Human or Siren || 12

2.7K 308 36
                                    

Hello!
Call me Rahma, okay?
Jangan lupa tekan tombol bintangnya ya kawan ⭐

Selamat menikmati dunia halu!

(Aku minta maaf banget huhu...baru sadar ternyata di chapter ini ada yg gk ke publish...setan mmg😭✊. Maap guys)

 Maap guys)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Waktu terus berputar, tak terasa sebentar lagi adalah perayaan ulang tahun SMA Majapahit. Siswa-siswi sibuk mempersiapkan diri untuk acara tersebut. Tiap kelas juga disibukkan dengan pentas yang akan mereka lakukan.

Sama halnya dengan kelas 11 IPS 1, kelas tokoh utama kita yakni Calli. Hari ini, kebetulan sekali kelas 11 IPS 1 mendapatkan jam kosong karena guru tak hadir.

"Saya satpol!" seru seorang siswa kelas itu secara tiba-tiba.

Yang lainnya menyimak. Mereka yakin, sebentar lagi akan ada drama natural yang dipersembahkan secara spontanitas oleh teman-teman mereka.

"Saya tukang cilok!" sahut si bendahara kelas.

"Saya jual babi ngepet," cetus Dio cengar-cengir.

"Babi ngepetnya siapa woy? Lo tumbalin siapa?"  tanya Tirta.

"Temen munafik lah," balas Dio santai.

Em, tajam sekali kawan.

"Saya jarang mandi!" pekik si sekretaris dengan kepercayaan diri yang tinggi.

"Ewh jorok banget sih lo jadi cewek," cerca Ochi menatap rendah sekretaris kelas.

"Heh badut laut! Gue jarang mandi aja banyak yang mau, lah elo? Udah mandi tiap jam, pake make-up tebel banget, gak ada yang mau lagi. Miris!" sarkas sekretaris kelas itu membuat mereka bersorak.

"Good!" puji Alan mengacungkan dua jempolnya. Sekretaris kelas itu mengibaskan rambutnya sombong.

"Lanjut woy!" titah sekretaris kelas itu menatap teman-temannya.

"Saya LAKIK!" seru Tirta berdiri di atas kursinya seraya menunjukkan otot tangannya. Ia turun kembali setelah ditatap tajam oleh Raskal.

"Saya tukang kecap," sahut Fatur asal.

"Saya tukang gamon," salah satu siswi bersuara.

"Acieee sadgirl," ledek Alan membuat gadis itu mendengus kesal.

"Saya presiden empang!" sambung Alan. Ya benar sih, keluarga Alan memiliki banyak empang di desa. Karena sebenarnya orang tua Alan dulu tinggal di desa, lalu merantau ke kota.

Human or Siren?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang