Chapter 41

4.1K 366 70
                                    

Matematika adalah musuh terbesar Hanna. Hal itu adalah salah satu alasan mengapa Hanna memilih kuliah jurusan fashion design saat ia tamat SMA dulu. Menempatkan pelajaran Matematika di jam akhir merupakan kesalahan karena Hanna bisa melihat bahwa situasi di kelas saat ini sudah tidak ada yang fokus dan banyak yang mengantuk. Hal itu langsung lenyap seketika saat Hanna mendengar suara bel pulang, para murid terlihat antusias untuk segera pulang.

"Hanna! Makan di luar yuk hari ini?" ajak Aurin yang sedang memasukkan buku ke dalam tasnya.

"Oh sorry gue udah ada janji mau ke Mall nih," jawab Hanna.

"Janji? Sama siapa?" tanya Aurin, Ayu yang berada di dekat Aurin juga penasaran akan hal itu.

"Sama Ez-Kak Ezra," Hanna sampai lupa untuk memanggil Ezra dengan sebutan 'Kak' karena ia terlalu sering memanggil Ezra dengan namanya langsung. Aurin dan Ayu terlihat curiga dengan Hanna. Hanna yang sadar dengan tatapan mereka, langsung memberikan klarifikasi.

"Jangan mikir aneh-aneh, gue cuman bantuin dia pilih kado, udah ah gue deluan ya dadahhh," Hanna menjelaskan, ia tetap melihat tatapan curiga dari Aurin. Hanna hanya memutar bola matanya malas sambil melambaikan tangannya ke Aurin dan Ayu dan melangkah keluar dari kelas.

Saat berjalan menuju gerbang sekolah, Hanna melihat Ezra yang sudah berada di atas motornya menunggu Hanna di depan pintu masuk sekolah. Ezra mengenakan jaket kulit berwarna hitam dengan helm yang berbeda dari yang terakhir Ezra pakai. Helm Ezra kali ini terlihat lebih besar, seperti helm seorang pembalap yang sering dilihatnya di televisi, Hanna bingung mendeskripsikannya.

"Kelly!" Ezra melambaikan tangannya ke arah Hanna. Suara Ezra membuat murid-murid yang berada di sekitar situ langsung memandang ke arah Hanna. Sepertinya dari semua orang yang Hanna kenal, hanya Ezra lah yang memanggil Hanna dengan nama tengahnya, Kelly.

"Ngapain nunggu disini? Sengaja ya biar dilihat orang?" ucap Hanna dengan nada mengejek sambil menaiki motor Ezra. Baru saja Hanna ingin naik, Ezra langsung menahan Hanna tanpa menjawab ucapan sarkas Hanna.

"Tunggu," Ezra menarik Hanna untuk berdiri disampingnya lalu ia mengambil sebuah helm berukuran normal yang ternyata berada tergantung di stang kanan motornya. Tanpa menunggu persetujuan, Ezra langsung memasangkan helm itu ke kepala Hanna.

"Kali ini gue bawa helm dua," ucap Ezra sambil tersenyum lalu mengaitkan helm di Hanna. "Oke naik," Ezra memukul pelan helm Hanna di bagian atas dengan maksud untuk menyuruh Hanna naik ke motornya. Hanna hanya tertawa dengan persiapan Ezra yang membawa helm dua buah.

———

Saat ini Hanna dan Ezra berada di salah satu tempat makan di dalam Mall yang dikunjunginya.
Beruntungnya, Hanna tidak perlu mencari hadiah terlalu lama karena dengan sedikit info dari Ezra, Hanna bisa mencari hadiah apa yang cocok untuk Neneknya Ezra. Hanna mengatakan kepada Ezra untuk pulang setelah mendapatkan hadiah tersebut tapi Ezra bersikeras untuk mentraktir Hanna makan sebagai ucapan terima kasih.

Untuk hadiahnya, mereka memilih sebuah kalung yang bisa terbuka seperti buku, di dalamnya Ezra akan memasang foto Gammy saat masih kecil lalu ia juga akan memasang foto dirinya sendiri saat masih kecil juga. Hanna memberikan saran seperti itu agar hadiah yang diberikan Ezra lebih berkesan di mata Gammy. Karena menurut Hanna orang tua tidak terlalu menginginkan hadiah yang mahal dari anak ataupun cucunya, setidaknya itulah yang Hanna ketahui dari Ayahnya.

"Kelly makasih banyak ya lo udah bantuin gue, Gammy pasti suka banget sama hadiah ini, gue minta bantuan sama orang tepat," ucap Ezra sambil tersenyum lebar. Hanna memperhatikan Ezra banyak tersenyum hari ini.

"Iya sama-sama," Hanna menjawab sambil tersenyum.

"Gimana kabar Mama lo?" Ezra mengubah topik.

"Papa gue ngabarin semua baik-baik aja kok disana, doain ya Ezra semuanya lancar," Raut wajah Hanna terlihat sedih mengingat Viona tapi ia tetap berusaha menunjukkan senyumannya kepada Ezra. Entah bagaimana berita mengenai Viona tersebar diketahui orang-orang, termasuk Ezra. Padahal Hanna hanya memberi tahu Rio, Aurin dan Ayu secara langsung. Mungkin ada yang mendengar percakapan Hanna dengan Aurin dan Ayu lalu hal itu tersebar, entahlah.

"Ah sorry gue gak sopan nanya hal itu tiba-tiba, padahal gue taunya juga dari anak-anak lain...," ucap Ezra yang sepertinya sadar dengan perubahan raut wajah Hanna. Hanna sebenarnya tidak terlalu memikirkan hal itu, ia hanya sedih saat mengingat Viona dan Dafa hanya berdua di Amerika.

"Gak papa kok, jangan tegang amat," ucap Hanna sambil meminum minuman yang berada didepannya.

"Oh iya Kelly, lo juga harus datang Sabtu ini ya ke rumah,"

"Hah untuk apa?"

"Yah ngerayain ulang tahun Gammy dong, pasti dia makin seneng kalo lo ikut," ucap Ezra. "Lagian gak rame kok, gue cuman undang Ryan sama Reza karena cuman mereka yang Gammy kenal,"

"Emang gapapa gue ikutan? Kan itu acara keluarga,"

"Hahaha ya gapapa dong, bahkan Gammy itu udah nganggep lo anaknya sendiri, tiap hari nanyain lo ke gu-," ucapan Ezra terhenti saat ia sadar kalau ia sepertinya sudah memberitahukan sebuah rahasia kepada Hanna. Hanna sendiri menjadi tertawa mendengar hal itu, bagaimana ia bisa mengatakan tidak jika Gammy selalu bertanya mengenai Hanna?

"Gammy selalu nanyain gue? Aww," ucap Hanna terharu. "Yaudah deh untuk Gammy gue bakalan ikut!"

"Yes!" ucap Ezra spontan. Hanna tertawa lagi melihat Ezra yang terlihat lebih antusias daripada Hanna. Ezra terlihat senang dan Hanna selalu melihatnya tersenyum dari tadi.

"Oh you gotta be fucking kidding me-," ucap Ezra tiba-tiba. Matanya melihat ke arah belakang Hanna. Hanna membalikkan badannya untuk melihat hal apa yang membuat Ezra berkata seperti itu. Betapa terkejutnya Hanna saat ia melihat orang yang sedang berjalan ke arah mereka.

"Hanna," ucap Rio dengan nafas tersengal-sengal. Hanna bisa melihat keringat Rio mengalir dari dahinya. Sepertinya Rio..., berlari? Tapi kenapa?

"Rio? Ada apa?" Hanna benar-benar khawatir. Ia takut terjadi sesuatu yang membuat Rio menjadi seperti ini.

"Gue perlu ngomong sama lo," ucap Rio sambil menyeka keringatnya. Perkataan Rio disambut oleh Ezra.

"Hey lo gak liat gue lagi ngobrol sama Kelly?" ucap Ezra dengan nada kesal. Hanna langsung melihat perubahan wajah Ezra yang tadinya senang menjadi datar.

"Ini penting Hann, please?" Rio bertanya kepada Hanna lagi tanpa mempedulikan perkataan Ezra sebelumnya.

Melihat Rio yang sepertinya berlari untuk menemui Hanna membuat dirinya menjadi ingin mendengarkan apa yang ingin dikatakan Rio. Karena jika Rio sampai berbuat seperti ini, pasti hal yang ingin dikatakannya sangat penting.

"Ezra gue ngobrol bentar ya sama Rio?" Hanna berdiri dari kursinya untuk pergi mendengarkan apa yang ingin dikatakan Rio saat tiba-tiba tangan Ezra menahan tangan Hanna.

"Kelly, saat ini lo lagi jalan sama gue, apa gak bisa ngobrol sama dia nanti aja?" Ezra mengatakan hal itu tanpa memandang ke arah Rio. Belum sempat merespons pertanyaan Ezra, Rio langsung menggenggam tangan Hanna berusaha membawanya pergi dari tempat itu.

Ezra tidak mau kalah, ia masih saja menahan tangan Hanna. Saat ini Hanna merasa tangannya ditarik dari dua arah, Hanna menjadi kesal.

"Kalian lepasin tangan gue dul-," ucapan Hanna terpotong saat Rio dan Ezra malah semakin menarik tangan Hanna. Hanna semakin kesal. Di tambah lagi dengan pandangan orang disekitar yang melihat mereka bertiga dengan tatapan aneh. Kehilangan kesabaran, Hanna menghempaskan tangannya membuat genggaman tangan Rio dan Ezra terlepas.

"Kalian pada kenapa sih?!" Hanna frustrasi dengan dua orang cowok yang berada disampingnya saat ini. Rio yang melihat Hanna kesal langsung mengatakan hal penting yang ingin dikatakannya. Ia tidak ingin menunda-nunda lagi.

"Hanna gue suka sama lo!" Hanna terdiam tidak bisa berkata-kata. Hanna yakin 100% ucapan Rio tadi terdengar oleh semua orang yang berada di dalam food court ini.

"Rio...beneran suka...sama gue?" batin Hanna.

———

A sudden confession from Rio 🤭 Jangan lupa vote dan komentarnya ya readers tersayang!
xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now