Yang Tak Tersampaikan

326 35 14
                                    



***

                     

              

London, 12 September 1999

           

       

     

Dear, Meera Chopra. The one who give me hope to live little longer.

How's life?


Jika kau sedang membaca surat ini, itu berarti aku sudah tak bisa menggapaimu, tak bisa lagi menggenggam erat tanganmu, bahkan tak bisa menghirup udara yang sama denganmu.

It's ok, right? I know you will be fine.


Maaf.

Selama ini aku tak memberi penjelasan apapun, juga tidak memberitahumu tentang kondisiku yang semakin hari semakin kalah dengan waktu. Aku hanya ingin melihat kebahagiaan di matamu saat kita bersama. Tak khawatir akan kondisiku yang sedang tidak baik-baik saja.


Terima kasih.

Telah menjadi alasanku untuk lebih menanti hari esok. Menjadi harapan untukku bisa membuka mata lagi setelah terlelap, disaat aku lelah berjuang dari rasa sakit yang menyerangku sejak kecil.


Aortic Valve Stenosis. Dokter bilang penyakit itu sudah bersamaku sejak lahir. Dimana ada penyempitan katup aorta jantung, yang membuat aliran darah di tubuhku terhambat.


Kadang aku berpikir, kenapa aku harus terlahir jika memang waktuku di dunia tak banyak? 

Tapi setelah bertemu denganmu, aku sadar. Hal-hal kecil harus selalu aku syukuri. Seperti kesempatan hidupku dan juga senyumanmu. Mungkin yang aku sesalkan hanya, kenapa aku tak menemukanmu lebih awal?


Please be happy for me, Love.

You have a beautiful soul and world that can't be wasted to cry over my lifeless body.


I love you, Meera. Until the last breath I take,


Annand Raichand.


            

P.S: Jangan biarkan Annu rindu pada papanya.

P.P.S: Stop calling Annu with 'Annand'. We already made a deal, remember?

    

      

       

***


            


London, 14 September 1999

          

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now