Chapter 5

19.3K 1.8K 38
                                    

"Mana disini yang namanya Kirana?!" ucap Aurin lantang.

"Saya kak," ucap murid cewek yang berada di barisan paling belakang.

"Gue mau Senin depan lo bawa makanan dan minuman ke kelas gue, ngerti?!" lanjutnya.

"Kalau gue gamau?" sahut Kirana. Shit, big mistake kid. Aurin langsung tersenyum sinis saat mendengar ada anak yang menjawabnya.

"Kalo gamau...," Aurin berjalan perlahan kearah anak itu lalu ia menjambak rambutnya.

"Hann coba ambilin gunting di meja guru dong," ucap Aurin dengan mentelnya. Anak tadi meronta kesakitan. Hanna tidak sanggup melihatnya, tapi Hanna harus melakukan ini. Hanna mengambil gunting itu dan memberikannya kepada Aurin.

"What are you doing Hann? Cut this bitch hair," ucap Aurin kepada Hanna. Aurin memintanya untuk memotong rambut anak ini? Hanna tidak bisa. Bagaimana caranya Hanna menolak?

"C'mon Hanna potong," ucap Aurin lagi. Hanna tidak punya pilihan lain, saat mendekatkan gunting itu ke rambut anak itu, tiba-tiba bel masuk berbunyi, membuat Aurin mengurungkan niatnya. Aurin langsung melepaskan jambakannya dan menolak kepala anak itu hingga ia terjatuh dari kursinya.

"Itu yang terjadi kalau lo gak mau ya~ oh iya satu lagi, kalo kalian lapor guru, kalian bakal ngelihat hal yang lebih parah lagi, ngerti?" murid-murid itu tidak ada yang menjawab.

"Ngerti ga?!" tanya Aurin lagi. "Ngerti kak!" ucap Kirana yang sudah seperti mau menangis. "Senin depan dari kelas ini gue pilih dia yang dapat giliran pertama," ucap Aurin dengan senyuman lebar sambil menunjuk ke anak yang dijambak nya tadi.

"Yang lain tunggu gilirannya ya~? Let's go Hann," Aurin menarik tangan Hanna dan keluar dari kelas itu. Dalam perjalanannya kembali ke kelas Aurin bertanya kepada Hanna mengapa ia terlihat ragu memotong rambut anak itu. Hanna hanya menjawab bahwa dirinya sedang tidak enak badan.

"Oh kirain kesambet, karena biasanya lo paling semangat ngerjain anak orang hahaha," ucap Aurin sambil tertawa. Hanna pun tertawa canggung, karena apa yang dibilang Aurin semuanya benar.

"Lo lihat tadi dia ngejawab omongan gue? Dasar anak setan," ucap Aurin dengan nada kesal. Hanna hanya bisa diam saja. "Mau cabut ga Hann? Kita lihatin anak kelas 3 main basket aja yuk?" lanjut Aurin. Hanna berpikir lebih baik diluar kelas daripada didalam kelas, karena anak-anak didalam kelas ketakutan semua saat melihat Hanna dan Aurin.

"Kita ke kantin aja ya?" ucap Hanna.

"Ngapain? Kan makanan dari kelas 11-1 masih banyak?"

"Lagi ga pengen gue makanan dari mereka," jawab Hanna.

"Oke deh,"

Sejauh ini semua keadaan di sekolah sama seperti keadaan nya dulu. Hanya saja satu orang yang belum Hanna lihat dari tadi, yaitu Seila. Hanna mengingat saat kelas 11, Seila berada di kelas yang berbeda dengannya. Tapi Hanna lupa Seila berada di kelas 11 yang mana.

"Rin lo tau Seila ga?" tanya Hanna ke Aurin.

"Hm? Seila? Seila mana nih,"

"Seila Veyrina,"

"Oh anak culun itu? Tau dong dia di kelas 11-6, cewek aneh tuh hahaha," Hanna menganggukan kepalanya. "Kenapa, lo mau ngerjain dia?" lanjutnya Aurin.

"Enggak!" ucap Hanna spontan.

"Ehem, maksud gue untuk apa yakan? Kan lo bilang dia cewek aneh, haha..ha,"

"Iya iya hahaha gausah deket-deket dia deh, geli gue,"

Untung saja Aurin tidak ingin berbuat macam-macam dengan Seila. Hah, rasanya Hanna ingin segera pulang dari sekolah untuk menemui Viona lagi. Sejauh ini hal positif yang bisa Hanna ambil dari situasi ini adalah dirinya yang bisa berjumpa lagi dengan Ibunya.

Lagi santai-santai duduk di kantin, tiba-tiba suara guru BP menggelagar di penjuru sekolah.

"Hanna! Aurin! Kembali ke kelas sekarang!" ucap Bapak itu. "Hann, ayo kabur!" ucap Aurin sambil tertawa dan lari dari kantin itu. Hanna benar-benar merasakan nostalgia ketika berlari-lari dari kejaran guru BP itu.

———

"Mama? Mama dimana? Hanna pulang Maa," teriak Hanna dari ruang tamu.

"Mama disini, kamu kok teriak-teriak tumben," tanpa berpikir panjang, Hanna langsung memeluk Viona lagi.

"Hah, Hanna kangen banget sama Mama," ucap Hanna kepada Viona.

"Eleh bisa aja kamu, udah sana mandi habis itu makan ya," ucap Viona, Hanna melepaskan pelukannya dan memberikan hormat kepada Viona. Viona hanya tertawa melihat Hanna bertingkah seperti itu.

"Itu anak dari pagi kenapa ya? Kaya kemasukan," Viona menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil.

Ketika selesai mandi dan makan, Hanna memiliki satu hal lagi yang perlu diceknya, jika dirinya tidur, apakah Hanna akan kembali ke tahun 2020 atau Hanna akan tetap disini? Atau mungkin akan ada skenario baru muncul? Who knows.

Jam saat ini menunjukkan jam 2 siang. Hanna menghidupkan alarm yang berada di meja ke pukul 5 sore.

"Eh tunggu-tunggu, kalau gue beneran balik ke 2020 berarti gue ga jumpa Mama lagi dong? Hell no! Gue harus tidur bareng Mama," Hanna langsung bergegas ke kamar Viona dan mengetuk pintu kamarnya. Hanna melihat Viona sedang berbaring di tempat tidurnya.

"Mama, Hanna boleh tidur sama Mama?"

"Tumben kamu, takut mimpi buruk lagi ya?" Hanna hanya mengiyakan pertanyaan Viona. "Yaudah sini," ucap Viona. Hanna naik keatas tempat tidur dan memeluk Viona dengan erat lagi.

"Mama jangan tinggalin aku ya?"

"Iya Mama disini terus kok,"

"Bangunin aku jam 5 ya Ma,"

"Iya iya buruan tidur," ucap Viona sambil mengelus-elus kepala Hanna. Hanna berharap waktu berhenti sekarang. Ia ingin melupakan segalanya dan ingin seperti ini saja bersama Ibunya.

Saat terbangun dari tidurnya, Hanna tidak melihat siapa pun disekitarnya. Sekarang sudah jam 7 malam. Apakah benar Hanna hanya bermimpi? Tapi mengapa ia masih memakai baju yang sama? Hanna langsung memanggil-manggil Viona.

"Mama? Mama! Mama dimana?" Hanna menangis karena ia mengira Ibunya pergi lagi meninggalkan nya.

*cklek*

"Mama didapur tadi, kenapa sayang?" ucap Viona dari balik pintu. Hanna langsung turun dari tempat tidur dan memeluk Ibunya lagi.

"Kamu udah peluk Mama 5 kali hari ini, kamu kenapa?"

"Thank God Mama masih disini," ucap Hanna. "Kenapa Mama ga bangunin aku jam 5?" lanjutnya dengan nada kesal.

"Kamu nyenyak banget tidurnya, Mama kasihan deh jadinya,"

"Eh udah lepas-lepas pelukannya, Mama lagi lihatin orang dapur masak, nanti gosong," Viona melepaskan pelukannya dan berlari kecil ke arah dapur. Di sisi lain Hanna lompat kegirangan. Ini artinya Hanna benar-benar kembali ke masa lalu! Hanna tidak tahu alasannya apa, tapi Hanna akan mencari tahu! Yang pasti di kesempatan kedua ini, Hanna akan memperbaiki segala kesalahannya tanpa terkecuali. Ini adalah kesempatan yang diberikan Tuhan kepada Hanna, Hanna harus menggunakannya dengan baik.

"This time, I will make things right!" batin Hanna

One More ChanceNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ