Human or Siren || 37

1.4K 185 36
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.
.
.

Saat ini Calli tengah menggunakan salah satu kekuatannya, yakni membuat tubuhnya menjadi tak terlihat. Ia menggunakan kekuatan itu untuk memantau Lita secara langsung. Dilihatnya gadis itu tengah menjalani hukumannya di hari pertama.

Ini memang sudah pagi. Namun bukannya berangkat ke sekolah, Calli justru pergi ke rumah orang. Bahkan ia sama sekali tak meminta ijin dari orang rumah. Dapat dipastikan bahwa setelah ia pulang nanti, ia akan mendapat ceramah panjang dari Raskal.

Netra tajamnya menatap Lita yang saat ini dikurung di gudang rumahnya. Gudang itu nampak penuh dengan debu dan juga lantai yang kotor. Lita dihempaskan ke lantai oleh sang ibu, yakni Alen. Di sebelahnya ada Wira yang tengah menyedekapkan kedua tangannya di depan dada.

Keduanya menatap datar Lita yang saat ini sudah sesenggukan. Sesekali tangan gadis itu terangkat guna menghapus air matanya.

"Maaf pa, ma, jangan hukum Lita," mohon gadis itu dengan isakan kerasnya.

Kedua paruh baya itu nampak sama sekali tak peduli. Mereka menatap malas Lita yang menangis dan memohon pada mereka. Meski Alen adalah seorang ibu, tapi dirinya sudah terlanjur kecewa dengan Lita. Anak perempuan yang ia didik sedari kecil, justru berani berbuat kriminal di usianya yang masih remaja.

"Baru juga gini udah nangis. Gimana sama korban bully kamu yang udah mohon-mohon sambil sujud? Tapi gak kamu dengerin," cibir Alen ikut bersedekap.

Calli yang berada di dekat mereka dengan keadaan tak terlihat pun tergelak. Menurutnya ibu Lita itu asyik. Dia harus bisa mendapatkan hatinya, agar semakin mudah dalam membalaskan dendam. Ya, itu harus!

"Maaf ma, Lita janji gak bakal ulangi lagi,"

"Halah! Dulu korban kamu yang gak sengaja nabrak kamu aja, udah kamu siksa. Dia udah bilang gak akan ngulangi lagi, tapi tetep kamu siksa. Terus kita harus bebasin kamu, gitu?" tutur Wira sinis.

Ia memang menyayangi putrinya. Tapi tak dapat dipungkiri, bahwa kekecewaan itu lebih besar dari rasa sayangnya.

Calli semakin tergelak saat kepala Lita menunduk dalam. Untung saja tak ada yang bisa melihat Calli saat ini. Jadi ia bisa puas untuk menertawakan Lita.

"Udah ah mas, mending sekarang aja. Males juga liat wajah dia lama-lama," ceplos Alen membuat Wira mengangguk setuju. Sementara Lita makin menangis, membuat Calli diam-diam mencibirnya.

"Cengeng banget! Ku kira mbak jago, ternyata mentalnya, mental jagung," cibirnya dengan mata yang melirik sinis.

Wira mengeluarkan sabuk dari balik badannya. Ia mulai mendekati Lita yang saat ini sudah bergerak mundur sambil menangis ketakutan.

Human or Siren?Where stories live. Discover now