Chapter 36

2.4K 290 16
                                    

Semua berjalan dengan baik. Kehidupan sekolahnya, pertemanannya, dan hubungan keluarganya. Semua berjalan dengan baik. Terlalu baik. Hanna sampai takut sendiri mengapa semua hal berjalan dengan baik? Takut dalam artian ia takut semua hal ini akan menjadi buruk, hilang begitu saja.

Hanna saat ini sedang berusaha membujuk Viona untuk melakukan check-up kesehatan secara menyeluruh bersama Dafa, karena Viona dulu pergi meninggalkan mereka berdua karena sebuah penyakit yang terlambat di deteksi, yaitu kanker payudara.

Sejak pertama kali sudah memastikan kalau dirinya sudah kembali ke masa lalu, Hanna selalu berusaha membujuk Viona untuk melakukan check-up dengan dirinya tapi Viona sangat keras kepala dan tidak mau pergi. Hanna benar-benar sudah kehabisan akal.

Hanna sempat berpikir ingin mengatakan kebenaran bahwa dirinya berasal dari masa depan dan ingin mencegah kematian Viona. Tapi jika Hanna mengatakan hal itu, Viona pasti tidak akan percaya. Hanna yakin dengan hal itu.

"Pokoknya Mama gak mau, titik. Kalo Mama bener-bener ada penyakit gimana? Mama gak siap, Mama takut," ujar Viona.

"Justru itu Ma kalo emang beneran ada, kita bisa di obati sesegera mungkin," jawab Hanna.

"Duh kamu ini kenapa sih dari dulu selalu nyuruh Mama check-up? Mama heran," ucap Viona agak membentak. Dari perspektif Viona, memang Hanna terlihat selalu memaksa. Hanna hanya diam sambil menunduk dan menutup matanya.

"Aku gak mau kehilangan Mama lagi...," batin Hanna. Selagi terdiam memikirkan bagaimana caranya agar Viona mau melakukan medical check-up, Hanna terpikirkan satu hal yang belum dicobanya.

Hanna tidak peduli, mau sampai 100x mengajak Viona check-up pun, ia akan tetap mencoba.

"Mama gak sayang sama aku ya?" ucap Hanna sambil mengeluarkan air mata nya. Trik tangisan buaya.

"Kamu kok jadi nangis? Apa hubungan nya Mama gak mau check-up sama sayang sama kamu?"

"Karena aku cuman mau yang terbaik untuk Mama tapi Mama nganggap hal itu sepele,"

"Hanna...,"

Viona terlihat merasa bersalah, sepertinya trik Hanna berkerja. Ia lalu melanjutkan 'tangisan' nya dengan serius. Akting Hanna terlihat sangat meyakinkan. "Eh kok malah makin nangis...," ucap Viona sambil mendatangi Hanna.

Bukannya makin diam, Hanna malah makin menangis membuat Viona menjadi terkejut. "Oke oke Mama mau check-up, tapi kamu jangan nangis lagi,"

"Be..ner?" ucap Hanna sambil senggugukan. Viona mengusap air mata Hanna dan mengiyakan pertanyaan Hanna. Hanna langsung memeluk Viona lagi dan tersenyum. Walaupun memakai trik tangisan buaya, setidaknya Viona jadi mau melakukan medical check-up. "Maaf Mama aku pakai cara ini supaya Mama mau," batinnya.

Keesokan harinya, Viona dan Hanna pergi bersama Dafa ke rumah sakit. Mengajak Dafa melakukan check-up tidak sesulit saat mengajak Viona. Mereka bertiga menerima pemeriksaan fisik menyeluruh untuk mengetahui kondisi kesehatan secara menyeluruh. Beberapa pemeriksaan tersebut, meliputi pengukuran tekanan darah, detak jantung, denyut nadi, pemeriksaan pernapasan, kulit, abdomen, leher, kelenjar getah bening, dan refleks saraf. Melalui pemeriksaan fisik ini, dokter mengetahui tanda-tanda penyakit yang dapat terjadi.

———

"Baik Bapak Dafa, Ibu Viona dan Hanna ini keluarga bapak ya?" tanya seorang dokter yang memegang hasil pemeriksaan mereka bertiga.

"Benar Dok, ini istri dan anak saya," ucap Dafa. Dokter itu hanya mengangguk, "Untuk Bapak Dafa dan keluarga, saya memiliki kabar baik dan kabar buruk,"  Viona langsung menggengam kuat tangan Hanna dengan tangan kanannya. Hanna memegang balik tangan Viona.

"Apakah bapak dan keluarga siap mendengarnya?"

"Saya ingin mendengar kabar buruknya terlebih dahulu Dok, saya siap," ucap Viona. Hal yang ditakuti Viona terjadi, kabar buruk sama saja dengan adanya penyakit. Bagaimana jika dari mereka bertiga ada yang terkena penyakit?

"Oh baik Ibu, jadi dari hasil biopsi dan mammogram Ibu Viona, seperti yang saya bilang saat pemeriksaan, terlihat ada benjolan kecil di payudara,"

"Dokter bilang itu bisa saja benjolan biasa kan?" tanya Viona.

"Benar Ibu, tapi...,"

"Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dapat saya simpulkan bahwa benjolan tersebut adalah sel kanker. Saat ini Ibu sedang memiliki kanker payudara stadium 1,"

Viona tidak bisa berkata-kata, Dafa langsung memegang tangan kiri Viona. Hanna sendiri sebenarnya tidak terlalu shock mendengar berita itu, karena ia sudah tahu. Tapi saat mendengar dokter mengatakan hal itu secara langsung kepada mereka, membuat Hanna menjadi gemetar.

"Jadi apa yang harus kami lakukan selanjutnya Dok?" tanya Dafa. "Sebelumnya saya ingin mengatakan untuk Ibu Viona tidak perlu khawatir karena Ibu sangat sangat beruntung," ucap Dokter itu.

"Kanker Ibu masih stadium 1, masih sangat awal. Dengan operasi dan pengobatan yang dilakukan, bisa sembuh total,"

"Thank God...," ucap Dafa.

"Bagaimana dengan kabar baiknya Dok?"

"Untuk kabar baiknya, tidak ada keabnormalan ditemukan dalam pemeriksaan lainnya, Bapak Dafa dan Hanna sehat,"

"...,"

Sesampainya dirumah, Hanna melihat Viona masih terdiam saja. Hanna merasa bersalah tapi mau bagaimanapun, hal ini harus dilakukannya agar Viona bisa menerima pengobatan sedini mungkin.

"Maa..., maafin Hanna," ucapnya sambil memeluk ibunya yang sedang duduk dari samping. Baru 3 kata disebutkan Hanna, Viona langsung menangis. Hanna tidak bisa melihat Viona menangis, ia sangat benci dengan hal itu.

"Ma?" ucap Hanna yang jadi ikut menangis karena ia tidak sanggup melihat Viona seperti itu.

"Kamu kenapa minta maaf?" tanya Viona. "Kalau bukan karena kamu, Mama gak bakalan tahu kalau Mama ada penyakit ini," ucap Viona lagi sambil memeluk Hanna. "Makasih ya sayang," lanjutnya.

"Tapi sampai sekarang Mama masih belum paham kenapa kamu dari kemarin-kemarin maksa banget nyuruh Mama check-up," ucap Viona sambil melepaskan pelukannya.

Hanna terkejap dan bingung mau menjawab apa. Memang dari perspektif Viona, Hanna memang sangat aneh tiba-tiba memaksa Viona ikut check-up.

"Sebenernya...,"

"Aku itu denger dari temen aku kalo Mamanya selamat dari suatu penyakit karena check-up dini..., jadi setelah denger itu entah kenapa Hanna pengen Mama juga check up, untuk jaga-jaga...," ucap Hanna yang pastinya adalah skenario yang dibuat-buatnya.

"Karena kegigihan kamu maksa Mama, Mama bisa selamat dari penyakit ini,"  ucap Viona. Walaupun pada awalnya ia merasa takut, tapi saat mendengar Dokter mengatakan bahwa dirinya bisa sembuh total, membuat Viona merasa agak lega.

———

AUTHOR NOTES:

Hai semua... *ngintip dari balik pintu* Iya iya lempar aja aku pake batu, aku terima kok 🥺 (karena ngilang selama 1 tahun tanpa penjelasan)

Jadi alasan aku hiatus selama hampir satu tahun itu karena... skripsi. Yes i know it's cliche 😓 Dalam hampir satu tahun itu bener-bener berat banget bagi aku, karena judul skripsi aku di tolak 2 KALI. BAYANGIN UDAH NGERJAIN CAPEK-CAPEK EH MALAH DITOLAK, SAMPE 2 KALI LAGI 😭

Karena itu pikiran aku jadi agak riwet kaya plot drama tukang bubur naik haji... Well thankfully, bulan lalu masalah perskripsian akhirnya selesai semua! Jadi sekarang aku udah bisa fokus!

Maaf sekali lagi ya buat para readers yang pada komen nungguin "next", "ayo up lagi", dsb di chapter sebelumnya...

Btw aku seneng banget rasanya setelah tahu dari komentar kalian para readers kalo kalian suka sama cerita aku, jadi makin semangat deh nulisnya hehehe—love you all! Jangan lupa untuk ninggalin komentar dan vote-nya ya 😉 ♡

xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now