Obrolan Ringan

387 34 2
                                    



***


"Jadi... hanya aku yang tak diajak ke pesta itu?" tanya Ibrahim dengan raut datar.

Ammar memalingkan wajah, mengambil cangkir kopinya dan menyeruput pelan, seolah tak mendengar apa yang dikatakan Ibrahim. Cukup canggung dengan apa yang sedang dibahas.


Pia tersenyum gugup dan menunjuk Meera. "Jangan menatapku seperti itu, aku juga hanya her plus one..".

Meera dan Pia yang akhirnya selesai mendapat dress pilihan, langsung menyusul dua tentara itu di sebuah caffe untuk mengistirahatkan otot kaki mereka yang sudah lelah berburu ke beberapa toko sebelumnya. 


"Dan kau, Mayor?" Ibrahim menoleh ke sisinya.


"Ah..." Ammar melirik Meera, sedikit bingung untuk menjawab. "Katakan saja waktu itu aku beruntung bertemu dengan Tuan Mehta langsung," ia tak mau banyak menjelaskan.


"Kalau begitu, jadikan aku plus one-mu, Sir!" serang Ibrahim bersemangat.


Ammar kini menggaruk dagu dan menatap sang Kapten dengan canggung, "Actually.. I already have my plus one."


Tiga pasang netra langsung membulat. "Kon*??" Pia menyuarakan keterkejutannya.

( *Siapa? )


"Kalian tidak berpikir kalau aku akan datang ke sebuah pesta elite sendirian dan membuatku terlihat begitu outsider, kan?" tanya balik Ammar, yang sengaja tak menjawab pertanyaan Pia.


"Are, yaar.. It's just a party. Kenapa berkata seperti itu, Ammar.." sahut Pia yang mendapat geplakan di bahu oleh Meera. Perkataan temannya begitu kontradiktif dengan apa yang sudah diucapkan padanya. "Kya?" pekik Pia terlihat tak merasa bersalah.


Meera tak menjawab. Ia menyeruput minuman dinginnya dengan sedikit penasaran siapa yang Ammar ajak-


"Jadi, Pak.. aku kalah cepat dengan dokter Malhotra?" celetuk Ibrahim, yang langsung membuat Meera tersedak. Tiga orang lain menatap khawatir.


"H-hei, Meera kau tak apa-apa?" tanya Ammar.


"Meera, perlu aku pesankan air mineral?" susul Pia sembari memberikan sekotak tissue.


Meera melambaikan tangan pada Pia. "Tidak usah.." ucapnya yang setelah terbatuk pelan dan mengelap bibirnya. "I'm fine, aku hanya terlalu cepat menelan bubble yang ada di dalam minumanku." Ia terkekeh sendiri, menahan rasa malu dan sedikitnya melirik Ammar.

Tanpa menjawab pertanyaan Ibrahim, Meera bisa memastikan validasi sang Mayor.


Tentu saja.. Ibrahim bilang dokter itu memang dekat dengan Ammar, kan?


Meera akhirnya dapat bernapas lega. Ia tersenyum tipis pada tentara yang duduk di hadapan Pia. "Ibrahim, kau datanglah ke pesta Rehan Mehta. Nanti aku akan minta ijin padanya untuk memasukanmu ke daftar my plus plus one.."

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now