S²-8

5.9K 342 15
                                    

"sayang" Abra menyisir rambut atas Ciko dengan sela jari-jari nya

"Kenapa?" Dongak Ciko menatap sang suami

"Aku akan melakukan perjalanan bisnis" gumam Abra pelan

"Aku ikut" Ciko mengigit bibir bawahnya

"Jangan di gigit lagi, lukanya akan parah nanti-" Abra mengusap bibir Ciko

"Aku disana hanya selama 3 hari. Aku bukan tak ingin mengajak mu tapi, kau tau sendiri, kandungan mu sangat lemah. Perjalanan ke sana, sangat jauh sayang. Kau akan kelelahan dan berujung bosan karna aku juga akan membantu proyek" jelas Abra sembari membalas tatapan Ciko. Tampak jelas, binaran air mata yang siap jatuh di mata Ciko.

"Aku takut Abra, aku takut. Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku tak ingin jauh dari mu, bahkan hanya untuk beberapa menit. Kau akan pergi meninggalkan ku selama 3 hari, yang membuat dada ku semakin sesak karna tak bisa menemani mu. Kepala ku, hati ku, serta jantung ku tak menjadi satu. Hic aku takut, aku takut untuk mempercayai mu, aku takut kau akan pergi dengan yang lain aku takut kau bosan dengan ku, aku takut perkataan ibu dan mimpi ku menjadi nyata, akut takut, Abra. Hic aku takut" Ciko memukul dada bidang Abra. Menumpahkan isi hatinya yang terasa mencekik. Perutnya kembali sakit meski tak sesakit seperti sebelumnya.

"Sayang, baiklah. Aku tidak akan pergi. Aku disini, aku disini sayang. Jangan menangis, ku mohon" Abra mendekap tubuh Ciko erat. Ia tak tau, jika istri nya ini banyak memendam sesuatu yang rumit.

"Hic maaf, aku egois. Aku tak ingin kehilanganmu huaaa" tangis Ciko

"Kau tidak egois. Aku lah yang tak pernah mengerti dirimu. Aku minta maaf sayang. Jangan menangis lagi. Ku mohon, berhenti lah menangis, dada ku terasa sakit" benar, Abra merasakan sakit juga pada dadanya. Ia tak bisa mendengar tangisan Ciko.

"Hic, hic aku tidak menangis lagi hic" Ciko membenamkan wajahnya di dada bidan Abra. Memejamkan mata nya dengan erat berusaha sebisa mungkin menahan suara isakan.

"Istirahat sayang" Abra mengusap-usap punggung kecil Ciko dengan telapak tangan nya. Sesekali, memberikan kecupan pada puncak kepala yang sedikit berkeringat.

Butuh waktu sekitar 15 menit, Ciko telah terlelap dalam tidur nya. Namun, masih di sertai sesegukan. Abra mengambil handphone nya, guna menghubungi Berliana

"Selamat malam, tuan. Ada yang bisa ku bantu?" Tanya berlian di sebrang telfon

"Selamat malam berlian. Maaf menganggu waktu mu. Aku hanya ingin memberitahu mu, bahwa aku tak akan melakukan perjalanan bisnis besok. Kau bisa mengeceknya bersama Mariana" jelas Abra

"Jika boleh tau, apa alasannya tuan?" Tanya Berlian dengan nada yang jelas hati-hati

"Istriku tidak bisa di tinggal" jawab Abra yang langsung dimengerti oleh Berlian

"Baiklah tuan"

Panggilan berakhirnya. Abra meletakkan kembali handphone nya. Lalu kembali mendekap tubuh Ciko dan menyusul kealam bawah sadar.
.

.

.

"Sial, aku tak bisa mengajak nya, Qiel" adu Berlian

"Ada apa?" Tanya Qiel.

"Ciko melarang Abra pergi bersama ku untuk mengecek proyek" rengek berlian

"Ah, rencana nya gagal ? Kalau begitu, kita mulai saja cara kasar" senyum Qiel

"Bagaimana?" Tanya Berlian

Qiel menjelaskan apa saja perubahan rencana yang akan mereka lakukan. Berlian menganggukkan kepala memahami penjelasan, Qiel.

[BXB🔞] PSYCOPATH BF S¹-S² END!!!Where stories live. Discover now