SC THR

7.1K 490 51
                                    

"Hue"

"Hue"

"Hue"

Tidur Abra terganggu. Matanya perlahan terbuka dan langsung menatap sosok mungil disampingnya.

"Hai, ada apa ?" Tanya Abra dengan suara khas bangun tidur. Berat dan serak.

"Baby terbangun ?"

Abra menatap sosok yang memasuki kamar. Dia sejenak memikirkan apa yang terjadi.

"Ada apa ?"

"Sayang ?" Panggil Abra

"Ya, aku ? Ada apa ?" Lagi, iya bertanya lagi sembari mengambil alih bayi yang berada di kasur, agar berada di gendongan nya.

"Ciko. Akhh sial" Abra terduduk lalu memijat pangkal hidungnya

"Kau bermimpi buruk lagi ?"

Ciko. Ia mengusap puncak kepala Abra.

Abra menarik pinggang Ciko. Memeluk erat pinggang istrinya

"Sayang"

"Iya, aku disini. Apa yang kau mimpi kan kali ini, hmm ?" Tanya Ciko yang masih setia mengusap surai belakang Abra

Abra melepaskan dekapan nya, untuk mengizinkan Ciko duduk di sebelah nya. Matanya juga menatap Alvin yang mana tangis bayi itu perlahan terhenti. Seolah-olah ingin ikut mendengar cerita dari Daddy nya. Abra gemas, lalu mengecup pipi Alvin.

"Maaf sayang. Mimpi ku kali ini sangat-sangat menakutkan. Aku bermimpi, kau tidak selamat saat melahirkan Alvin. Lalu aku gila bertahun-tahun hingga Alvin berusia 4 tahun. Aku sangat kesepian di dalam mimpi itu sayang. Aku benci mimpi itu"

Ciko tersenyum. Ia dapat memaklumi mimpi yang menghampiri Abra.

Perlahan, tangan mengusap pipi Abra.
"Hai, lihat aku. Kau hanya belum melupakan kejadian itu, Abra. Makanya kejadian itu terus menghampiri mu. Aku disini. Aku baik-baik saja dan baby Alvin juga. Kami baik-baik saja berkat mu. Lupakan, ya ?"
.

.

.

Kejadian sebenarnya saat di rumah sakit..

Cklek..
Pintu ruangan terbuka

Abra dan Wilson langsung menghampiri dokter tersebut. Tampak beberapa suster mendorong sebuah box berisi bayi kecil yang di pasang dengan beberapa alat medis di badannya

"I-itu" Abra menatap bayi yang dibawa pergi

"Benar. Itu putra mu. Dia terahir prematur akibat kandungan Ciko yang masih kurang 8 bulan" jelas dokter tersebut

"Bagaimana dengan Ciko ?" Tanya Abra

Dokter tersebut diam beberapa saat.

"Maaf. Kami tidak bisa menyelamatkan nya"

Deg
Mati. Abra terasa mati beberapa saat. Lututnya mengenai lantai

"AKHHHH" teriak Abra frustasi

Dunia benar-benar menimpa nya. Sakit tubuhnya terasa hancur.

"Tidak. Kau pasti salah. Ku mohon, selamat kan dia" Abra menahan kaki dokter tersebut

"Maaf, Abra. Aku benar-benar sudah berusaha semaksimal mungkin"

"Hic.. ku mohon. Selamat kan dia. Kum mohon hic"

"Hah hic kumohon" Abra menjatuhkan tangan dari sang dokter.  Sujud menangis di depan ruangan Ciko

Tuan Wilson terus mencoba menggoyangkan tubuh Abra yang berada di samping nya.

"Abra, bangun. Ada apa dengan mu. Hai"

Lagi, tuan Wilson menepuk pipi abra dengan sedikit kuat sekarang.

"Abra !"

"Akh sial"

Abra tertegun lalu menatap ayah nya.

"Kau dengar itu ?"

Huee

Huee

Huee

Abra mendengar nya

"Anak mu sudah lahir"

"Bagaimana dengan Ciko ?" Tanya Abra menatap ayah nya dalam

"Dokter akan segera keluar, tunggu lah"

Clek

Abra dan tuan Wilson berdiri. Menatap para suster yang mendorong box berisi bayi. Bayi kecil yang dilengkapi dengan selang-selang yang tak Abra mengerti.

"Benar, itu anak mu. Dia terlahir prematur akibat kandungan Ciko belum masa nya untuk lahir" jelas dokter yang seolah mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh Abra.

Abra terdiam. Mimpi ? Apakah yang tadi mimpi ?. Sekarang apakah mimpi itu akan menjadi nyata ?. Abra menangis.

"Ada apa ?" Tuan Wilson menepuk pundak putra nya. Guna memenangkan.

"Bagaimana dengan, Ciko ?" Abra menatap dokter tersebut penuh harap. Tolong, jangan berbicara seperti yang ada di mimpi nya, pinta Abra di dalam hati.

"Syukur nya, Tuhan masih memberi kesempatan untuk kalian berdua mengurus bayi kecil itu. Dia selamat, meski awalnya kami hampir gagal. Namun, Ciko adalah sosok yang kuat, jantung nya berdetak dengan normal setelah operasi selesai. Hanya butuh waktu pemulihan saja untuk saat ini"

Kaki Abra tak sanggup menompang tubuhnya. Ia berlutut di hadapan sang dokter. Tangis nya membesar

"Terimakasih. Terimakasih Tuhan.. terimakasih untuk kalian juga"

"Sama-sama tuan"
.

.

.
"Ku mohon, jangan membuat ku takut lagi, sayang" Abra mendekap tubuh Ciko

"Iya. Selama ada kau, hal menakutkan tidak akan pernah terjadi lagi"

Kedua nya tersenyum.

"Ayah dan Abang Yong akan kemari. Aku ingin melanjutkan memasak, kau bisa bantu aku mengendong Alvin ?" Tanya Ciko

"Tentu. Kemari kau superhero kecil, ku" Abra mengambil alih tubuh Alvin.
Mengecupi wajah Alvin dengan gemas.

"Heh he he" tawa Alvin terdengar saat Abra mengecupi leher Alvin.

Ciko menatap kedua nya sejenak, sebelum kembali ke bawah, untuk masak.

Hal bahagia akan ada. Ketika keduanya sama-sama takut akan kehilangan.

.

.

.

Gua Pradipta Williams, mengucap kan

Minal aidzin wal faidzin...🙏🏻



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 22, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[BXB🔞] PSYCOPATH BF S¹-S² END!!!Where stories live. Discover now