Chapter 37

2.4K 312 10
                                    

Berhasil membuat Viona melakukan pengobatan dini membuat Hanna merasa senang. Akhirnya tidak akan ada penyesalan yang akan dialaminya.

Sudah seminggu berlalu sejak medical check-up yang dilakukan keluarga Hanna. Saat ini Viona dan Dafa sedang berada di Amerika Serikat untuk melakukan pengobatan. Sebenarnya Hanna ingin ikut menemani orang tuanya akan tetapi Dafa tidak mengizinkan karena ia tidak ingin Hanna ketinggalan pelajaran di sekolahnya.

Sekarang hal yang bisa dilakukannya adalah fokus kepada urusan sekolahnya sambil mencari tahu apa alasan dirinya kembali ke masa lalu, yang sampai saat ini Hanna sama sekali belum mendapatkan jawabannya.

Selagi berpikir duduk di dekat lapangan, Hanna merasakan benda dingin menempel di pipinya.

"Hey ngelamun aja," ucap Rio yang sedang menempelkan minuman dingin yang dibawanya ke pipi Hanna. "Mikirin apa?" lanjutnya.

Hanna hanya menoleh dan tersenyum lalu Rio duduk disampingnya. Rio melihat raut wajah Hanna yang terlihat sedih. Ia ingin bertanya lagi apa yang dipikirkan Hanna tapi sepertinya Hanna tidak ingin mengatakannya, saat ini ia ingin berusaha menghibur Hanna dengan caranya.

"Uhh Hann? Pulang sekolah nanti temenin gue ke toko jas bisa gak?"

"Mau ngapain?"

"Yah beli jas lah, masa nyari mobil," Hanna sedikit tertawa mendengar jawaban Rio. "Iya bisa kok, berarti nanti gue suruh Pak Beni jemput di toko-nya aja deh," Hanna mengeluarkan handphone nya ingin mengabari Pak Beni.

"Ehh gausah, pulangnya sama gue aja biar supir lo gak repot," ucap Rio sambil menahan handphone Hanna. "Oh.. o-oke," jawab Hanna. Kemudian ia menelepon Pak Beni dan mengabarkan kalau ia akan pulang sendiri hari ini.

———

"Rio ini apa?" ucap Hanna yang baru saja membuka pintu mobil Rio.

Hanna melihat sebuah boneka(?) yang berbentuk seperti kucing di kursi depan mobil Rio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hanna melihat sebuah boneka(?) yang berbentuk seperti kucing di kursi depan mobil Rio. "Oh itu Kre- maksud gue bantal tidur,"

"Lo punya bantal bentuk kucing?"

"Iya, kenapa?" Hanna hanya menggelengkan kepalanya.

Di perjalanan Hanna masih saja memandangi dan memegang bantal itu. Warna bantal itu terlihat pudar, sepertinya Rio sudah menggunakan bantal ini sejak lama.

"Hanna..., bantalnya letak ke belakang aja...," ucap Rio dengan nada malas. Rio heran mengapa anak ini malah memegangi Krenos.

"Rio jawab jujur deh, lo punya bantal kucing ini dari kapan?"

"Dari SD?" ucap Rio spontan.

"Seriusan?! Ya ampun pantesan warnanya udah begini," Hanna mengangkat bantal yang diberi nama 'Krenos' oleh Rio. "Untuk apa sih lo pake bantal buluk kaya gini hahaha,"

"Sembarangan lo bilang dia buluk! Tanpa Krenos gue gak bisa tidu—,"

"Wait— lo namain bantal ini?!" ucap Hanna kegirangan. Lalu ia tertawa terbahak-bahak. Shit, Rio keceplosan. Hanna melihat ke arah wajah Rio yang sudah memerah.

"Astaga lucu banget sih dia," batin Hanna.

"Rio, fix mulai sekarang gue bakalan manggil lo bayi BESAR," ucap Hanna lalu ia tertawa kembali.

"Diam," ucap Rio yang sudah menahan malu dari tadi. Hancur sudah harga dirinya didepan Hanna. Tapi Rio perhatikan Hanna sudah tidak menunjukkan raut wajah sedih lagi, padahal dirinya belum melakukan apa-apa. Yah walaupun harga dirinya tercoreng sedikit, setidaknya Hanna bisa tertawa karena hal itu, batinnya.

Sesampainya mereka di toko jas, Rio dan Hanna langsung disambut seperti tamu VIP oleh pegawai toko tersebut. Sepertinya Rio sudah menjadi pembeli tetap dari toko ini.

"Lo bantuin gue pilih jas ya," ucap Rio sembari melihat-lihat setelan jas didepannya, Hanna hanya mengekor dari belakang.

"Keahlian gue mah ini," ucap Hanna pelan.

"Hm? Lo bilang apa?"

"Nothing! Ayo gue cariin yang paling pas buat lo," ucap Hanna sambil menarik tangan Rio. Sebelum memilih, Hanna menanyai Rio beberapa hal. Pertama, acara seperti apa yang akan dihadiri Rio lalu apakah acaranya indoor atau outdoor lalu apakah acara tersebut memiliki tema atau dress code khusus lalu—

"Hanna..., pertanyaan lo kebanyakan,"

"Ini penting Rio, lo minta bantuin milih kan? Nah gue harus tau situasi nya dong supaya pilihan gue tepat,"

Rio menghela nafas. Ternyata berbelanja dengan cewek lebih ribet dari kelihatannya. Rio lalu mengambil handphonenya dan menelepon Ayahnya.

"Halo? Pa sorry ganggu, aku mau nanya—," Rio menanyakan semua pertanyaan yang diajukan Hanna sebelumnya. Dasar Rio, mengeluh dulu tapi pada akhirnya ia akan melakukan apa yang disuruh Hanna.

"Sekarang kamu lagi dimana?" ucap Andra.

"Lagi di toko jas langganan kita Pa," jawab Rio.

"Oh iya? Papa sama Mama lagi disini jug— nah ini Papa udah ngelihat kamu lagi sama... perempuan?" ucap Andra kemudian Rio berbalik dan melihat kedua orang tuanya sedang berjalan kearahnya.

"Rio..., itu orang tua lo?" tanya Hanna dari samping Rio. Rio hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Hanna.

"Pa, Ma, kok bisa disini..?" ucap Rio kepada kedua orang tuanya yang sudah menghampiri nya.

"Papa mau fitting jas untuk acara sabtu nanti," jawab Andra lalu ia melihat ke arah Hanna. "Dan kamu..., siapa ya? Saya gak pernah lihat," ucap Andra kepada Hanna. Hanna langsung saja memperkenalkan dirinya, "Perkenalkan Om, Tante, saya Hanna, tema-,"

"Dia pacar aku Pa," ucap Rio memotong perkataan Hanna. "Pacar?" ucap mereka bertiga bersamaan. Mata Hanna langsung mendelik saat mendengar itu. Begitu juga dengan Farah dan Andra yang terkejut.

"Iya, pacar," Rio merangkul pundak tangan Hanna lalu ia memberikan kode kepada Hanna untuk mengikuti sandiwaranya.

———

Aku upload dua chapter sekaligus! Don't forget to vote + comment ya! ♡
xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now