Dimana Cerita itu Bermula

392 33 0
                                    

***


London - 6 Tahun yang lalu




   
  


- The Art Castle College -


"Mr. Raichand.. You're late again." Seorang dosen berkacamata dan rambutnya hampir putih semua, melirik tajam mahasiswanya yang baru saja masuk kelas.

Padahal dosen itu baru saja membuka partitur musiknya.


"I'm sorry, Professor. I got lost.." Laki-laki yang dibahu kanannya terselempang tas biola, mengacak pelan belakang rambutnya dan tersenyum gugup. Ia yakin professor itu tau kalau ia berbohong, tapi tak ada alasan lain lagi yang terpikirkan olehnya.


Karena sang professor tak bersuara lagi, laki-laki itu melanjutkan langkahnya.


"Excuse me, where are you going?" Suara sang Professor meninggi.


Laki-laki itu kembali menghentikan langkahnya. "To my seat, Sir..?"

Terdengar dengkusan dari sang dosen. "Annand Raichand, get out!"

"...Sir?"

"Should I say it again?"

"N-no, Sir. I'm sorry.." Annand mengangkat tangannya menyerah, dan akhirnya melangkah keluar kelas. Ini memang ketiga kalinya ia terlambat ke kelas musik Professor Abrams, jadi tak salah dosennya itu kini mengamuk. Tapi sebenarnya keterlambatannya itu memiliki alasan yang tak bisa ia katakan. Dosennya itu memang terlalu strict.

"Shit.." Annand mendesah, ia mengusap dada untuk menenangkan diri.

Padahal dia sangat menyukai musik, tapi malah diusir dari kelas musik itu sendiri. Apalagi bermain alat musik yang ada di bahunya sekarang. "Apa yang harus aku lakukan sebelum kelas berikutnya?"

Laki-laki itu berjalan tak tentu arah di koridor kampus, sampai akhirnya membawa Annand melewati gedung auditorium. Sekilas, ia melihat pintu masuk gedung sedikit terbuka, membuatnya kini memiliki ide untuk menghabiskan waktu di tempat yang kedap suara itu. Tanpa ragu, Annand pun masuk dan bersyukur ternyata tak ada siapapun di dalam. Ia sedikit takut bertemu penjaga auditorium yang akan mengusirnya nanti.

Annand dengan perlahan melangkah di dalam gedung tersebut sambil mengedarkan pandangan. Auditorium yang dapat menampung setidaknya tiga ratus orang itu, biasanya digunakan untuk pertemuan para mahasiswa saat ada seminar Rektor, acara-acara kemahasiswaan, dan tentu saja segala macam pertunjukan dari mahasiswa The Art Castle College. Sembari terus berjalan, entah kenapa ia jadi membayangkan membuat pertunjukan musiknya sendiri, sampai langkahnya itu membawa Annand sampai ke atas panggung.

Pandangannya mengedar ke sekeliling kursi penonton dan juga balkon di lantai dua yang biasa digunakan sebagai tempat memantau acara. Rasanya sepi sekali, tampaknya memang tak ada siapapun di gedung itu selain dirinya. Mungkin pintu masuk sedikit terbuka karena penjaga lupa menutupnya dengan benar.

Senyum Annand merekah. Dengan dirinya yang berada di atas panggung dan benar-benar sendirian, membuat laki-laki itu semakin berimajinasi tentang konser solonya.

Itu bukan ide yang buruk, kan?


"Terima kasih atas kehadiran kalian semua di konser ku hari ini," Tiba-tiba ia mulai bermonolog. Dalam pandangannya kini semua kursi auditorium terisi penuh dan orang-orang sedang meneriakan namanya.

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now