S²-3

7.8K 515 8
                                    

"apa ada yang menganggu mu saat di kampus, sayang ?" Tanya Abra

"Tidak ada" jawab Ciko seadanya

"Kau tidak berbohong kan ?" Tanya Abra memastikan

"Tidak" jawab Ciko kembali dengan nada ketus

"Lalu, kenapa nada bicara mu seperti itu ?" Tanya Abra mengusak surai atas Ciko

"Aku tidak tau, Abra. Sudah diam lah" Ciko menutup matanya. Perjalanan menuju rumah mereka sekitar 15 menit lagi

"Baiklah" Abra tak mau lagi berbicara. Ia takut, justru akan menjadi masalah. Ia fokus mengemudi saja saat ini.

Perjalanan mereka cukup lancar tanpa adanya macet. Hingga mobil yang di kendarai Abra berhenti di halaman rumah. Ia menghadap sang istri, yang ternyata sudah tertidur. Bibir Ciko yang merah muda itu, tampak pucat. Abra meletakkan punggung tangan nya di dahi Ciko, benar saja, istrinya ini sedang demam.

Padahal, tadi pagi Ciko baik-baik saja. Abra menghubungi dokter kenalan nya untuk datang kerumah. Setelah itu, ia membopong tubuh Ciko memasuki rumah.

.

.

.

"Bagaimana keadaan nya ?" Tanya abra khawatir. Peluh Ciko semakin banyak, bibir yang pucat itu bergetar, Ciko yang tertidur pun tampak bergerak gelisah.

"Istri mu saat ini, sedang mengandung-"

"Apa ?" Tanya Abra memastikan bahwa pendengaran nya tidak salah

"Iya, istri mu sedang mengandung. Ini  efek awal kehamilan. Mungkin sekitar 3 hari kedepan ia akan mengalami muntah-muntah. Untuk saat ini, suruh ia beristirahat saja. Karna kehamilan kini, sangat lemah untuk janin yang baru saja tumbuh" jelas sang dokter

"A-ah" Abra ingin sekali meloncat namun, ia harus menjaga image di hadapan dokter yang kini ada di hadapannya.

"Ini resep obat yang baik di konsumsi saat hamil" dokter tersebut memberikan kertas berisi resep.

"Terimakasih"

Sekitar beberapa menit kemudian, dokter tersebut meninggal rumah.

Abra menatap Ciko yang masih menutup matanya. Tak lupa, Abra menyuruh pelayan nya untuk menembus resep obat yang di berikan dokter tadi.

"Terimakasih sayang, terimakasih.  Aku mencintai mu selalu" Abra mengecupi punggung tangan Ciko. Air matanya jatuh tanpa izin. Hatinya tak berhenti berdetak kencang, dari awal dokter tersebut mengatakan bahwa ada nyawa di perut Ciko. Tangan nya mengusap perut Ciko yang belum berbentuk.

"Terimakasih telah hadir malaikat, Daddy" gumam Abra

Abra menaiki ranjang, lalu berbaring di samping istri nya. Tangan melingkar di perut Ciko, kemudian ia mengecup pipi Ciko yang terasa panas.

"Aku mencintaimu" gumam Abra sebelum mengikuti Ciko yang tertidur.

.

.

.

"Apa itu ?" Cegat seorang wanita paruh baya, pada seorang pelayan

"Nyonya. I-ini obat untuk tuan muda Ciko" jawab pembantu rumah Abra yang baru saja menembus obat yang di perintahkan.

"Ada apa dengan nya ?" Tanya nya kembali, dengan ekspresi wajah yang datar di sertai keangkuhan

"Tuan muda sedang sakit" pelayan tersebut mencoba menutupi bahwa Ciko sedang hamil. Bagaimana pun, pelayan itu tau, cevira ibu dari tuan besar (Abra) tidak menyukai Ciko.

[BXB🔞] PSYCOPATH BF S¹-S² END!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang