Chapter 11

13.5K 1.4K 18
                                    

Setelah mengikuti jam pelajaran kedua dan mendengar bel istirahat, Hanna bergegas berjalan menuju kantin untuk berjumpa dengan Rio. Entah mengapa saat ini didalam pikirannya hanya Rio saja yang mungkin bersikap normal saat dengan Hanna, hal itu membuat Hanna agak senang.

Sesampainya disana, Hanna tidak melihat Rio.

"Mungkin dia masih dikelas? Kan bel baru bunyi," batin Hanna.

Hanna memesan sebuah minuman dan makanan, tidak lupa juga dia memesankan sesuatu untuk Rio. Hanna memesan nasi goreng, kebiasaannya dari dulu adalah jika memesan nasi goreng harus dengan 2 telur mata sapi. Untuk Rio, karena Hanna tidak tahu apa yang disukai anak itu, Hanna memesan makanan dan minuman yang sama dengan dirinya.

Makanan sudah ada diatas meja tapi Rio tidak kunjung datang.

"Ini anak ngerjain gue ya?" gumam Hanna sambil memakan nasi goreng itu.

"Hey," ucap Rio yang baru datang dengan santainya.

"Lama banget sih! Keburu dingin nasi gorengnya,"

"Sorry gue tadi balikin buku-buku dulu ke perpustakaan," ucap Rio. Hanna hanya mengiyakan sambil melanjutkan makan nya. Rio melihat nasi goreng itu dan melihat ada 2 telur mata sapi diatasnya.

"Eh ini telur nya kok ada 2?" tanya Rio.

"Iya kenapa? Lo gak suka ya?" Hanna merasa bersalah karena sepertinya Rio tidak menyukai makanan itu.

"Bukan, karena gue biasanya kalo makan nasi goreng pasti telurnya 2," ucap Rio sambil tersenyum sedikit.

"Hah seriusan? Sama!" jawab Hanna dengan antusias. Hanna tidak menyangka ternyata ada orang yang sama seperti dirinya, Rio sendiri pun tidak menyangka.

"Oh btw, makasih ya udah nolongin gue tadi pagi, imbalannya gue traktir makan ini ya?" Hanna tersenyum sambil menunjukkan lesung pipit nya. Rio hanya terdiam saat melihat senyuman Hanna.

"Soo...," Hanna melanjutkan percakapannya karena Rio hanya diam saja. "Jadi lo tau kan kalo gue ini dulu suka nge bully orang?" tanya Hanna. Rio hanya mengangguk sambil menikmati makanannya.

"Nah bahkan setelah gue minta maaf pun, orang-orang tetap ketakutan lihat gue? Menurut lo kenapa?" tanya Hanna lagi.

"Han, lo inget ga dulu pernah bilang apa sama gue?" ucap Rio tiba-tiba.

"Hm?" Hanna bingung Rio tiba-tiba bertanya kepada dirinya. Rio memajukan badannya sedikit, ingin membisikkan sesuatu kepada Hanna.

"Lo bilang, 'kalau lo gak dengerin kata-kata gue, gue bakalan cium lo selama 10 jam'," bisik Rio lalu ia duduk ke posisi nya semula. Hanna yang mendengar perkataan Rio langsung mual sendiri. There's no way! Hanna mengatakan hal seperti itu kepada seorang cowok? Sangat sangat tidak mungkin.

"Lo udah gila kali ya?! Kapan gue pernah bilang gitu?!" wajah Hanna terlihat memerah karena Hanna takut kalau dirinya benar-benar berkata seperti itu kepada Rio.

"Terus lo bilang ke kelas gue, kalau setoran makanan dari Citra harus gue yang antar, kalau engga lo bakalan kasih pelajaran ke dia,"

"Please stop...," ucap Hanna pelan karena dirinya sudah merasa malu.

"Awalnya gue kira lo cuman main-main, jadi gue masa bodoh. Ternyata besoknya lo datang lagi dan nampar si Citra,"

"Okay Rio gue ngerti gue dulu gak ada otak,"

"Semenjak saat itu Citra mohon-mohon supaya gue mau nganter makanan yang lo minta, lo lupa?" ucap Rio dengan nada sedikit menggertak.

"Iya gue ingat!" teriak Hanna agak keras. Hanna dan Rio menjadi tontonan orang-orang.

One More ChanceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang