Aksara || 46

88.4K 4.6K 113
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷

    Sesuai dugaan, kini Aksa berada di ruang BK bersama Abian tentunya. Kondisi kedua cowok itu terlihat sama, sama-sama memiliki luka diwajah.

"Coba ceritakan gimana kronologis kalian bisa berantem?" perintah pak Jaya menatap kedua murid yang ada di depannya satu persatu. Namun keduanya tanpak diam, tidak ada yang membuka suara.

"Jadi gak ada yang mau cerita?" tanya pak Jaya. Mata tajamnya menatap Aksa yang sedang menatap kearah lain. Lalu beralih menatap Abian yang sedang menundukkan kepalanya.

"Abian," panggil pak Jaya membuat Abian mengangkat kepalanya. "Coba ceritakan gimana kejadiannya?" perintah pak Jaya.

Abian menghela nafasnya. Cowok itu melirik kearah Aksa yang tampak tidak peduli. Lalu beralih menatap pak Jaya. Setelahnya cowok itu membuka mulutnya dan menceritakan semuanya, termasuk kejadian dia memeluk Anna yang merupakan penyebab Aksa murka.

"Jadi kalian berantem karena cuman cewek?" tanya pak Jaya yang mendapat anggukan dari Abian.

"Iya, pak," jawab Abian.

Pak Jaya menghela nafasnya. Pria itu meletakkan kedua tangannya diatas meja dan menyokong dagunya.

"Kalian seperti anak kecil, berantem cuman gara-gara cewek. Padahal kalian itu udah besar, seharusnya bisa menyelesaikan masalah dengan pikiran jernih, bukan malah bertengkar," ucap pak Jaya. Menatap kedua murid didepannya tidak percaya.

Tidak ada yang protes dengan perkataan pak Jaya. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Poin kalian bakal bapak kurangin, sekarang kalian boleh keluar," perintah pak Jaya yang langsung di laksanakan oleh keduanya.

Aksa berdiri dari duduknya. Sebelum melangkahkan kakinya, cowok itu menyempatkan diri menatap Abian dengan tajam. Seakan memperingatkan kalau Abian tidak boleh macam-macam dengan Anna, jika tidak mau berurusan dengannya.

"Saya permisi, pak," pamit Abian. Aksa yang mendengar itu berdecak sinis.

"Cari muka," gumamnya yang hanya dapat didengar oleh dirinya sendiri.


•••••



Ujian pelajaran kedua ini Anna tampak tidak fokus. Padahal saat ini yang di ujikan adalah mata pelajaran yang dia sukai, yah matematika.

Tapi entah kenapa dia sejak tadi tidak fokus. Pikirannya terus tertuju pada Aksa. Dia bertanya-tanya apakah Aksa baik-baik saja.

Terdengar helaan nafas panjang dari Anna. Gadis itu memukul kepalanya yang tidak bisa fokus dengan soal di depannya.

"Ayo fokus," katanya yang masih terus memukul kepalanya. Setelahnya Anna kembali menghela nafasnya dan mulai mengerjakan soal didepannya.

Satu jam setengah berlalu, dan Anna telah selesai mengerjakan 25 soal matematika. Gadis itu tersenyum bangga, namun senyumannya perlahan luntur ketika sebuah cairan merah kembali keluar dari hidungnya dan mengenai lembar soal yang ada di atas meja.

Segera Anna menutup hidungnya menggunakan tangannya dan mendongakkan kepalanya. Dengan cepat dia mengambil tisu yang ada didalam lacinya, setelah mendapatkannya Anna langsung menyumbat hidungnya menggunakan tisu. Tidak lupa dia membersihkan bekas darah yang ada ditangannya dan juga di atas kertas.

Anna menghela nafasnya panjang menatap langit-langit kelas. Dia memejamkan matanya hingga lama.

"Lo gak pa-pa?" tanya teman sebangku Anna membuat Anna menolehkan kepalanya dan menganggukkan kepalanya.

AKSARAWhere stories live. Discover now