Aksara || 33

91.8K 4.6K 136
                                    

Don't forget vote and comment




🌷 Happy reading 🌷

"Aksa, ada mama kamu di depan," ujar ibu Sania masuk kedalam kamar putrinya. Aksa menoleh dengan kening mengerut.

"Mama? Kok tau gue ada disini?" gumam Aksa bertanya pada dirinya sendiri.

Aksa beranjak dari sofa. Cowok itu keluar dari kamar Sania dan berjalan menuruni tangga untuk menuju ruang tamu. Disana dia dapat melihat Gira sedang duduk diruang tamu dengan mata menatap lurus kearahnya.

"Ma, ngapain kesini?" tanya Aksa.

"Pulang," ucap Gira dingin. Tanpa menjawab pertanyaan Aksa sebelumnya. "Pulang kalau gak mau papa kamu yang kesini," lanjutnya lagi masih dengan nada dinginnya.

Aksa menganggukkan kepalanya. Cowok itu mengambil tasnya Bersiap-siap untuk pulang.

"Gira, kok buru-buru banget," ucap mama Sania yang berjalan menuju kearahnya.

"Maaf yah, Ka. Soalnya ada urusan, jadi agak buru-buru," balas Gira tersenyum tidak enak.

"Oh, gak pa-pa kok, Gir. Aku ngerti," balas Biangka, mama Sania.

"Kalau gitu, aku pamit pulang dulu yah, Biangka," pamit Gira yang mendapat anggukan dari Biangka. Lalu wanita itu berjalan keluar dari rumah Biangka

"Tan, aku pulang yah," pamit Aksa menyalami Biangka. Setelahnya cowok itu menyusul Gira yang sudah berjalan keluar dari halaman rumah Sania.

Aksa yang melihat hal itu segera menuju motornya dan mengendarainya. Lalu setelahnya menyusul Gira yang sudah berjalan menjauh.

"Ma, ayo Aksa bonceng," ujar Aksa yang mendapat gelengan keras dari Gira.

"Gak usah, dekat juga rumahnya," balas Gira yang semakin mempercepat langkahnya.

Aksa yang menyadari jika sikap mamanya itu berubah mengerutkan keningnya. Dia tidak tahu apa salah dirinya sehingga membuat Gira bersikap seperti tidak biasanya.

"Ma, Aksa ada salah sama mama?" tanya Aksa yang tentunya tidak mendapat jawaban dari Gira.

Setibanya didepan rumah. Gira langsung masuk ke dalam rumah. Membuat Aksa yang sedang memakirkan motornya menghembuskan nafasnya panjang. Bingung dengan sikap mamanya itu.

Aksa masuk kedalam rumah. Hal pertama yang dia dapati adalah tatapan dingin dari kedua orangtuanya. Aksa tahu, jika mereka sudah menatapnya seperti itu pasti karena dirinya sudah membuat masalah.

"Dari mana aja kamu?" tanya Raka walaupun dia sudah tahu jawabannya tapi dia tetap ingin bertanya. Sebagai basa-basi sebelum masuk ke intinya.

"Papa pasti tau jawabannya," jawab Aksa yang berdiri tidak jauh dari sofa yang diduduki oleh Raka dan juga Gira.

"Kamu ngapain di rumah Sania?" tanya Raka lagi.

"Nemenin dia, soalnya lagi demam," jawab Aksa.

Aksa dapat mendengar kalau Raka menggeram marah. Dan juga tatapan Raka yang menatapnya dengan tajam.

"Kenapa telepon papa gak diangkat?" tanya Raka yang terus mengintrogasi Aksa seperti polisi.

"Karena Aksa pikir itu gak penting."

"Gak penting kamu bilang! Bisa-bisanya kamu bilang gak penting telpon dari papa! Aksara!" teriak Raka. Bahkan pria itu sudah berdiri dari duduknya. "Papa ada nelpon kamu sepuluh kali, dan kamu bilang itu gak penting! DIMANA PIKIRAN KAMU AKSA!" lanjut Raka yang masih terus berteriak. Meluapkan emosinya yang sejak tadi dia tahan.

"Pa, tenang." Gira mencoba menenangkan suaminya yang terlihat sangat emosi.

"Papa kenapa sih! Kenapa selalu marah-marah ke Aksa! Padahal Aksa udah turutin semua kemauan papa!" balas Aksa yang juga ikut berteriak.

"BERANI KAMU NGOMONG KASAR KE SAYA, HAH!" tangan Raka siap menampar Aksa, namun ditahan oleh Gira.

"Pa, tenang. Please jangan pakai ke kekerasan," ucap Gira menahan tangan Raka dan memeluknya dari samping. Perlahan emosi Raka mulai mereda.

"Biar kamu tau Aksa, papa telpon kamu itu karena papa mau ngabarin kalau orangtuanya Anna meninggal. Tapi, dengan gampangnya kamu bilang kalau telpon dari papa itu gak penting," ucap Raka dingin. Lalu setelahnya pria itu berjalan menuju kamarnya, menyisakan Gira dan Aksa.

Gira menghela nafasnya panjang. Wanita itu menatap putranya. Dia juga marah pada Aksa, tapi dia tidak seperti Raka yang akan memarahi Aksa seperti tadi. Jadi, Gira menarik tangan Aksa dan menyuruhnya duduk di sofa.

"Mama kecewa sama kamu, Aksa," ucap Gira membuat Aksa yang sedang menunduk mendongakkan kepalanya.

"Anna disana lagi butuh senderan kamu, tapi kamu malah lebih nemenin Sania? Jangan bilang kalau kami gak ada ngasih tau kamu. Seperti yang papa bilang tadi, dia sudah menelpon kamu sepuluh kali tapi gak ada balasan sama sekali dari kamu," lanjut Gira.

"Soal Aksa gak ngangkat telpon papa, Aksa minta maaf," balas Aksa menundukkan kepalanya. "Tapi, Aksa nemenin Sania karena dia demam gara-gara Anna, ma," lanjutnya membuat Gira mengerutkan keningnya.

"Gara-gara Anna? Kenapa gara-gara Anna?" tanya Gira tidak mengerti.

"Dia udah buat Sania terjebak di hutan sampai dia demam," jawab Aksa mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah Dira.

"Kamu percaya sama dia?" tanya Dira yang mendapat anggukan kepala dari Aksa.

"Kamu sudah memastikannya sendiri kalau itu semua perbuatan Anna?" tanya Gira lagi yang mendapat gelengan kepala dari Aksa.

"Ingat Aksa, mama pernah bilang sama kamu. Jangan pernah percaya sama ucapan orang lain sebelum kamu memastikan sendiri itu benar atau tidak," ucap Gira.

"Mama gak mau, kamu salah paham sama Anna dan berakhir membenci dia. Mama mau kamu cari kebenarannya sebelum terlambat," lanjut Gira yang kini sudah duduk disamping Aksa.

"Mama mau tanya sama kamu, selama tinggal sama Anna dua Minggu ini kamu ada rasa suka gak sama Anna?" tanya Gira membuat Aksa menolehkan kepalanya menatap Gira dengan kening mengerut.

"Mungkin ada tapi sedikit, tapi waktu denger dari Sania kalau Anna berusaha membuat dirinya celaka buat Aksa jadi ragu," jawab Aksa yang mendapat senyuman tipis dari Gira.

"Udah mama kira, mana mungkin kamu gak ada perasaan suka sama Anna kalau selama dua Minggu itu selalu tinggal bareng Anna," ucap Gira terkekeh. Membuat Aksa menatapnya tidak suka.

"Kenapa ketawa, gak ada yang lucu juga," ujar Aksa dengan wajah cemberut. Lihat sifat manjanya kembali muncul.

"Lucu aja, kamu ternyata kemakan omongan sendiri," balas Gira.

"Ingat ucapan mama tadi, kamu harus cari kebenarannya terlebih dahulu sebelum terlambat," lanjut Gira yang diangguki oleh Aksa.

"Ya udah, kamu ganti baju sana. Terus susul Anna dirumahnya," ucap Gira yang langsung dituruti oleh Aksa.

••••||••••




Ada yang mau disampaikan buat Aksa setelah baca chapter ini?

Mau ngingetin kalau besok Senin, selamat malam Senin

See you ♥️

AKSARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang