Chapter 3

15.9K 927 8
                                    

VOTE DULU WE VOTEEEEEE!! ASTAGAA SUSAH KALI BAH NYURUH KELEN VOTE.

Di vote, dan komen lah wee... Susah kali bah nyuruh tangan kelen komen. Dah cafek akuuu, ayolah we, vote nya.....

__________________________________

Dini keluar dari kamarnya dengan seragam abu-abu dan tas ransel yang sudah ada di pundaknya, serta hijab pashmina putih yang menutupi kepalanya.

Dini berjalan ke meja makan dengan langkah lesu.

"Din, kok pagi-pagi udah lemas aja? Hamasah dong sayang." ucap Nashifa memberi semangat kepada Dini.

Dini menghampiri Nashifa lalu mengulurkan tangannya. Nashifa menyambut lembut tangan Dini yang berakhir di tempelkan di pipi Dini.

"Dini pergi yah Umma."

"loh? Sarapan dulu dong. anak Umma kok gak sarapan hm?"

"Dini sarapan di sekolah aja Umma." jawab Dini

"kamu naik angkot yah, Dafi gak bisa antar kamu, dia masuk pagi hari ini."

"baik Umma." jawab Dini lalu berlalu pergi.

Ya... Dafi bersekolah di ponpesnya sendiri, menyandang murid sekaligus gelar gus di ponpesnya. Berbeda dengan Dini, dia lebih memilih bersekolah di SMA. Tentu saja keputusan Dini tidak di terima begitu saja oleh keluarga, namun Dini tetap bersekokoh karna dia juga ingin merasakan dunia luar.

Di sepanjang jalan, para santriwati tak henti hentinya menyapa Dini yang hendak berjalan keluar dari lingkungan pesantren. Setiap Santriwari yang Dini temui, dia pasti akan mengucapkan satu kalimat. "ning."

Dini tidak ingin mereka memanggilnya dengan sebutan "ning." melainkan dia lebih suka di panggil dengan sebutan "Din."

"ning, ning, ning. Ck, udah capek gua dua puluh empat jam dengerin itu mulu." domel Dini

***

Dini berada di pemakaman umum. Dia tidak lanjut ke sekolah melainkan lebih memilih menziarahi pemakaman Ayahnya.

Dini menatap satu batu nisan yang bertulisan "Nagara Al-haytham."

Satu tetes air mata berhasil jatuh membasahi pipinya. Dia menunduk menatap sekumpulan tanah merah.

"Abba..." lirih Dini tak kuasa menahan rasa sakit.

"Abba, kata orang-orang. Abba itu ganteng yah? Dini kapan bisa lihat wajah Abba?"

"Abba, mengapa seharusnya hari ulang tahun Dini sama Dafi tidak sebahagia mereka, Abba? Mengapa ketika kami datang ke dunia, Abba malah meninggalkan dunia tepat di hari kedatangan kami? Abba.... Dini sekarang udah gede, Dini udah dewasa. Dini dewasa tampa sosok, Abba."

"Abba, Jaddun kenapa jahat sama Dini? Kenapa Jaddun menjodohkan Dini dengan orang jahat? Abba, Dini takut. Kata dia, dia bakalan buat Dini seperti di neraka. Dini takut Abba..."

"Abba, Dini cuman mau sama Abba. Dini takut sama dia, Abba kapan jemput Dini? Dini takut di sini."

Setelah seperkian menit meluapkan rasa rindu kepada Abbanya yang telah lama meninggalkan Dini dan Dafi semenjak dia di lahirkan ke dunia. barulah Dini ke sekolah lalu mencari angkot yang lewat.

Antara Ning dan GusWhere stories live. Discover now