Chapter 42

501 53 4
                                    

"Oke sekarang kita cuma berdua disini jadi apa lo bisa jelasin yang tadi itu maksudnya apa...?" ucap Hanna kepada Rio yang sekarang duduk didepannya. Saat ini mereka berdua berada di tempat makan yang berbeda dari tempat yang didatangi Ezra dan Hanna sebelumnya.

Setelah mengatakan bahwa dirinya menyukai Hanna, Rio langsung menarik tangan Hanna keluar dari tempat itu dan membawa Hanna pergi ke tempat makan lainnya. Ezra tidak menahan tangan Hanna lagi karena ia sendiri terkejut dengan perkataan Rio, sama halnya dengan Hanna.

"Sesuai dengan apa yang lo denger tadi, kalo gue suka sama lo," ucap Rio santai.

"Tapi kenapa lo harus bilangnya di tempat kaya gini...," Hanna sebenarnya sangat senang dengan pengakuan Rio tapi bohong kalau ia tidak merasa kesal (sedikit) dengan Rio. Pasalnya Rio menyatakan perasaannya tidak seperti dengan bayangan Hanna. Hanna berpikir setidaknya Rio mengatakannya dengan romantis atau setidaknya di tempat yang lebih baik daripada di dalam Mall, tepatnya di dalam sebuah tempat makan yang ramai ditambah dengan posisi Hanna yang ditarik dari dua arah oleh dua cowok yang berbeda.

Sangat absurd.

"Ah, untuk itu gue minta maaf Hanna, gue cuma...," ucapan Rio tergantung. "Tadi pas gue liat lo jalan boncengan sama dia gue ngerasa kesel," Rio mengatakan apa yang ada dipikirannya dengan tanpa ragu. Hanna ingin tertawa rasanya. Tetapi perkataan Rio membuat Hanna tersadar akan suatu hal.

"Tunggu sebentar- lo kok bisa tau gue di Mall ini?" Rio langsung terdiam, lalu setelah beberapa saat ia mulai berbicara.

"Jadi tadi sebenernya gue ngikutin lo dari sekolah...,"

"Hah? Kenapa?"

"Yah karena lo boncengan sama dia jadi tanpa sadar gue ngikutin lo,"

Hanna tidak bisa menahan tawanya lagi saat Rio mengatakan kalau dirinya 'kesal' saat melihat Hanna boncengan dengan Ezra.

"Lo ketawa? Wah padahal gue udah mempersiapkan diri untuk bilang ini semua," ucap Rio yang melihat Hanna malah tertawa dengan pengakuannya.

"Rio lo sebenernya kesel apa cemburu?" ucap Hanna. Wajah Rio langsung memerah seperti kepiting rebus.

"Cemburu aja gak mau ngaku, dasar," batin Hanna. Tapi ia sangat menikmati pemandangan ini karena bisa melihat Rio kikuk seperti ini sangat menambah level serotonin Hanna.

"Iya gue cemburu! Sangat cemburu! Itu yang lo mau denger?" ucap Rio tanpa malu-malu lagi. Hanna yang tadinya tertawa langsung tersipu malu saat mendengar pengakuan Rio. Jika boleh jujur, bagi Hanna mendengar Rio cemburu lebih menyenangkan daripada mendengarnya mengatakan kalau Rio menyukai dirinya. Karena menurut Hanna jika seseorang cemburu sudah pasti orang itu menyukai orang tersebut. Setidaknya itulah anggapan Hanna.

"K-kenapa lo bisa suka sama gue?"

"Emangnya suka sama orang butuh alasan ya?"

"Ya iyalah, gak ada tuh yang namanya 'hanya suka', pasti ada alasannya,"

Rio berpikir sejenak lalu ia mengatakan isi hatinya tanpa melihat wajah Hanna, "Kalau ditanya alasannya..., karena lo gak seperti orang yang gue pikirin selama ini? Lo ternyata orangnya baik, nyenengin, pas gue sama lo gue selalu senyum dan happy aja bawaannya, terus-," Saat Rio ingin melihat wajah Hanna untuk melihat tanggapannya, ia melihat kali ini Hanna yang wajahnya merah seperti kepiting rebus.

"Hann kenapa muka lo merah kaya tomat?" ucap Rio untuk menganggu Hanna. Memang Hanna yang bertanya alasan Rio menyukai dirinya tapi setelah mendengar langsung dari Rio alasannya membuat Hanna merasakan sensasi kupu-kupu di perutnya.

"D-disini panas, iya panas," ucap Hanna dengan wajah yang merah. Rio hanya tersenyum.

"Lo sendiri gimana Hann? Apa pendapat lo tentang gue?"

"Rahasia," jawabnya untuk menganggu Rio balik. Sepertinya cara Rio dan Hanna menggoda adalah dengan menjahili satu sama lain.

"Ah curang..., lo ga suka ya sama gue?"

"Siapa bilang?! Gue juga suka kok!" Hanna dengan antusias menjawab perkataan Rio. Sangat bohong jika Hanna mengatakan kalau ia tidak menyukai Rio.

"Oh ya? Kenapa lo bisa suka sama gue?" ucap Rio menirukan pertanyaan Hanna tadi sambil menopang dagunya di telapak tangannya, menunggu jawaban dari Hanna.

"Um... Rio lo mungkin ga sadar, tapi lo itu selalu ada buat gue di saat gue lagi susah atau lagi seneng," ucap Hanna dengan jujur. "Dan lo itu orangnya baikkk banget, ga pernah pamrih," Hanna melihat Rio senyum-senyum sendiri dengan pengakuannya. "P-pokoknya gitu deh!"

"Oh jadi kalau ada yang baik dan selalu ada buat lo, lo bakalan suka sama orang itu?"

"Kok lo ngambil kesimpulannya gitu sih!"

"Hahaha gue bercanda doang," Rio tertawa sambil merapikan rambutnya yang terlihat masih acak-acakan. Yang membuat Hanna kesal adalah fakta bahwa walaupun rambut Rio terlihat acak-acakan dan wajahnya terlihat sedikit berkeringat saat ini, tapi cowok itu tetap terlihat tampan.

"Oiya gue penasaran kenapa lo kaya abis lari maraton sih? Lo ngikutin gue pake kendaraan kan? Bukan lari dari sekolah ke Mall?"

"Ya iyalah hahaha, tadi gue lari-lari nyariin lo sama anak itu karena gue kehilangan jejak kalian pas masuk Mall," Hanna tertawa sedikit mendengar Rio menyebut Ezra dengan sebutan 'anak itu'.

"Sampe lari-lari padahal lo bisa nelfon gue," ucap Hanna.

"Ah iya juga ya, gue ga kepikiran...," Rio menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Hanna sangat gemas dengan Rio saat ini.

"Jadi..., Hanna? Lo mau gak jadi pacar gue?"

"Iya gue mau," jawab Hanna sambil tersenyum. Rio terlihat sangat senang dengan jawaban Hanna sampai ia langsung menggenggam kedua tangan Hanna yang berada di atas meja itu.

"Ah! Berarti kita ga perlu pura-pura lagi dong depan orang tua lo?" ucap Hanna sambil tertawa Rio ikut tertawa mengiyakan perkataan Hanna.

———

Hanna merasa antusias sekaligus gugup saat ini karena hari ini adalah hari pertama Hanna berpacaran dengan Rio. Wajar saja karena ini adalah pertama kalinya Hanna pacaran. Sebelumnya Rio menawarkan untuk menjemput Hanna untuk pergi bersama ke sekolah tapi Hanna menolak karena ia takut bertindak bodoh didepan Rio. Hanna merasa beberapa murid sedang melihat ke arahnya tapi Hanna tidak terlalu peduli karena hal itu sudah biasa baginya. Selagi berjalan menuju koridor kelasnya, tas Hanna ditarik oleh seseorang yang membuat Hanna menjadi berhenti.

"Kenapa lo senyum-senyum sendiri?" ucap Ezra dari belakang Hanna.

"Gue senyum-senyum?" tanya Hanna tidak percaya. Apakah raut wajah senangnya sangat terlihat?

"Iya, padahal semalam lo udah ninggalin gue sendirian di Mall tapi lo bisa senyum-senyum sekarang," Ezra menggelengkan kepalanya menunjukkan kekecewaan. Ezra sebenarnya hanya bercanda tapi Hanna menganggap hal itu serius.

"Astaga maafin gue Ezra! Semalam itu gue bener-bener gak nyangka kalau Rio bakalan-,"

"Ya ya ya gausah dilanjutin, pokoknya pas istirahat nanti gue tunggu dikantin, traktir gue," ucap Ezra dengan nada datar. Ezra berkata seperti itu karena ia tahu kalimat apa yang akan keluar selanjutnya dari mulut Hanna dan Ezra tidak ingin mendengar kata-kata tersebut.

"Iya nanti gue traktir!" ucap Hanna sambil berteriak ke arah Ezra yang sudah berjalan meninggalkan dirinya.

———

Don't forget to leave a comment and some votes! ⭐️
xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now