Melodi Kerinduan

384 35 4
                                    


***


Keramaian yang terjadi di lantai dansa terdengar semakin mengecil. Langkah menjauh Meera dengan menyeret gaun, membuat alunan musik memudar saat mencapai telinganya. Setelah melewati pembatas kaca buram, kini kakinya menginjak karpet ruang bersantai ballroom yang tak terlalu besar, sebelum mencapai balkon yang hembusan anginnya mulai masuk dan membuat rambut terurainya berkibar tak beraturan.

Sembari merapikan kekacauan pada surai bergelombang itu, pandangan khawatir Meera terus tertuju pada punggung lebar seseorang yang sedang terdiam memandang langit malam di salah satu sudut balkon dengan menyenderkan sisi tubuhnya ke tembok.


"Ammar.." akhirnya Meera mencapainya, manggil laki-laki tersebut seraya menepuk pelan bahu sang Mayor.


"Hm?" Sedikit terkejut akan sentuhan yang diberikan, Ammar menengok, walaupun tatapan mereka hanya bertahan beberapa detik. Karena si pria kembali memandangi suasana jalanan Delhi yang masih ramai.


"Pesta ini tak membuatmu nyaman?" ucap Meera yang kini berdiri di sisi si pria dan memegangi pembatas stainles balkon untuk ikut melihat apa yang sedang menjadi perhatiannya. "Maaf-"


"Kenapa kau selalu berkata maaf, Meera? Lagipula ini bukan pestamu dan kau bukanlah orang yang mengundangku.." potong Ammar langsung.


Keduanya kembali saling menoleh, Ammar dengan tatapan datar dan Meera dengan senyuman lebar di wajahnya. "Kya? Tiba-tiba tersenyum selebar itu.." tanya Ammar.


"Kuch nahin.. Aku hanya senang akhirnya mendengar satu kalimat panjang darimu malam ini. Aku kira pertemanan kita hanya bertahan beberapa hari."


Walaupun tipis, tapi Meera bisa mendengar kekehan Ammar yang kembali menatap langit. "Apa kau merasa aku abaikan? I'm sorry.. Mood ku hanya sedang buruk."


Meera menggeleng pelan, serasa dilempar kembali perkataan yang pernah ia ucapkan. "Nah, just a little." Kekehnya. "Harusnya aku juga lebih berinisiatif mengajakmu berinteraksi. Terkadang seorang teman membutuhkan temannya yang lain dalam situasi asing seperti ini."

Ammar melipat tangannya di dada dan tersenyum kecil. "Terima kasih, Meera."


"For a talk?" tanya bingung gadis itu. "For trusting me to be your friend," jawab Ammar.


"Kenapa kata-katamu terdengar begitu sedih, Ammar? Orang sepertimu pasti tak sulit memulai pertemanan. Temanmu pasti banyak."


"Memangnya menurutmu aku orang seperti apa? Percayalah, sebelum bertemu denganmu, akupun hanya memiliki satu teman yang aku percayai," ucap Ammar, yang kini tiba-tiba mendekatkan wajahnya pada Meera. "Tapi jangan katakan pada Ibrahim kalau orang itu bukan dia.." ia terkekeh.


"Dokter Malhotra, na?" tebak Meera. "Kenapa kau tidak mengajaknya ke pesta ini?"


"Aku mengajaknya. She's my plus one, actually. Aku cukup terkejut tadi kau bisa tau. Tapi karena ada pasien darurat yang harus diatasi oleh Naina, jadi malam ini dia tak bisa meninggalkan rumah sakit."

INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now