Chapter 34

6K 737 18
                                    

Bu Yeti tidak marah dengan Hanna yang tidak menyelesaikan hukumannya karena ia mengalami 'kecelakaan' saat menjalani hukuman. Berbeda dengan Aurin yang marah saat mengetahui Hanna terluka karena mengutipi sampah sampai kedalam hutan.

"Lo harus ada disebelah gue 24 jam," ucap Aurin. Hanna merasa seperti memiliki pacar yang sangat posesif. "Bahkan pas gue mau ke kamar mandi...?" Hanna agak ragu dengan pernyataan Aurin tadi. "Yap, bahkan saat lo mau ke kamar mandi," ucap Aurin mengulangi perkataan Hanna tadi. Hanna menggelengkan kepalanya dan tertawa.

Sekarang mereka semua sedang duduk berkumpul di lapangan. Dari yang Hanna dengar, malam ini mereka akan memainkan sebuah games.

"Baiklah anak-anak didepan bapak saat ini ada dua mangkuk yang berisi nomor, mangkuk warna pink untuk laki-laki dan mangkuk biru untuk murid perempuan," jelas Pak Dwi.

"Jika kalian mendapat nomor yang sama, berarti itulah partner kalian," lanjut Pak Dwi.

"Maaf Pak, ini partner untuk apa ya?" ucap seorang murid sambil mengangkat tangannya.

"Untuk mencari amplop merah didalam hutan," terdengar suara murid-murid yang mulai riuh, ada yang mengatakan mereka tidak akan mengikuti games ini karena takut, ada yang merasa games ini terlalu sulit, dan lain-lain.

"Amplop yang berisi uang 1 juta rupiah," seketika mereka semua diam dan fokus mendengarkan Pak Dwi lagi. "1 juta lumayan banget anjir," bisik salah satu murid ke temennya.

"Silahkan ambil nomor kalian di mangkuk," murid-murid berdiri lalu mengambil kertas didalam mangkuk itu satu demi satu.

"Yang sudah mengambil, untuk murid laki-laki silahkan sebutkan nomor yang tertera dikertas kalian,"

Satu demi satu murid laki-laki menyebutkan nomor mereka.

"18," ucap Ezra. Beberapa saat kemudian, Tiara datang ke arah Ezra dan menyebutkannya nomornya. "18 disini," ucap Tiara.

"23,"

"51,"

"2,"

Sampai pada giliran Rio menyebutkan nomornya, "26," murid-murid melihat ke sekelilingnya untuk mencari partner Rio.

"Hann gue 26," ucap Aurin. Seketika Hanna mendapatkan ide di kepalanya. "Rin, tukeran ama gue," ucapnya pelan. "Ih enggak deh, gimana kalo nomor lo ternyata orangnya freak? Gamau,"

"Rin..., siniin kertas lo! Please, ada yang mau gue omongin sama dia," akhirnya Aurin memberikan Hanna kertasnya. "Yaudah. Tapi inget, jaga diri jangan sampai luka lagi lo!" ucap Aurin pelan. Hanna mengangguk semangat sambil berjalan ke arah Rio.

"Gue 26," ucap Hanna.

Setelah beberapa saat, semua murid sudah mendapatkan partner-nya. "Baiklah kalian boleh mulai mencari amplopnya. Ingat, waktunya cuman 1 jam, jika belum ada yang dapat silahkan kembali kesini, paham?"

"Paham Pakkk,"

———

Mereka berdua di hutan tapi rasanya seperti berjalan sendiri. Hanna dan Rio hanya fokus mencari amplop itu. Hanna sendiri bingung mengapa anak ini diam saja.

"Apa karena tadi siang dia lihat gue digendong Ezra?" batin Hanna.

"Dimana ya amplopnya duh...," ucap Hanna membuka pembicaraan. Rio tetap diam saja sambil menyenter kearah pohon-pohon.

"Rio, lo kenapa sih?!" ucap Hanna tiba-tiba sambil berhenti berjalan. Rio yang tidak mendengar suara langkah kaki Hanna berjalan langsung melihat ke belakang.

One More ChanceWhere stories live. Discover now