Chapter 24

10.3K 1.2K 11
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore tapi Rio sedari tadi masih saja menunggu dan memperhatikan Hanna dari pinggir lapangan. Hanna sendiri tidak tahu jika ada Rio yang sedang menunggu nya.

Jujur saja, saat Rio melihat Hanna dengan Ezra di kantin tadi, entah mengapa dirinya merasa kesal. Apalagi ketika Rio baru menyadari kalau Ezra adalah ketua ekstrakulikuler seni musik.

"Kenapa sih gue...," ucap Rio kepada dirinya sendiri.

Di sisi lain, Hanna dengan kelompok lainnya sedang panik, mereka berdiskusi untuk membawakan lagu apa dan memainkan alat musik apa untuk ditampilkan. Saat ini ada 10 kelompok tersisa dan Tiara menyuruh mereka untuk mempersiapkan diri dalam waktu 10 menit. Ya, hanya 10 menit. Di lapangan itu ada mic, gitar, drum dan keyboard. Setiap kelompok harus menggunakan hanya 4 alat itu.

Hanna yang belum sempat berbicara langsung diberikan bagian menyanyi oleh kelompoknya.

"Hanna lo bagian nyanyi pastinya," ucap Dion langsung.

"Hah gue nyanyi? Lagi?" tanya Hanna sambil menunjuk dirinya. mereka mengangguk seirama. Well, sebenarnya Hanna tidak masalah dengan hal itu karena Hanna lupa lupa ingat dengan cara memainkan piano. Jika orang-orang menyukai dirinya bernyanyi, mengapa tidak?

Untuk gitar akan dimainkan oleh Verro, bagian drum dipegang Dion dan Seila keyboard. Mereka memilih lagu yang mudah yaitu lagu yang Hanna hafal agar mereka bisa menyesuaikan nada.

"Huaa panas banget disini, gue serasa lagi di hukum," ucap Hanna kepada dirinya sendiri tertawa sambil mengipas-ngipaskan tangannya ke lehernya. Ezra tidak sengaja mendengar perkataan Hanna dan ia berniat memberikan Hanna minuman.

"Mau minum?" Dion menyerahkan botol minuman yang masih tersegel dari dalam tasnya.

"Hanna! Ini minum air gue," ucap Rio yang tiba-tiba entah datang dari mana. Hanna sampai terkejut karena panggilan Rio.

"Astaga Rio gue kaget! Lo dari mana...?" ucap Hanna yang masih terkerjap. Rio tidak menjawab pertanyaan Hanna dan ia masih saja berdiri disitu sambil menyodorkan minumannya. Minuman itu sudah terbuka walaupun isinya masih banyak.

"Nih minum, teh yang lo bawa sisa banyak," ucap Ezra yang muncul dari belakang Hanna.

Hanna terdiam, bingung dengan situasi nya sekarang ini. Mengapa mereka membuat Hanna berada dalam situasi ini?!

"Sial apa yang harus gue buat sekarang?" batin Hanna. Hanna melihat ke sekitarnya dan orang-orang mulai membicarakan dirinya lagi. Bayangkan saja ada tiga orang cowok menawarkan minuman kepada dirinya. Seila dan Verro dari tadi hanya diam saja sambil memperhatikan mereka berempat.

"Umm..., gue ga-gak haus! Iya, gue gak haus, makasih ya...," Hanna hanya mengatakan hal yang terlintas saat itu di kepalanya kepada mereka bertiga.

"Oh..., oke Hann," ucap Rio. Dion dan Ezra yang mendengar perkataan Hanna pun juga menarik minuman yang mereka sodorkan tadi.

"Btw siap lo seleksi kita pulang bareng ya, gue sekalian mau minta tolo-,"

"Dia pulang bareng gue," ucap Ezra langsung memotong ucapan Rio. Terdengar suara murid-murid terkejut saat mendengar Rio dan Ezra mengatakan hal yang sama. Menurut mereka tontonan ini lebih menarik daripada seleksi yang sedang mereka ikuti saat ini.

"Beneran Hann?" tanya Rio lagi. Hanna bingung mau menjawab apa. Ia merasa seperti sedang diperebutkan dua cowok tampan.

"Iya Rio...," ucap Hanna. "Tadi lo bilang mau minta tolong ya? Minta tolong apa Rio?" lanjutnya. Hanna tadi mendengar kalau Rio berkata ingin sekalian meminta tolong kepada dirinya sebelum Ezra memotong ucapannya.

"Udah ini lagi seleksi, lo jangan ganggu dia," ucap Ezra datar lalu ia pergi dari situ. Di sisi lain Hanna melihat Rio seperti menahan emosi.

"Rio...?" tanya Hanna lagi.

"Eh? I-iya Hann, udah gak papa next time aja," ucap Rio. "Good luck untuk seleksinya, gue balik ya," Rio tersenyum sambil mengacak pelan rambut Hanna. Hanna yang menerima perlakuan itu hanya terdiam, tidak sadar wajahnya sudah memerah. Saat Rio ingin melangkah pergi, tiba-tiba ia berbalik lagi mendatangi Hanna.

"Oh iya kelupaan, walaupun lo gak haus tapi minum aja ini nanti ya," Rio meletakkan minumannya tadi dipangkuan Hanna. Belum sempat Hanna mengatakan apa-apa, Rio sudah melangkah cepat pergi dari situ.

"Cie cie Hanna Kelly diperebutkan 3 orang cowok! Phewwit," goda Verro yang yang akhirnya membuka suara, Seila hanya diam saja.

"Apaan sih," ucap Dion datar. Hanna hanya tertawa saja saat mendengar ucapan Verro.

"Waktu HABIS," teriak Tiara. Untungnya kelompok Hanna sudah menyiapkan lagu apa yang akan mereka bawakan nanti.

———

Seleksi ekskul seni musik akhirnya selesai. Untungnya kelompok Hanna memberikan penampilan yang cukup baik sehingga Hanna tidak terlalu pesimis saat ini.

"Kak kita naik motor?" tanya Hanna. Mereka berdua saat ini sedang berada di parkiran. Ezra yang mendengar ucapan Hanna langsung mengerutkan alisnya. Apa ada yang salah dengan naik motor?

"Emangnya kenapa? Gak biasa naik motor?" Ezra berbicara sambil memakai helmnya dan memundurkan motornya dari parkiran.

"Ih bukan gitu maksudnya kak, helm kak Ezra kan cuman ada satu, bahaya tau," ucap Hanna, Ezra yang sudah berada di samping Hanna tertawa sedikit mendengar perkataan Hanna.

"Hanna," ucap Ezra lalu ia membuka helm nya lagi.

"Hm?"

"Lo bisa gak manggil gue Ezra aja? Jangan terlalu formal,"

"Kenapa gitu?"

"Gue serasa tua, jadi sekarang lo panggil gue Ezra, ngomong santai aja,"

"Tapi kan ka—,"

"Gaada tapi-tapian, jangan panggil gue 'kak',"

Hanna merasa itu adalah alasan yang aneh. Tapi ya sudahlah, toh orang nya langsung yang mengizinkan. Melihat Ezra yang menatap Hanna serius menunggu jawaban dari Hanna membuat Hanna mau tidak mau mengikuti kemauannya. Nenek sama cucu sama saja sikapnya.

"Yaudah deh, Ezra! Puas?" terlihat Ezra menunjukkan senyuman kemenangan. "Nih pake helm gue," Ezra menyerahkan helm-nya.

"Wow," Hanna terlihat takjub.

"Kenapa?" tanya Ezra.

"Ezra lo sering-sering senyum deh, soalnya keliatan ganteng," Ezra yang mendengar ucapan Hanna langsung terbatuk dan menghindari tatapan Hanna.

"G-gue aja yang make helm! Lama lo," Ezra yang masih menatap ke arah berlawanan dengan Hanna langsung memakai helm itu lagi, Ezra melakukan itu agar Hanna tidak melihat raut wajahnya saat ini.

"Xixixixixi seru banget jailin anak orang," batin Hanna. Tapi memang benar, menurut Hanna wajah Ezra makin tampan saat ia tersenyum.

"Pelan-pelan bawanya! Gue gak pake helm," ucap Hanna yang sudah duduk dibelakang Ezra.

"Pegangan," ucap Ezra lalu ia memutar pedal gas motornya. Hanna yang belum berpegangan hampir saja terjungkal jika ia tidak sigap memegang tas sekolah Ezra.

———

Don't forget to comment & vote! ♡ ♡ ♡
xoxo, zayddan.

One More ChanceWhere stories live. Discover now