Aksara || 32

91.2K 4.6K 114
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷


      Anna mengerjabkan matanya. Dengan perlahan membuka matanya dan pertama yang dia lihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih.

Anna kembali memejamkan matanya. Mencoba mengingat kejadian yang dia alami tadi. Setelah mengingatnya Anna kembali mengeluarkan air matanya. Dia berharap jika itu semua mimpi, namun harapannya pupus ketika mendengar Gira memanggilnya.

"Anna." Sebuah panggilan dari samping kanannya membuat Anna menoleh, dan dia mendapati wajah Gira yang sedang tersenyum kearahnya. Tentu saja Anna membalasnya dengan terpaksa.

"Gimana keadaan kamu, nak?" tanya Gira membantu Anna untuk duduk di atas ranjang.

"Kepala Anna masih pusing, ma," jawab Anna dengan mata bengkak dan juga beberapa tetes air mata.

"Mama sama papa Anna baik-baik aja kan, ma?" tanya Anna dengan suara bergetar. Dia berharap jika Gira akan menjawab baik-baik saja. Namun harapannya pupus ketika mendengar jawaban Gira yang justru kebalikannya.

"Sayang, kamu ikhlaskan mereka yah," jawab Gira dengan suara bergetar, menahan tangisannya.

Anna yang mendengarnya menggulum bibirnya. Dadanya kembali sesak mengingat kejadian yang dia pikir mimpi tadi. Air matanya juga kembali keluar. Gira yang melihat hal itu langsung membawa Anna kedalam pelukannya.

"Se-sekarang mereka di-dimana?" tanya Anna dengan suara bergetar dan juga sesenggukan.

"Mereka udah di bawa papa Raka ke rumah kalian, untuk diurus pemakamannya," jawab Gira dengan tangan sibuk mengelus punggung Anna, berusaha untuk menenangkannya.

"Anna mau ke sana," ucap Anna pelan sambil melepaskan pelukannya.

Gira menganggukkan kepalanya. Lalu wanita itu membantu Anna turun dari brangkar rumah sakit dan berjalan keluar dari sana.

Di dalam mobil. Anna tidak banyak bicara, gadis itu hanya menatap keluar jendela dengan mata berkaca-kaca. Sesekali menghapus air matanya ketika kembali menetes. Gira yang melihat hal itu sangat sedih. Dia tahu gimana perasaan Anna. Dia juga dulu pernah kehilangan seperti Anna.

"Anna, ayo turun," ajak Gira membuat Anna yang sedang melamun menolehkan kepalanya.

Di luar mobil dia dapat melihat rumahnya tampak ramai oleh orang-orang. Bahkan ada juga teman-teman kelasnya. Mungkin Raka yang memberitahukan ke pihak sekolah.

Anna menghela nafasnya panjang. Dia berusaha untuk tidak menangis, tapi justru hal itu membuat dadanya terasa sesak.

Anna keluar dari mobil dibantu oleh Gira. Wanita itu terus merangkul Anna untuk berjalan masuk kedalam rumah. Dapat didengar suara orang-orang yang sedang membaca beberapa ayat Alquran.

Anna tidak langsung masuk kedalam rumah. Gadis itu berhenti tepat di depan pintu dan menatap lurus kearah dua jenazah yang ada diatas lantai.

Tidak ada air mata yang keluar dari mata Anna, namun suara sesenggukan dari Anna masih ada. Bahkan Gira yang mendengarnya juga ikut merasakan sesak.

Anna berjalan dengan perlahan ke samping jenazah ibunya. Lalu gadis itu duduk perlahan dengan Gira yang juga melakukan hal yang sama.

Seseorang menghampiri mereka membuat Gira menoleh dan mendapati putri pertamanya. Wanita itu tersenyum dan menerima selendang pemberian Ara. Setelah memakainya untuk dirinya sendiri, Gira juga memakaikannya untuk Anna.

"Anna, kita turut berduka cita yah." Anna menoleh kesamping kanannya dan mendapati beberapa teman sekelasnya dan yang berbicara tadi ketua kelas mereka.

AKSARAWhere stories live. Discover now