Chapter 9

13.6K 785 8
                                    

Dini masih mengunakan raut wajah kesalnya, secara dia yang sudah menangis seperti anak kecil di depan umum tadi, Perkara Abyzar yang tidak membayar nasi gorengnya, dan menyuruh mamang mamang nasi goreng itu untuk menahan Dini di warung. Siapa yang tidak takut? Bahkan orang dewasa pun akan tetap takut jika di ancam seperti itu.

Mobil Abyzar berhenti di sebuah rumah minimalis bercat putih.

"turun." ucap Abyzar singkat lalu segera turun dari mobil.

Dini benar-benar ingin meremas wajah tampan Abyzar, Tampan? Lebih ke kesal sih menurut Dini.

Dini turun dari mobil, sedangkan Abyzar sudah membuka bagasi mobil dan mengambil koper miliknya sendiri.

"heh? Gak ada niat bantuin gua gitu?"

"idih, emang gua pembantu elu?" jawab Abyzar dengan wajah songongnya.

Dini berusaha mendoubelkan kesabarannya. "awas aja lu, Aby." batin Dini lalu mengambil dua koper dari begasi dan berjalan mengikuti Abyzar dari belakang.

Setelah tiba tepat di depan pintu, Abyzar mengeluarkan kunci dari saku celananya dan membuka pintu hingga berbunyi suara "ceklek." pintu terbuka, Abyzar masuk ke dalam di iringi oleh Dini di belakang.

Dini memperhatikan rumah yang terlihat sederhana, tidak terlalu kecil, dan tidak terlalu besar.

Abyzar memiringkan senyumannya. "lu ngak suka sama rumah ini?" pertanyaan dari Abyzar membuat Dini keheranan, ngak suka? Sejak kapan dia berkata seperti itu?

"kapan gua bilang kek gitu? Bahkan gua lebih suka rumah kek gini, sederhana." jawaban dari Dini membuat Abyzar terdiam. Di luar dugaan Abyzar, dia kira Dini adalah wanita yang tidak suka kesederhanaan, mangkanya dia lebih memilih rumah ini.

"kamar gua di mana by?" pertanyaan dari Dini memudarkan lamunan Abyzar.

Tampa menjawab, Abyzar kembali berjalan di ikuti oleh Dini di belakang. "nih, kamar lo." ucap Abyzar berhenti di depan pintu kamar.

Dini membuka pintu, pandangan pertama yang dia lihat adalah warna hitam putih. "waahh, kamarnya bagus." puji Dini menatap kagum, walau kamar itu terlihat lebih kecil, namun nampak elegan.

Abyzar di buat semakin tercengang, dia sengaja memilih kamar ini untuk Dini agar dia tidak merasa nyaman tidur di kamar yang kecil dan lebih sempit dari kamar sebelumnya.

"lu ngapain masih diam di sini? Sana ke kamar lo." usir Dini dengan akuhnya.

Abyzar mulai beranjak pergi, dan Dini pun mulai memasuki kamar bernuansa hitam putih, dia mulai memasuki satu persatu bajunya ke dalam lemari yang sudah tersedia di situ.

Koper pertama adalah baju seragam sekolah dan pakaian dalamnya, sedangkan koper kedua berisi baju sehari-harinya.

Setelah dia menyusun rapi semua kain, Dini menutup pintu lemari lalu berhamburan ke kasur yang lumayan luas, mungkin cukup di isi 2 orang.

Dini menghela nafas, dia keluar kamar untuk melihat kondisi sekitar, tujuan pertamanya adalah dapur. Dia sungguh penasaran dengan bentuk dapur di rumah ini.

Dengan langkah yang bersemangat, dia berjalan menuju dapur yang tidak terlalu jauh dari jarak kamarnya.

Baru saja dia sampai di dapur, Dini melihat Abyzar yang sedang khosrang khasring kesana kemari dengan kompor yang menyala dan wajan di atasnya.

Dini menghampiri Abyzar, berdiri di belakang Abyzar tampa sepengetahuannya, dan mengintip apa yang sedang dia lakukan.

"mau ngapain lo?" Dini sedikit kaget, ketika Abyzar mengetahui keberadaanya di belakang tubuhnya tampa menoleh ke belakang.

Antara Ning dan Gusजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें