Chapter 21

10.5K 1.3K 4
                                    

"Ezra! Kamu itu gak boleh seperti itu ke perempuan!" teriak Lammy kepada Ezra.

"Tapi Gammy, dia itu cewek jahat!" panggilan yang unik memang, karena sebutan itu merupakan singkatan nama neneknya, Grandma + Lammy = Gammy.

"Sekarang yang jahat siapa? Tadi Gammy sama Hanna mau jelasin tapi kamu udah emosi duluan," Ezra terdiam.

"Jadi tadi pas Gammy lagi belanja, Gammy ga sengaja nyenggol gelas-gelas yang ada disitu. Terus Hanna datang karena pegawainya ribut minta ganti rugi tapi Gammy gak bisa karena uang Gammy gak cukup dan kamu tahu siapa yang ganti rugi? Hanna," Ezra masih terdiam mendengar penjelasan Lammy.

Lammy menunjukkan tangannya yang terpasang hansaplast. "Untuk ini, tadi Gammy megang pecahan beling-nya terus ga sengaja tangan Gammy kesayat sedikit. Ini Hanna juga yang ngobatin," ucap Lammy dengan ketus, agar perkataan Lammy bisa masuk ke dalam kepala Ezra. Shit, Ezra merasa seperti sampah sekarang. Ia merasa sangat bersalah dengan Hanna. Jika boleh jujur, alasan Ezra tidak ingin mendengar alasan dari Hanna karena Ezra sudah mengganggap dari awal kalau perempuan itu adalah orang yang buruk. Seharusnya Ezra tidak boleh seperti itu.

"Udah sadar kamu?" tanya Lammy kepada Ezra yang masih terdiam. "Pokoknya Gammy gak mau tahu, besok kamu harus minta maaf sama dia. Bawa juga dia kesini lagi karena Gammy belum ganti uangnya tadi,"

"Paham?" tanya Lammy memastikan karena Ezra masih saja diam.

"Iya..., maafin Ezra," ucap Ezra pelan. Lammy tidak sampai hati karena sebenarnya Lammy tahu Ezra bersikap seperti itu karena anak itu sangat menyayangi nya, tapi terkadang cara Ezra salah dalam menyampaikan hal itu.

"Gammy juga lain kali jangan pernah lagi pergi ke tempat rame tanpa Ezra ya, pokoknya harus bareng Ezra. Titik," ucap Ezra dengan serius. Lammy tersenyum mengiyakan sambil mengelus pipi cucu-nya itu.

———

"Arggh dasar cowok gesrek!" teriak Hanna di dalam kamarnya sendiri. Hanna sangat kesal dengan sikap Ezra tadi, bahkan Hanna belum sempat berbicara tapi anak itu sudah mengusirnya.

"Fix gue ga bakalan diterima di ekskul seni," Hanna semakin yakin dengan hal itu. Bahkan Hanna sampai berpikir apakah besok Hanna tidak usah datang seleksi saja? Tapi bagaimana dengan special tasks dari Ezra yang sudah di beli Hanna? Ah masa bodoh! Hanna berikan saja semua makanan yang dibelinya itu kepada Ezra lalu Hanna langsung pergi dari seleksi itu. Ya, sepertinya itu ide yang bagus.

Lagi pula, Hanna masih mempunyai satu ekskul cadangan yaitu ekskul fotografi.

"Gue ngerjain tugas aja deh daripada mikiran cowok gak jelas," Hanna mengeluarkan buku dan mencari pulpen di tas nya tapi Hanna tidak menemukan pulpen itu.

"Kemana sih pulpennya," Hanna membongkar isi tasnya sampai Hanna membalik tasnya dan menggoyang-goyangkan tas itu, hingga akhirnya ada pulpen terpental dari dalam tas itu dan menggelinding ke bawah tempat tidur Hanna.

"Oalah," Hanna berjalan menuju ke arah tempat tidur dan menunduk untuk mengambil pulpen itu. "Duh mana sih, ribet amat," Hanna masih berusaha meraba-raba, karena tidak ada hasil Hanna melihat kebawah dan betapa terkejutnya Hanna saat melihat benda apa yang ada disitu.

"Ini kan...!" Hanna segera mengambil benda berwarna biru itu. Tidak salah lagi. Ini adalah gelang yang Hanna pakai saat dirinya kecelakaan! Gelang pemberian kakek itu! Mengapa gelang ini ada dibawah tempat tidur Hanna?

Satu hal yang Hanna duga, bahwa gelang ini pasti memiliki peranan besar dalam keadaan yang Hanna alami saat ini, yaitu kembali ke masa SMA nya, karena tidak mungkin gelang ini tiba-tiba berada di masa ini tanpa adanya sebab. Berarti Hanna harus menjaga gelang ini sebaik mungkin dan mencari tahu apakah dugaannya ini benar. Hanna mengenakan gelang itu dan gelang itu berkilauan dalam beberapa detik lalu hilang.

"Gue harus cari tahu gelang apa ini," batin Hanna.

———

Di sekolah, Hanna menjadi bingung apakah ia akan melakukan rencana yang dipikirkannya tadi malam apa tidak. Ia tidak ingin mengecewakan anggota kelompoknya karena sudah menyerah tanpa mencoba. Di sisi lain Hanna sangat kesal kepada manusia bernama Ezra itu, lagi pula Hanna pasti sudah bakalan tidak akan diterima mengingat Ezra yang sangat tidak menyukainya.

"Gimana ini...," Hanna menghela nafas yang panjang membuat Aurin menjadi menoleh ke arahnya. Untung saat ini adalah jam istirahat jadi Hanna bisa bermalas-malasan.

"Kenapa lo?" Aurin yang memegang dahi Hanna, mengira kalau anak itu sedang sakit.

"Gue kayanya ga ikut ekskul seni deh Rin..., tapi gue gak mau ngecewain kelompok gue..., kasian mereka cuman bertiga jadinya," Hanna mengucapkan kalimat tersebut dengan lemas. Aurin sampai bingung saran apa yang bisa ia berikan kepada Hanna. Aurin lalu mengganti topik pembicaraan saat ia melihat bungkusan makanan yang dibawa Hanna.

"Wih Hann, ini buat siapa? Buat gue ya? Awww," Aurin memeluk Hanna, tapi Hanna diam saja. "Bukan Rin bego, itu untuk si Ezra," Aurin yang mendengar nama Ezra langsung melepaskan pelukannya.

"Hah ngapain dia nyuruh lo bawa-bawa ini?" Aurin menunjukkan ketidaksukaan nya kepada Ezra, sangat jelas jika Ezra sedang mengerjai Hanna karena Hanna dulu suka meminta makanan dan minuman kepada korbannya. Tetapi Hanna tidak menggubris perkataan Aurin karena ia masih berpikir bagaimana cara terbaik untuk tidak berhubungan dengan manusia bernama Ezra itu tanpa membuat kelompok nya kecewa.

"Hanna Kelly," ucap seorang murid yang tiba-tiba masuk ke dalam kelas Hanna.

"Lo di-disuruh ke kantin sama kak Ezra!" ucap anak itu takut-takut lalu ia pergi dengan cepat dari kelas Hanna. Hanna yang mendengar nama Ezra langsung berdiri dari bangkunya. Apa yang diinginkan anak itu kali ini?

"Hann, pas banget! Lo lempar makanan ini ke muka dia langsung!" ucap Aurin memanas-manasi Hanna.

"Ah gila lo, itu mah gue nyari masalah namanya," ucap Hanna. "Tapi yaudah deh gue kasih aja makanan yang dia titip sekarang, biar gue gak ada utang sama dia," ucap Hanna lalu ia bergegas berjalan menuju ke kantin dengan membawa kantongan plastik yang berisi makanan dan minuman yang disuruh Ezra bawa.

One More ChanceWhere stories live. Discover now