Chapter 5

15.2K 768 5
                                    

Oiy! Dah cafek kali baah aku ngingetin ke kelen. Jangan panggil aku kak, panggil aku Din/Adin. Susah bener ngomong ama kelen, eh kita kan gak ketemu yak. Aah sudahlah, VOTEEEEEEEEEEE

__________________________________

Pagi hari, jam 06:10.
Aisyah dan Dini sedang menjalankan hukuman yang di berikan oleh ustadz muda yang tak lain adalah Husen.

Suara masing-masing sapu yang bergesek dengan tanah, menimbulkan bunyi, yang berarti Aisyah dan Dini sedang menyapu perkarangan halaman santriwati.

"Husen itu apa-apa'an sih Din, sok berkuasa banget, padahal cuman ustadz." ucap Aisyah memulai pembicaraan setelah sekian lama fokus dengan hukuman.

"itu lah kan, sok paling berkuasa. Sok paling wah, padahal mah yaelah." sambung Dini yang merasa kesal dengan Husen.

"ku rasa ya Din, itu orang punya dendam kusumat samaku... Tapi gegara kita berdua yang bicara, ya dia ikut-ikutan bawa elu ke masalah gua."

"dendam? Lu ngapain dia Ai? Jangan bilang lu buat dia kepeleset?"

"kagak!" elak Aisyah tak terima di tuduh.

"terus? buat masalah apa lo?"

"gua umpetin sempak warna abu-abunya di wc santriwati."

Dini terdiam dari kegiatan menyapunya. Membuat Aisyah juga ikutan berhenti, lalu menatap Dini yang mematung, hingga seperkian detik......

"AAHAHAHHA.... WHAHAHAH AISYAH GAK NGOTAK! AISYAH GILAK!" tawa Dini keras, sekaligus umpatan untuk Aisyah.

"Habisnya gua kesal Din, masak cuman perkara gua ketiduran pas pelajaran bahasa arab, gua di hukum bersihin selokan. Ya... Pas gua bersihin selokan, gua lihat sempak dia di jemur, yaudah, gua umpetin lah, buat pembalasan dendam gua." jelas Aisyah dengan raut kesal.

"Astagfirullah Aisyah.... Jangan sempak juga lah Aisyah... Ntar lu di tuduh cebol."

"bodok, ngapain hukum gua."

"udahlah, mending gua ke ndalem, mandi terus pergi ke sekolah. Lu juga ada pelajaran pagi kan?"

"iya, bela diri."

***

Dini berjalan di sepanjang koridor sekolah, dengan buku paket yang dia bawa di tangannya.

Dini memasuki kelas, menatap kelas dengan sunyi, tak ada satupun para manusia yang datang, padahal jam sudah menunjukam jam 07:10.

Dini duduk di bangkunya, mengeluarkan novel yang berunsur poligami. Sudah di pastikan bukan? Jika cerita yang mengandung poligami pasti akan menguras emosi.

"ck, padahal ini madunya baik, sholeh, ukhty juga. Tapi kok gak ikhlas? Lagipula kan madunya nikahin si cowok ni juga gara-gara ngak tau kalau si cowok dah punya istri. Ini juga, mertuanya malah benci dia, padahal dia kan ngak salah apa-apa. Apa'an sih." protes Dini yang merasa menguras emosi.

Halaman demi halaman sudah dia lampui, bahkan saking fokusnya. Kelas yang semulanya di isi hanya dia seorang, sekarang masing-masing bangku sudah di isi oleh pemiliknya.

Antara Ning dan GusDonde viven las historias. Descúbrelo ahora