Aku Bersedia

377 35 19
                                    


***


Dupatta sang pengantin wanita menyelubungi kepala sampai leher, menyembunyikan wajah cantik itu. Kepala yang tertunduk, memandang setiap langkahnya sendiri yang seringan kapas melewati kelopak-kelopak bunga sepanjang jalan setapak menuju gazebo yang telah dihias menjadi pelaminan. Tepat dimana kini pengantin pria terduduk dengan turban dikepala dan sherwani senada gaun pengantin wanita. Siap melakukan ijab.

Meera dengan setia mengiring langkah Pia, menggandeng lengan sang sahabat menuju kursi berhadapan dengan Ibrahim. Dengan perlahan Meera melepas tangan Pia setelah mendudukan gadis itu di tempatnya. Sementara ia beringsut di kursi belakang, sambil terus memberi sentuhan kecil pada punggung temannya sebagai pemberi dukungan.


Dibalik dupatta yang sedikit transparan senyum mengembang Pia dapat terlihat oleh Ibrahim, yang ikut mengukir senyuman bahagia di wajah tampannya. Entah kenapa cuaca bersahabat dengan angin sepoi siang itu malah membuat dahi sang mempelai pria sedikit berkeringat, sampai tangannya pun terasa lengket dan membuat ia meremat keduanya pelan. Dipastikan kegugupan kini menyerang Ibrahim.


Seorang wali yang akan menikahkan pasangan di depan, meminta izin untuk memulai prosesi. Tangan kiri Pia menggenggam tangan Meera yang terulur sementara tangan kanannya bertautan dengan sang ibu, mentransfer kegelisahan yang dirasakan. Berharap dukungan dari orang terdekatnya membuat ia sedikit lebih tenang. Meera menggigit bibir, jantung pun berdebar cepat. Genggaman kuat Pia membuatnya ikut merasa tegang.

Tak sengaja tatapan gadis itu bertemu Ammar yang berada di seberang, duduk tepat di belakang Ibrahim. Tatapannya lekat, seolah dia sudah memandang Meera sejak tadi.

Meera memiringkan kepala dan bertanya maksud tatapan laki-laki itu tanpa bersuara. Ammar menggeleng kecil, menunjukan senyum miringnya lalu kembali mengalihkan tatapan. Membuat Meera jadi bertanya-tanya sendiri maksudnya. Kemudian ia memandang berkeliling, mencari keberadaan seseorang. Netra Meera akhirnya berpapasan dengan pria yang sedang bersandar di salah satu tiang gazebo. Di sanalah Rehan Meshta berdiri, tersenyum simpul pada Meera yang dibalas dengan senyuman manis gadis itu. Hingga prosesi pernikahan yang dimulai membuat semua perhatian kembali pada pasangan pengantin. 


"Qabul hai*.." terdengar suara lirih Pia setelah Ibrahim menyampaikan permintaannya mempersunting wanita di hadapan. Senyum kebahagiaan terpancar darinya, membuat seluruh orang yang hadir mengucap syukur.

( *Aku bersedia )


Meera merasakan sudut matanya basah, merasa terharu dengan semua proses yang telah dilalui sang sahabat. Akhirnya Pia sah menjadi seorang Nyonya Khan. Ia terisak kecil sembari mengusap pelan matanya sehingga air mata itu tak jatuh.


Pia dibawa duduk bersebelahan dengan Ibrahim. Pengantin pria menyambut pengantin wanitanya dengan wajah berbinar. Begitu duduk, Pia menghadapkan diri pada sang suami. Lalu dengan perlahan, Ibrahim mengangkat dupatta yang masih menutupi wajah Pia. Tatapan lekat keduanya langsung bertemu. Dengan lembut Ibrahim memasangkan cicin pernikahan di jari manis Pia dan Pia pun melakukan hal yang sama pada Ibrahim. Wajah pasangan yang kini telah sah menjadi suami istri itu memancarkan kebahagiaan yang membuat haru semua yang memandang. Setelah keduanya menanda-tangani dokumen pernikahan, prosesi sakral itu pun selesai.


Selamat menempuh hidup baru sebagai sepasang suami istri, Ibrahim dan Pia Khan.


INCOMPLETED LOVE [✓]Where stories live. Discover now