Chapter 9

15.7K 1.7K 18
                                    

Hari ketiga kembali ke masa lalu. Hanna saat ini berada di depan gerbang sekolahnya. Kali ini ia memperhatikan kalau murid-murid kelas 10 dan 11 sudah mulai melihat wajah Hanna tanpa terlihat ketakutan lagi. Dan juga tidak banyak tatapan 'tidak suka' yang Hanna rasakan dari mereka.

"Sepertinya permintaan maaf gue sudah diterima sebagian orang disekolah ini, syukurlah...," ucap Hanna kepada dirinya sendiri.

"Gerbang udah mau ditutup!" teriak satpam tiba-tiba, membuat murid-murid yang masih berada diluar gerbang sekolah berlarian. Untungnya Hanna sudah berada di depan gerbang jadi dirinya hanya tinggal berjalan beberapa langkah saja. Saat mau memasuki sekolah itu, tiba-tiba Hanna disenggol oleh salah satu murid yang sedang berlari ke arah gerbang. Hal itu membuat Hanna tersungkur.

"Ah!" teriak Hanna yang kesakitan karena telapak tangan dan lututnya tergesek dengan aspal. Tetapi mirisnya tidak ada yang mau menolong Hanna, bahkan orang yang menyenggol nya tadi tidak berniat menolongnya. Di saat-saat seperti ini Hanna hanya berpikir mungkin orang-orang masih tidak ingin berhubungan dengan Hanna, walaupun Hanna sudah meminta maaf.

"Hanna? Lo gapapa?" ucap seorang murid dari samping Hanna. Hanna yang masih memandangi tangannya yang lecet melihat murid mana yang menanyakan keadaan nya ini. Disitu Hanna melihat Rio yang sudah jongkok disampingnya.

"Rio? Gue gapapa kok, lecet sedikit aja," ucap Hanna berbohong. Ia hanya ingin Rio tidak berlama-lama disampingnya karena Hanna takut Rio jadi bahan omongan murid di sekolah ini. Sudah cukup dirinya saja yang jadi omongan negatif disekolah ini.

"Lecet sedikit terus kenapa lo ga bangun-bangun dari ni aspal?" sindir Rio. Shit, anak ini peka juga ternyata. "Sini gue bantu," Rio menjulurkan tangannya. Bukannya memegang tangan itu, Hanna malah memandanginya. Karena Hanna terlalu lama, Rio berinisiatif memegang pergelangan tangan Hanna, membuat Hanna terkerjap.

"Rio gue baik-baik aja,"

"Iya iya lo baik-baik aja," Rio mengiyakan dan berjalan sambil merangkul Hanna. Hanna heran mengapa Rio baik kepada dirinya. Hanna sebenarnya tidak tahu apakah dirinya pernah 'mengusili' Rio atau tidak, tapi melihat Rio semalam mengantarkan setoran makanan kepada dirinya membuat Hanna yakin pasti Hanna pernah mengusili Rio atau bahkan lebih parah dari itu. Tapi tetap saja, mengapa Rio baik kepada dirinya? Hanna yang tenggelam dalam pikirannya tidak sadar kalau Rio membawanya ke UKS, bukannya ke kelas.

"Eh ngapain kita ke UKS?" tanya Hanna.

"Mau nyinden.., yah mau obatin kaki sama tangan lo lah," ucap Rio yang sudah malas dengan pertanyaan Hanna yang aneh. Langsung saja Rio meminta kotak P3K kepada petugas UKS dan membersihkan luka di lutut dan tangan Hanna.

"Eh Rio terima kasih banget lo udah nolongin gue, tapi gue bisa sendiri kok,"

"Hanna. Diam." ucap Rio dengan tegas. Membuat Hanna langsung diam. Hanna sendiri bingung kenapa dirinya mau saja disuruh diam oleh cowok ini. Setelah memasangkan band-aid, Rio berusaha mau merangkul Hanna lagi.

"Wait!" ucap Hanna yang sudah kehabisan kesabaran. Bukannya Hanna tidak mau menerima pertolongan dari Rio, tapi ini semua terjadi dengan sangat cepat! Ini agak aneh... Tidak masuk akal jika seseorang tiba-tiba berubah menjadi baik seperti ini.

"Lo mau ngapain?" ucap Hanna kepada Rio dengan tangan yang sudah siap mau merangkul Hanna lagi.

"Mau nganterin lo ke kelas?"

"Rio please... Gue cuma luka dikit, bukan lumpuh!" ucap Hanna yang agak kesal.

"Gue cuman mau nolongin lo," ucap Rio dengan datar.

"Untuk itu gue berterima kasih banget, tapi gue bisa kok jalan sendiri," ucap Hanna lagi. "Thanks Rio, lo buruan ke kelas gih," lanjutnya.

"Yakin?" tanya Rio lagi.

"Yakin,"

Rio lalu pergi dari UKS itu meninggalkan Hanna dengan beberapa petugas UKS. Untung saja kelas Hanna tidak terlalu jauh dari UKS itu. Dalam perjalanan ke kelasnya, Hanna teringat kembali dengan isi pikirannya tadi 'Tidak masuk akal jika seseorang tiba-tiba berubah menjadi baik." Kalimat itu sangat pas ditujukan kepada Hanna! Bahkan Hanna saja mengira kebaikan Rio tadi tidak masuk akal, apalagi pikiran orang mengenai dirinya yang tiba-tiba minta maaf!

"Pantas masih banyak orang yang ngebereng gue," ucap Hanna kepada dirinya sendiri.

Dari hal ini Hanna dapat menyimpulkan, untuk membuat orang percaya bahwa dirinya benar-benar sudah berubah, Hanna harus membuktikannya kepada murid-murid dan guru-guru di Medley High.

"Permisi Pak," Hanna mengetuk pintu kelas nya.

"Telat kamu?!" ucap Pak Hendi, guru kesenian Hanna.

"Enggak Pak, tadi saya jatuh jadi saya ke UKS dulu," ucap Hanna dengan nada memelas sambil menunjukkan band-aid yang tertempel di tangan dan lututnya.

"Tetap saja kamu telat! Sudah tunggu saja diluar, tidak usah masuk pelajaran saya,"

"Tapi pak...,"

"Keluar!" ucap Pak Hendi sambil menutup pintu kelas Hanna. Hanna terkejut dirinya tetap diusir walaupun sudah menjelaskan situasi nya. Hanna 2010 pasti sangat senang dengan situasi ini, karena dirinya bisa langsung cabut dan nongkrong di tempat lain. Tapi Hanna 2020 tidak bisa mengikuti jejak Hanna 2010, walaupun situasi ini agak membuat Hanna kesal, tapi Hanna harus menerimanya karena seperti yang Hanna pikirkan tadi, Hanna harus membuktikan kepada semua orang kalau dirinya benar-benar sudah berubah.

"Tapi gimana caranya ya...," gumam Hanna lagi. Hanna duduk didepan bangku kelasnya sambil memikirkan cara. Tiba-tiba Hanna terpikirkan ide cemerlang untuk mencari cara sekaligus mengurangi kebosanannya menunggu didepan kelas seorang diri. Hanna akan ke perpustakaan saja! Disana Hanna (mungkin) bisa menemukan sebuah buku panduan menjadi orang baik.

Hanna yang sudah berada di perpustakaan langsung mencari sebuah buku yang berhubungan dengan menjadi orang baik. Setelah mencari selama 10 menit, Hanna menemukan sebuah buku yang berjudul 'How to Be a Good Person : For Dummies'.

"Ah found it!" Hanna membaca buku itu dan membaca langkah pertama untuk menjadi orang baik.

Step 1: Always say thank you to anyone that helped you, including a servant!

"Apaan sih ini? Yah orang kalau udah ditolongin pasti bilang makasih dong! Buku bego," Hanna meletakkan buku itu kembali ke rak nya.

"Jangan salah, banyak orang yang udah ditolongin tapi enggak bilang makasih," ucap seorang cowok dari sebrang rak Hanna.

"Si-siapa disitu?" ucap Hanna agak ketakutan. Karena saat dirinya masuk tadi, tidak ada orang diperpustakaan ini. Hanya ada petugas yang sudah berumur, sedangkan suara yang Hanna dengan ini adalah suara laki-laki muda.

"Gue kira lo langsung balik ke kelas eh ternyata malah cabut ke perpustakaan?" ucap cowok itu yang sudah berada disamping Hanna. Hanna menoleh dan melihat ternyata orang itu adalah...

"Rio?!"

One More ChanceWhere stories live. Discover now