua nya berjalan lambat dan terlalu nyata. Skenario kedua adalah bahwa Hanna mati di jurang itu, dan sekarang Hanna berada di surga. Sepertinya itu lebih masuk akal. Tapi... Hanna masuk surga? Sepertinya itu tidak mungkin juga...

"Hanna pergi naik taxi atau mau Papa anter?" tanya Dafa.

"Hanna naik mobil aja Pa...," ucap Hanna dengan santai nya sambil mengadahkan tangannya, dengan maksud meminta kunci mobil kepada Dafa. Dafa yang melihat Hanna mengadahkan tangannya langsung memukul tangan Hanna layaknya tos.

"Aww! Papa apaan sih! Aku kan minta kunci mobil!"

"Kamu bercanda jangan pagi-pagi! Kamu mana bisa bawa mobil!

What the...? Ternyata ini bukan surga juga. Karena jika benar ini surga, pasti apa yang Hanna inginkan akan terkabul bukan? Mimpi bukan, mati bukan. Jangan-jangan...

"Papa maaf aku mau nanya, ini tanggal berapa?"

"24 Februari,"

"Tahun?"

"Jangan main-main kamu,"

"Jawab aja please!"

"2010, apasih kamu nanya-nanya tahun," ucap Dafa malas.

Jika saat ini 2010 berarti Hanna kembali ke masa 10 tahun yang lalu?! Bagaimana bisa?! Hanna mencoba untuk tenang tapi ia tidak bisa! Bayangkan jika diri kalian kembali ke masa di waktu muda? Pasti akan kebingungan kan?! Bahkan ini adalah skenario yang sangat sangat tidak masuk akal!

"Udah ya Hanna, kamu mau naik taxi atau sama Papa sama Pak Beni?" ucap Dafa sekali lagi. Pak Beni adalah supir pribadi keluarga Hanna.

"Eh? Sa-sama Papa aja," jawab Hanna terbata-bata. Tak lupa sebelum berangkat ke sekolahnya, Hanna berpamitan kepada Viona dan memeluk Ibunya itu lagi.

"Mama! Aku bakalan cepet pulang! Tungguin aku ya! I love you forever and always," ucap Hanna lalu mencium pipi Viona. Viona hanya tersenyum melihat anaknya itu.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang