Chapter 25

10.1K 1.2K 30
                                    

"Hanna! Gammy seneng banget kamu dateng kesini," ucap Gammy yang baru saja membuka pintu dan melihat Hanna disitu. Gammy lalu memeluk Hanna, Hanna yang agak terkejut dengan perlakuan Lammy hanya membalas pelukannya.

"Sini-sini masuk, Gammy masak enak untuk kalian berdua," Lammy menarik tangan Hanna dan meninggalkan Ezra diluar, Ezra hanya menghela nafas dan memasuki rumahnya, karena Lammy tidak memandang Ezra. Dasar neneknya itu, batinnya. Hanna langsung dituntun Lammy ke meja makan, padahal mereka baru saja datang.

Didepannya, Hanna melihat banyak makanan yang bervariasi, mulai dari ikan sambal, ayam gulai, telur, sop, perkedel, dan rendang.

"Wah... ini semua nenek yang masak...?" ucap Hanna yang terpukau saat ini.

"Iya dong! Ohiya Hanna kamu panggil saya dengan sebutan Gammy aja, oke? Kalo Gammy disebut nenek rasanya ketuaan, walaupun memang udah tua sih," ucap Lammy sambil tertawa sedikit, mendengar hal itu Hanna ikut tertawa juga. Ezra yang duduk di samping Hanna pun tidak bisa menyembunyikan senyumannya.

Mereka makan bersama sampai akhirnya Lammy membuka topik mengenai kejadian semalam.

"Hanna, Gammy mau minta maaf sama kamu soal semalam,"

"Loh kok Gammy yang minta maaf?"

"Iya, karena Ezra udah kasar sama kamu,"

"Oh tenang aja Gammy, Hanna gak papa kok. Lagian Ezra udah minta maaf, yakan Ezra?" Hanna memandang ke arah Ezra untuk memberikan jawaban dari pertanyaannya tadi.

"Oh? Iya Ezra udah minta maaf sama dia Gammy," ucap Ezra. Terlihat raut wajah Lammy yang berubah lega.

"Baguslah kalau begitu, Gammy ikutan seneng—oh iya! Hampir kelupaan...," Lammy bangkit dari kursinya dan mengambil sesuatu dari atas lemari yang terletak tidak jauh dari meja makan.

"Ini uang ganti rugi yang semalam," Lammy menyerahkan amplop itu kepada Hanna.

"Gammyyyy..., Hanna beneran ikhlas loh, tapi Gammy pasti tetep maksa ya...," ucap Hanna dengan nada lemas, Lammy langsung menganggukkan kepalanya. "Yaudah deh...," Hanna mengambil amplop itu.

"Nah gitu dong, makasih ya Hanna udah bantuin Gammy semalam," Lammy mencubit pelan pipi Hanna lalu ia kembali duduk. Hanna merasa seperti anak kecil. Yang tidak Hanna sadari adalah, dari tadi Ezra memandanginya sambil tersenyum-senyum. Ezra merasa ia melihat sisi lain dari Hanna.

———

Rio, 20.48 PM
"Lg ngapain Hann?"

Menerima pesan dari Rio merupakan hal yang baru bagi Hanna, karena selama mengenal Rio, mereka tidak pernah mengirimkan pesan ke satu sama lain.

Hanna, 20.50 PM
"Gw lagi rebahan ni.. haaa capek bgt hari ini, btw tumben lo sms gw"

Rio, 20.51 PM
"Td siap seleksi nya jam brp?"

Hanna, 20.55 PM
"Jam 5 sih, tp td gw ke rmh ezra dulu"

Rio, 20.55 PM
"Loh gk lgsg pulang?"

Hanna, 20.57 PM
"Iya gw ada janji sama neneknya ezra"

Rio, 20.58 PM
"Janji? sejak kpn lo deket sm ezra dan keluarganya?"

Hanna bingung dengan pertanyaan Rio, mengapa Rio bertanya seperti itu? Well jika dipikir-pikir sebenarnya tidak heran juga mengapa Rio bisa berpikir seperti itu, tapi Hanna merasa 'nada' sms Rio seperti sedang marah.

*Incoming Call Rio*

Hanna terkejut melihat nama Rio di ponselnya. Hanna merasa alasannya karena Hanna membalas pesan Rio terlalu lama, membuat Rio menjadi meneleponnya.

"Halo..?" ucap Hanna.

"Kok lama amat sih jawab sms nya?" ucap Rio langsung.

"Ih ga sabaran dah, gue lagi ngetik tau," dusta Hanna. Padahal dari tadi ia hanya termenung saja.

"Yaudah bilang aja dari sini," ucap Rio.

"Kenapa lo mau tau ya? Hm?"

"Gue.. gue penasaran aja,"

"Penasaran...?"

"Iya, gaboleh tau ya? Yaudah deh gue matiin aja telp—,"

"Ih kok lo ngambekan sih kek ABG aja! Yaudah gue kasih tau,"

Hanna menjelaskan panjang lebar mengenai kejadian yang di alaminya, mulai dari awal perjumpaannya dengan nenek Ezra hingga perjumpaan yang kurang mengenakkan dengan Ezra.

Tak lupa juga Hanna menceritakan kalau Ezra sudah meminta maaf kepada dirinya.

"Dia minta maaf? Kok bisa?"

"Hahaha mana gue tau, emangnya aneh ga kalo dia minta maaf?"

"Aneh dong, kaya lo waktu minta maaf ke anak-anak kemaren, kan awalnya mereka nganggap itu aneh, hahahaha," raut wajah Hanna langsung berubah kesal. Rio memang selalu saja bisa memancing emosinya.

"Rio! Lo lagi jauh aja tetep bisa buat gue kesel ya! Dah ah gue mau tidur! Bye!" ucap Hanna dengan nada marah, walaupun sebenarnya Hanna tidak marah.

"Bercanda doang Hann, hahaha,"

"Yaudah deh selamat tidur yaa, good night Hann," Hanna terdiam sejenak, tidak menjawab ucapan Rio.

"Hann? Lo masih disitu?" ucap Rio yang tidak mendengar jawaban Hanna, tapi ia bisa mendengar suara nafas Hanna dari telepon itu. "Haloo...,"

"Eh iya haloo? G-goodnight juga Rio......," ucap Hanna yang baru sadar. Hanna mendengar suara Rio yang tertawa kecil setelah Hanna menjawabnya lalu Rio menutup telepon itu.

Yang membuat Hanna terdiam sejenak tadi adalah karena itu merupakan hal pertama baginya, menerima ucapan dari seorang cowok! Terdengar menyedihkan memang tapi hal itu membuat Hanna senang. Tidak sadar Hanna menyunggingkan senyuman dari mulutnya.

Di sisi lain, Rio yang baru saja menutup telepon itu langsung kalang kabut. Kedekatan Ezra dengan Hanna membuatnya resah. Mengapa mereka bisa dekat dengan sangat cepat? Dan lebih terpenting, mengapa Rio merasa resah akan hal itu?

"Rio? Kamu udah tidur belum?" ucap Farah, ibunya Rio dari balik pintu. Rio yang mendengar suara ibunya langsung membuka pintu kamarnya.

"Belum kok, ada apa Ma?"

"Itu papa kamu nanyain soal perkembangan kamu dengan—,"

"Aku bisa urus hal itu sendiri," ucap Rio langsung.

"Udah ya Ma, aku mau istirahat, aku capek," Rio menutup pintunya lagi dan berbaring di tempat tidurnya. Ia bingung hal apa yang harus dilakukannya sekarang.

———

Don't forget to vote!
xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now