Yang Tak Terpenuhi

319 35 10
                                    


***


Dengan bantuan Sayedaah, Ammar bisa mencapai kamar Meera dan membaringkan gadis itu di atas kasurnya. Saking lelahnya menangis, sepanjang perjalanan pulang Meera tertidur di mobil, sesekali Ammar mengusap pelan kepala sang gadis agar tak terbangun.

Setelah dirasa Meera nyaman dengan posisi tidurnya kini, Ammar dan Sayeedah keluar kamar yang pintunya tak lupa mereka tutup.


"Sesuatu terjadi, Tuan Mayor? Meera terlihat tak baik-baik saja.." ucap Sayeedah pelan, tak ingin suaranya membangunkan gadis di dalam kamar. Ammar menoleh pada sang kepala pelayan, lalu menyunggingkan senyum tipis. "Dan anda juga.." lanjut Sayeedah saat raut wajah Ammar menunjukkan ketidak sinkronan dengan simpul dibibir.


Ammar menggeleng pelan. "Hati kami hanya terlalu tersentuh oleh apa yang sedang kami bahas tadi, Sayeedah-ji. Tapi sekarang tak perlu khawatir, aku dan Meera sudah berdamai dengan perasaan masing-masing. Dia hanya perlu tidur agar energinya kembali."


Ketidakjelasan jawaban Ammar membuat alis Sayeedah bertautan. Terlalu bingung menyimpulkan, terlalu sulit menebak. "Maksud an-"


"Mayor.."

Tanpa disadari, sang pemilik kediaman kini berada di hadapan. Refleks, Ammar mengangguk sopan. "Sir.."


"Kau mengantar Meera pulang? Dia sudah di kamarnya?"


"Ji, Sir.." jawab Ammar. Mukesh melirik Sayeedah yang juga mengangguk.


"Begitu.." respon Mukesh yang terdengar menggantung, terdengar akan menyampaikan hal lain. Setelah beberapa saat Ammar memandang canggung ayah Meera, akhirnya yang lebih tua kembali bersuara. "Sudah mau pulang? Apa kau buru-buru, Mayor?" Ia memberi jeda. "Sebenarnya... Ada yang ingin aku bicarakan denganmu." Kata Mukesh.


 Ammar terlihat bingung, tapi akhirnya menggeleng. "Nahi, Sir.. Apa yang ingin anda bicarakan?"


Mukesh berdecak. "Akan aku jelaskan di ruang kerjaku. Come.." ajaknya. Ammar menoleh pada Sayeedah dengan wajah yang terlihat sedikit bertanya-tanya, tapi yang di tatap malah menggeleng tak mengerti. Mukesh melangkah duluan menelusuri koridor lantai dua. Saat akan menuruni tangga, ia kembali menengok ke belakang, dilihatnya Ammar masih bersisian dengan Sayeedah. Ternyata sang Mayor belum juga memulai langkah. "Kenapa masih disitu? Ayo Ammar.." ucap Mukesh yang membuyarkan pikirannya. Ini pertama kalinya Mukesh Chopra memanggilnya dengan nama depan. "Oh ya Sayeedah, bawakan dua gelas teh ke ruang kerjaku."

"Ji, Sir.." Jawab sang wanita. 


Mukesh kembali menuruni tangga, yang membuat Ammar langsung melebarkan langkah agar tak tertinggal, dengan isi kepala yang menerka-nerka apa yang akan dibahas.


Kenapa ia merasa gugup bicara hanya berdua dengan ayah Meera, sekarang?





***

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now